O3.

787 104 22
                                    

Sunoo POV

"Park Sunghoon, iya aku hantu, salam kenal. Sunoo."

Aku terbelalak setelah lelaki itu memperkenalkan dirinya.

"Gak mungkin deh! jangan ngadi-ngadi kamu, kenapa kamu bisa nyentuh aku?"

Sunghoon menarik kembali uluran tangannya lalu memutar bola matanya malas.

"Ga mungkin gimana noo..tadi kan kamu liat aku terbang.." balas Sunghoon.

Aku menggaruk tengkuk leherku, lalu menelisik Sunghoon dari kepala sampai ujung kaki. Dan iya, dari perawakannya, sepertinya dia memang hantu.

"Lalu kenapa tidak tembus saat kamu menyentuhku?" tanyaku, jujur aku masih tidak mengerti.

"Maksudmu tembus seperti ini?"

"ASTAGA SUNGHOON!"

Aku meringis ngeri ketika Sunghoon menembus dinding kamarku, entah kenapa ia yang melakukannya namun tubuhku yang ngilu.

Aku menengok dan masuk ke dalam kamar, dan aku melihat dengan santainya dia duduk di atas lemariku.

Aku menggeleng malas, "turun! jangan duduk di situ aish.." gerutuku.

"Mata mu yang berwarna merah itu seram hoon, kayak vampir."

Sunghoon tertawa dan terbang ke kasurku. Lalu ia duduk di sisi kasur, sedangkan aku berbaring di kasur.

Aku melirik Sunghoon yang dari tadi menatapku, lalu aku menghela nafas dan mulai berbicara.

"Bagaimana kau tau namaku?"

"Ya tau aja."

"Kenapa aku bisa melihatmu tapi aku tidak pernah melihat hantu?"

"Bukan urusanmu."

Karena mulai kesal, akhirnya aku memutuskan untuk duduk di sebelahnya.

"Baiklah, kenapa kau memakai seragam dan seragam itu adalah seragam sekolahku?"

"Karena aku meninggal di sekolahmu."

Aku terkejut, lalu menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Dia menengok ke arahku, membuat kami saling melempar pandangan. "Kenapa?"

Aku mengedikkan bahu. "Tidak ada, hanya kaget."

drrt..drrrtt

Sesaat setelah itu, ponselku bergetar, aku langsung mengambil hpku yang berada di ujung kasur lalu melihat siapa orang yang menelfonku.

"Tunggu ya hoon." Sunghoon hanya mengangguk.

"Halo bi?"

"Jungwon! apakah kamu ada di rumah?"

"Iya, kenapa?"

"Kau lagi sakit ya?"

"Iya, bagaimana bibi tau?"

"Dari gurumu,"

"Bibi terkena macet, apakah kamu bisa memasak sendiri? karena bibi masih di tol."

"Bisa kok bi, tenang aja, Sunoo udah minum obat kok, udah mendingan."

"Baguslah, kalau pusing lagi hubungi bibi ya."

"Iya bi, tenang aja."

tut!

Aku menyimpan ponselku di atas meja belajar lalu kembali duduk di kasur.

"Siapa itu tadi? bibimu ya?" tanya Sunghoon.

Aku mengangguk, "iya, itu bibiku."

"Kau tinggal bersama bibimu?" tanya Sunghoon.

"Iya."

"Em.. orang tuamu.. dimana?" tanya Sunghoon sekali lagi, namun ia terdengar agak ragu.

Aku hanya tersenyum getir.

"Kau belum pernah datang ke akhirat atau bagaimana?"

Sunghoon mengangkat sebelah alisnya, mungkin ia merasa agak aneh dengan pertanyaanku.

"Kenapa kau bertanya seperti it-"

"Ibu dan ayahku ada di sana."

Sepertinya balasan dariku membuatnya terkejut, terlihat sepasang netra merahnya yang bergetar.

"M-maksudmu-"

"Iya sunghoon, udah ku bilang, ibu dan ayahku ada di sana, udah nggak ada di dunia."

Pandanganku memburam, lalu satu tetes air mata lolos dari mata kiriku.

Aku menunduk, lalu menangis, sedangkan Sunghoon masih membeku karena terkejut.

Tak lama setelah itu, aku merasakan tangan yang dingin mengelus punggungku.

"Maaf sudah menanyakan hal itu.." ucapnya.

Aku mendongak, menatap Sunghoon dengan mata yang masih basah karena air mata, "tidak papa.."

"Apakah aku boleh tau kejadiannya seperti apa?"

Aku mengangguk, mengusap air mata yang masih berlinang di pipiku lalu mulai berucap.

"Jadi.."

Flashback, Sunoo 10 Y.O

"Ayah! Kita mau kemana?" tanyaku, aku sangat antusias karena hari ini aku dan orang tua ku berjalan-jalan, namun hari ini lebih terasa special karena bundaku ulang tahun.

"Ada deh! liat aja nanti" balas ayah.

"Wahh kita mau kemana nih noo?" tanya ibu kepadaku.

"Gak tau nih." balasku dengan ceria, sungguh, aku tidak sabar.

Selama di mobil, hanya terdengar suara mesin dan suaraku yang bernyanyi sepanjang perjalanan, sesekali orang tua ku tertawa karena diriku, dan aku menyukai itu

"Ayah! Ke kiri! Itu di belakang tabrakan!" teriak ibuku, membuat ayah dan aku yang berada di jok belakang terkejut.

Ayahku membelokan setir mobil ke kiri, membuat tubuhku sedikit bergeser.

Namun terlambat.

BRAK!

Mobil ku terlempar melewati pembatas tol, lalu terguling.

Aku terlempar keluar dari mobil, sedangkan ibu dan ayahku terjebak di dalam mobil.

Aku meringis kesakitan dan menangis cukup keras saat itu, menatap mobil ku yang terbalik, dengan bagian depan yang sudah hancur dan terbakar.

Tubuhku rasanya lemas sekali, lengan kiriku tertusuk ranting, dan dahiku terluka parah dengan darah yang terus mengucur dari sana.

Aku memutar badanku hingga menghadap langit, lalu aku menangis.

"Ayah..ibu.." gumamku dengan lemas sebelum akhirnya aku tidak sadarkan diri saat itu.

Flashback off.

"Aku koma 3 bulan, kata dokter, dan aku masih ingat saat aku bangun dari koma, aku langsung mencari ayah dan ibu.."

Aku menetralkan nafasku, mencoba untuk lanjut bercerita.

Tapi aku tidak sanggup.

Setelah itu, hening, hanya terdengar suara tangisanku yang samar.

Sunghoon menatapku dengan sendu, lalu ia mengenggam tanganku.

"Iya, aku mengerti, maaf sudah bertanya seperti itu, dan aku tau kejadian itu sangat menyakitkan." lirih Sunghoon.

"Tidak papa, hoon," jawabku, lalu mengusap air mata yang masih mengalir.

"Aku sudah biasa,"

"Baiklah, sekarang kamu yang cerita."

"Tentang?"

"Kematianmu."

Sunghoon mengusap wajahnya kasar lalu menengok kepadaku dengan senyum tipis.

"Baiklah, akan ku ceritakan."

%%%

Cie di gantung ~

Not Alone ; Sunsun (TAHAP REVISI)Where stories live. Discover now