O4.

646 89 41
                                    

Author POV

"Baiklah, akan ku ceritakan."

Sunoo mendekatkan dirinya kepada Sunghoon, agar bisa mendengar lebih jelas.

Suara Sunghoon kecil soalnya :).

"Kamu kalau ngomong bisa kencengan dikit gak sih." cetus Sunoo, menatap netra merah itu dengan kesal.

"Bisa sih.."

"Yaudah kencengin aja!" pekiknya, kesal.

"Iya iya."

Namun, Sunghoon tidak kunjung bercerita, membuat Sunoo kesal lalu meninju pelan paha Sunghoon.

"Ayo cerita!"

Sunghoon menengok.

"Bentar masih nginget."

"Ya ampun."

"Iya iya ini cerita,"

"Tapi sebelumnya.." lanjut Sunghoon, membuat Sunoo mengembungkan pipinya kesal.

"Apa lagi? Lama banget, huh!"

"Marah marah mulu, kamu menstruasi atau gimana?" kekeh Sunghoon.

"Ngaco!" teriak Sunoo sambil- sekali lagi, meninju paha Sunghoon.

"Makanya cepet cerita.."

"Hehe iya maaf," kekeh Sunghoon, ia terdiam pelan, menatap Sunoo ragu.

"Tapi insiden kematianku ga masuk akal."

"Mau masuk akal atau enggak ya cerita aja lah!"

"Hih. Iya iya.."

"Jadi gini.."

Flashback, 2 years ago, Sunghoon POV

"Sunghoon!"

Curr

Aku menghela nafas malas ketika merasakan cairan dingin mengalir dari kepalaku, lalu aku mendongak ke atas, menatap jus jeruk yang ditumpahkan ke atas kepalaku sehingga mengalir dan mengotori seragam sekolahku.

Aku berdiri lalu berbalik, dan memandang 4 orang di depanku yang menatapku dengan remeh.

Dengan santai aku melewati mereka lalu menubruk salah satunya.

"AKH!"

Aku berteriak setelah merasakan tarikan keras pada kerah belakang seragamku, membuat ku merasa tercekik, lelaki itu menarikku dan membanting tubuhku ke meja kantin hingga makanan dan minuman di atas situ berceceran kemana-mana, seisi kantin pun terkejut.

"Dasar bajingan." Cicit Sunghoon tak terima.

"Gausah macem-macem sama gue ya, Park Sunghoon." ucap lelaki itu.

"Emang lo siapa? dapet peringkat 1 aja nyogok."

deg!

Semua atensi penghuni kantin kini tertuju pada kita berdua. Dan lelaki yang saat ini sedang beradu pandang denganku sepertinya terkejut karena aku mengetahui rahasia terbesarnya.

"Kenapa diem?" tanyaku, masih dengan nada yang datar.

Lelaki di depanku lantas berdiri, lalu menendang perutku dengan keras sampai-sampai punggungku terbentur kursi kantin.

Diriku ter saat lelaki itu menarik kerah seragamku lalu kembali membanting tubuhku ke meja kantin.

"Mending lo mati aja deh, Hoon."

Not Alone ; Sunsun (TAHAP REVISI)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu