16.

294 27 0
                                    

"Noo, NOO BANGUN!!"

"Sungchan! ngebanguninnya jangan brutal gitu, elah..." Mina menepuk dahinya lelah, melihat Sungchan yang membangunkan Sunoo dengan begitu tidak santai. Badan Sunoo digoyang-goyang, pipinya dipukul-pukul, rambutnya dijambak pula.

Mina seringkali heran, dia mungut adik darimana, sih?

"Heh! kak Sungchan! sakit tau!!" Sunoo mencoba menepis tangan Sungchan dengan mata yang hanya setengah terbuka dan kesadaran yang belum penuh. Setelah itu ia bangun dari tidurnya dan duduk tegak di atas sofa untuk mengumpulkan nyawanya.

Sunoo mengerjapkan kedua matanya pelan, lalu mengucek matanya sekali lagi sebelum akhirnya nyawa di dalam dirinya sudah seratus persen terkumpul.

"Apa–" Sunoo mengedarkan pandangannya, lalu sontak kedua netranya terkunci pada lelaki manis yang terduduk di atas bangsal, menatapnya dengan senyum tipis seraya merentangkan tangannya. Seperti mengode kepada Sunoo untuk memberi dirinya sebuah pelukan.

"Jung.. won?" Sunoo terbelalak, ia berdiri dari duduknya, mulai menghampiri lelaki itu dengan langkah gontai juga dengan raut bingungnya. Sebelum akhirnya lelaki itu mengangguk, dan dengan segera Sunoo berlari ke arah bangsal Jungwon dan memeluk adik sepupunya itu erat.

"Uwon, kakak khawatir sama kamu.." Sunoo menenggelamkan wajahnya di curuk leher Jungwon, sang adik hanya tersenyum tipis sebagai balasan, tangannya dengan lembut mengusap punggung Sunoo yang bergetar. Kakak sepupunya itu kembali menangis seperti semalam.

"Kakak khawatir sama kamu, Won. Kakak takut, kakak takut— Won.. takut.." racau Sunoo di tengah isakannya yang mengudara.

Sunoo mendongak, menatap Jungwon dengan wajah yang basah. Padahal kenyataannya, Jungwon sedang mati-matian menahan tangisnya, ia tidak mau ikut menangis di saat sang kakak sedang menangis, entah mengapa ia tidak mau.

"Uwon gapapa, kak.. Uwon masih di sini, Uwon masih ada, buat kakak," Jungwon paksakan senyumnya untuk melebar, walau faktanya hanya seperti senyum lemah di mata Sunoo.

"Jungwon bakal selalu ada buat kak Sunoo, ya? percaya sama Uwon, Uwon bakal nemenin kak Sunoo sampai akhir." air mata Sunoo semakin gencar untuk turun, ia tidak bisa melihat adiknya seperti ini.

Di sisi lain, keluarga Park memilih untuk keluar dari ruang rawat Jungwon, membiarkan kedua kakak beradik itu tenggelam dalam pembicaraan pribadi mereka sendiri.

"Uwon, maafin kakak ya?"

Sang adik mengerutkan keningnya bingung. "buat apa kak?"

"Maaf kalo kakak belum bisa jadi kakak yang baik buat Uwon." Sunoo menunduk, entah mengapa ia setelah kejadian ini ia merasa tidak menjadi kakak laki-laki yang cukup baik untuk Jungwon.

Jungwon membulatkan mata kucingnya, "maksud kakak apa?" bibir Jungwon mengerucut. "Gak gak, kakak udah jadi kakak yang baik buat aku, yang terbaik malah! kak Unoo gaboleh ngomong gitu!" sanggahnya.

Sunoo terkekeh, mengelus lembut tangan Jungwon yang di balut perban, "iya.. makasih ya sudah mau percaya sama kakak." senyum lembut terukir di wajah Sunoo, tangannya masih setia memberikan elusan lembut pada tangan Jungwon.

Keduanya beradu pandang seraya menyunggingkan senyum untuk masing-masing. Membuang segala sakit dalam diri masing-masing dengan sebuah senyuman yang lembut, memberitahu kepada semesta kalau keduanya kuat menjalani hidup di dunia yang penuh rasa sakit ini. Meskipun mereka lelah, tapi mereka harus tetap berusaha kuat untuk terus berjuang, demi diri mereka sendiri.

"Dek.." Sunoo membuka pembicaraan, senyumnya tiba-tiba saja luntur, tubuhnya mulai kembali bergetar.

Jungwon melunturkan senyumnya, merasa sedikit panik ketika melihat kakak sepupunya akan kembali menangis. Ia dengan cepat memajukan badannya kearah Sunoo. "kenapa kak? kenapa?"

Sunoo menundukkan kepalanya, menggenggam tangan Jungwon kuat-kuat. Lidahnya terasa kelu untuk menyampaikan informasi pedih ini.

"Bibi.." lirihnya tertahan.

Jungwon memundurkan badannya, terkekeh kecil sebelum akhirnya menarik nafas dalam-dalam dan berbicara. "Uwon tau, kak."

Sunoo mendongak, menatap adik sepupunya yang dalam keadaan mata yang berkaca-kaca namun tetap mempertahankan senyumnya, hatinya seakan remuk melihat sang adik mencoba tegar dalam keadaan yang seperti ini. Manik Jungwon yang terlihat lemah menatap lurus kearah manik milik Sunoo, seakan menusuk ke dalam sana dan mencoba memberitahu kakaknya bahwa salah satu dunia milik Jungwon telah pergi untuk selama-lamanya.

Sunoo kembali mendekap tubuh kecil Jungwon, "kakak tau, kamu mau nangis, nangis aja Won.. nggak usah di tahan, ya?" bisiknya tepat di telinga Jungwon, yang mendengar bisikan itu sontak tidak bisa menahan tangisnya lagi, tangisnya pecah begitu saja di dalam ruangan bernuansa putih itu, mengeluarkan semua rasa lelahnya di hadapan sang kakak.

"Bunda.. Uwon mau bunda.. bunda ayo pulang.." lirih Jungwon di tengah isakan penuh rasa sakit yang dikeluarkannya. Sunoo pun mengelus punggung sang adik yang bergetar hebat.

"Bunda bakal selalu ada buat Uwon kok, kakak yakin. Bunda gak akan ninggalin Uwon gitu aja, bunda belum pamit sama kita, apalagi sama Uwon, nanti kita tagih pamitnya bunda ya, lewat doa." Sunoo tersenyum tipis, tangannya masih sibuk mengelus punggung sang adik. Ah.. Sunoo jadi rindu kedua orang tuanya, Sunoo penasaran, mereka disana sedang apa ya? kekehan kecil keluar dari belah bibir Sunoo. Ia jadi ingat saat dirinya baru berusia 9 tahun, dirinya menciduk kedua orangtuanya sedang berciuman di ruang tamu. Lalu saat Sunoo mengeluh ingin mint choco, sang ayah langsung membelikannya mint choco tanpa berkata apapun, talk less do more. Dan juga saat dirinya dan sang ibu pergi jalan-jalan berdua, mencetak polaroid sebagai kenang-kenangan yang masih ia simpan sampai saat ini.

Tanpa mereka berdua sadari, Sunghoon memantau mereka dari langit-langit ruangan, diam di sana menatap suasana pilu di bawahnya. Namun tiba-tiba ia tertawa hambar setelah benaknya secara tidak sengaja memikirkan sesuatu. Sesuatu yang membuat hatinya sedikit sakit.

"Kalau gue pergi, Sunoo gapapa kan ya?"

Kemudian sosok itu tersenyum simpul sebelum akhirnya berlalu pergi dari sana, entah kemana, hanya Tuhan dan Sunghoon yang tahu.

Kemudian sosok itu tersenyum simpul sebelum akhirnya berlalu pergi dari sana, entah kemana, hanya Tuhan dan Sunghoon yang tahu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Not Alone ; Sunsun (TAHAP REVISI)Where stories live. Discover now