O6.

530 75 22
                                    

"Noo, udah dong jangan ngambek terus, ini Sunghoonnya udah ganteng nih udah ga nyeremin lagi." ucap Sunghoon sambil menepuk-nepuk pipi Sunoo yang masih kesal karena kejadian tadi.

"Bomat kak." balas Sunoo acuh.

"Ck, minum obat sana Noo, pucet gitu muka kamu." Sunghoon masih mencoba membujuk lelaki manis itu.

Sunoo mengangguk lalu duduk di sisi kasur, melirik kepada Sunghoon yang tersenyum tipis. Lega karena akhir Sunoo beranjak dari posisinya.

"Ambilin." kata Sunoo, membuat senyuman Sunghoon luntur.

"Hih, kakak bukan babu kamu ya.." balas Sunghoon namun ia tetap mengambilkan obat Sunoo di dalam laci meja.

"Hehehe, balasan aku nih kak." Sunoo tersenyum jahil, membuat Sunghoon memutar bola matanya malas.

Sunghoon memberikan obat demam itu kepada Sunoo dengan sedikit malas, "makasih kak Sunghoon." Sunghoon mengangguk.

Sunoo meminum obat demamnya, lalu tidur, tidak lupa izin dulu kepada bibinya, dan tentu di perbolehkan. Sedangkan Sunghoon sedari tadi hanya memantaunya dari kursi belajar Sunoo yang memiliki roda.

(Kayak kursi gaming gitu)

Sunghoon tersenyum, menatap lelaki mungil yang terbalut selimut di atas ranjang, membuat dirinya merindukan salah satu kakaknya, kakaknya lebih tinggi daripada Sunoo, tapi saat ia sakit, perilakunya persis seperti ini. Ia rindu keluarganya, agak sedikit menyesal ia lebih memilih bergentayangan di sekolah daripada tinggal bersama ayahnya di surga. Sunghoon juga melupakan alamat rumahnya- sebenarnya tidak juga, tapi keluarganya sudah pindah, dan ia tak tahu dimana alamat rumah baru dari keluarganya itu.

Sunghoon keluar dari kamar Sunoo tanpa membuka pintu- tentu saja karena ia bisa menembus, kalau pintu terbuka dengan sendirinya mungkin bibi Sunoo akan terkejut dan berlari terbirit-birit, karena saat sudah keluar dari kamar, Sunghoon melihat bibi Sunoo sedang menyapu lorong lantai atas.

Sunghoon turun ke lantai bawah, di mana adik sepupu Sunoo, yaitu Jungwon, sedang menonton TV sambil bermain mobil-mobilan, sendirian di lantai bawah.

Sunghoon melewati Jungwon lalu meliriknya.

Namun betapa terkejutnya Sunghoon ketika Jungwon menatapnya, di saat Sunghoon juga menatap lelaki itu, mereka saling melempar pandang beberapa saat, sampai akhirnya Jungwon mendekati Sunghoon dan menelisik dirinya dari atas sampai bawah, lalu ia mengangguk.

"Iya Uwon tau kakak hantu, kakak temennya kak Unoo kan?" ucap Jungwon membuka pembicaraan, Sunghoon hanya menatap canggung kepada adik sepupu dari teman manusianya itu.

"Uwon memang bisa melihat itu kak, tapi kak Unoo gabisa liat begituan, tapi kok kak Unoo bisa meliat kak Hoon?" lanjut Sunoo, membuat Sunghoon terbelalak.

Mendengar bocah di hadapannya ini menyebutkan sepenggal dari namanya, Sunghoon segera mundur beberapa langkah seraya terbelalak. "BAGAIMANA KAU TAU NAMAKU?"

"Uwon menguping tadi, saat bibi ke lantai atas, Jwon ikut, lalu Uwon mendengar kak Unoo lagi ngobrol, gak tau sama siapa, kak Jnoo bilang 'makasih Kak Sunghoon' berarti itu nama kakak, ternyata benar."

Oh iya saat di dapur tadi, Jungwon melihat Sunghoon, di samping ibunya, alias bibi Sunoo, namun untungnya Jungwon tidak memberitahukan itu kepada bibi, karena ia tau bibinya itu agak tremoran.

Sunghoon menghela napas lega, ia tersenyum lalu duduk di depan Jungwon untuk menyamakan tinggi, "iya namaku Sunghoon, Park Sunghoon, dan aku teman kakakmu, namamu Jungwon kan?"

Dengan wajah antusias, Jungwon mengangguk cepat, "dari semua hantu gentayangan yang pernah Uwon lihat, kau yang paling tampan kak!" ucap Jungwon dengan ceria, membuat Sunghoon tertawa.

Not Alone ; Sunsun (TAHAP REVISI)Where stories live. Discover now