XI •Pulang untuk kembali terluka•

4.8K 326 15
                                    

Playing song : Mahalini, sisa rasa •

Happy Reading

“Mau sebaik apapun perbuatan yang kau lakukan, kau akan tetap salah di mata orang yang sudah benar-benar membencimu.”

—Regi Sabiru

     Pagi menjelang, di ikuti panorama langit yang nampak cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Pagi menjelang, di ikuti panorama langit yang nampak cerah. Akan tetapi berbanding balik dengan suasana di dalam ruangan itu.

     Perdebatan antar mulut yang tiada henti sejak beberapa menit lalu. Kini, semakin lama semakin menjadi-jadi saat dua insan tersebut saling beradu pandang.

     Hari ini hari Minggu, biasanya di gunakan untuk banyak orang menikmati waktu senggangnya. Begitupun Bima yang akan banyak aktifitas pribadi.

     Tetapi lain kata dengan hari ini. Yang ada, dirinya harus beribu-ribu kali menahan amarah atas keras kepala Regi yang tak kunjung melunak.

     "Lo gak liat semalam, hah?"

     Napas Bima sedikit terengah-engah, menatap lelaki di hadapannya gundah. "Dia.udah berani nyelakain lo. Anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri. Kalau sekarang gua ijinin lo pulang, apa gak sama hal nya gua biarin lo mati?"

     Jujur saja, kekhawatiran Bima juga ketakutan baginya. Kembali pulang setelah apa yang terjadi semalam, sama hal nya ia menantang maut. Bahkan masih belum bisa di percaya jika Ayahnya sebegitu nekatnya.

    Tapi ia terus meyakinkan diri bahwasanya semua akan baik-baik saja. Ada Mama dan Penciptanya yang ia yakin akan terus menjaganya.

     Memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu berbalik badan dan menatap Bima di sana. "Cukup percaya sama gua, Bim. Gua—sodara lo ini akan baik-baik aja."

     "Gak, gua gak percaya sama kata-kata lo." Bima berdecak keras. Seperti lelaki itu tak setuju dengan asumsi Regi.

     "Bim," panggilnya menggantung, sesaat setelah memasukan beberapa barangnya ke dalam tas dan menggendongnya di punggung.

     Ia melanjutkan perkataannya, "Gua paham apa maksud lo begini sama gua. Dan gua makasih banget lo udah jadi pondasi gua untuk gua bertahan sejauh ini. Bahkan, gua selalu minta agar lo selalu bahagia dengan apa yang lo pilih dan lo jalanin nantinya.

     "...Meski ntar tanpa gua, lo harus lebih ngerasain bahagia dari pada gua."

     "Maksud lo apa?!" bentak Bima saat mendengar perkataan nyeleneh yang di lontarkan Regi. Hati Bima bergemuruh, rasanya benar-benar tak karuan. Antara kesal dan takut, semua itu tercampur menjadi satu.

     "—jangan ngomong sembarangan. Entah gua apa lo—harus ngerasain bahagia itu bareng-bareng," lanjutnya.

     Tepukan kecil mendarat di bahu Bima. Sembari menatap, Regi baru kali ini tersenyum lebar. Padahal, semalam Anak itu tidak dalam kondisi yang baik.

Another Pain [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang