XXXIV •Permainan tanpa garis finis•

3.3K 265 30
                                    

🎶 Playing song : Tiara Andini - Tega 🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶 Playing song : Tiara Andini - Tega 🎶

"Ketika sudah tak ada lagi bahu untuk bersandar, telinga untuk mendengarkan, rangkulan yang membuatmu nyaman ... Ada Tuhan yang tiap waktu ada untukmu."

—Regi Sabiru

H A P P Y    R E A D I N G
.
.
.
.
.

REVIEW BAB SEBELUMNYA...

     “Regi bisa melalui semuanya.

     "Apa Tuhan marah kalau Regi nyerah, Ma?"

     "Anak Mama gak boleh nyerah."

     "Sakit, Ma."

• Another Pain •

     "Nak? Nak?"

     Tepukan pelan di bahu serta panggilan syahdu yang masuk ke telinga-Regi mengerjap pelan, mengusap kedua matanya guna membiasakan cahaya yang sedikit menusuk mata. Sejenak menatap seorang lelaki baya di hadapannya lalu menatap sekeliling.

     "Sudah jam setengah lima, ayo sholat subuh berjamaah."

     Seketika tersadar jika semalam ia memilih bermalam di masjid. Entah, ia merasa jika selama ini dirinya begitu jauh dengan Tuhan. Mencoba berdamai dengan hati dan keadaan, Regi membuang fikiran negatif serta emosi yang masih tertinggal.

     Regi hanya ingin menjalani hari demi hari dalam hidupnya untuk lebih bersyukur. Meski dirinya kerap tersungkur oleh kerasnya alur cerita yang sudah Tuhan tata sedemikian rupa.

     Memilih duduk dan mengulum senyuman-menatap pria itu damai. Hatinya terasa begitu tentram saat latunan adzan berkumandang.

     "Saya ambil air wudhu dulu, Pak," tukasnya lalu menunduk sopan. "Permisi, Pak."

• Another Pain •

     Regi menunduk saat ia sampai di tempat wudhu, melipa sedikit celananya ke atas lalu menyalakan air keran. Di tatapnya air itu diam, helaan napas terdengar.

     Tuntunlah hamba ini kejalan lurus-MU.

     Kuatkanlah hati dan tubuh ini dari segala cobaan-MU

Another Pain [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang