XIX •Terlalu letih•

3.9K 269 20
                                    

🎶 Playing song : Cakra Khan - Kepada hati 🎶

Happy Reading

“Jika kini hadirku hanyalah luka, lalu mengapa semesta masih membiarkanku bertahan tanpa sedikitpun merasakan kembali apa itu bahagia?”

—Regi Sabiru

     Adli keluar dari ruangan itu dengan wajah yang memerah dan rahang yang mengeras

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


     Adli keluar dari ruangan itu dengan wajah yang memerah dan rahang yang mengeras. Sang kepala keluarga itu sekali lagi menolehkan kepalanya menatap pintu di belakangnya yang tertutup rapat.

     Tak ada lagi rintihan kesakitan yang ia lihat, tak ada lagi wajah menyedihkan yang selalu ia tatap. Malam ini adalah malam dimana rasanya Adli benar-benar ingin sekali mengakhiri hidup darah dagingnya sendiri.

     Semuanya musnah hanya karena Regi. Dan hal itu membuat Adli semakin menaruh kebencian besar pada Anak itu. Tak ada sekalipun celah, jauh di dalam hatinya—menyisihkan sedikit ruang untuk Regi, tak akan pernah—itu yang selamanya terbesit dalam hati Adli.

     Ada dering ponsel yang berbunyi, dan itu berasal dari benda pipih yang ada di saku celana Adli. Sontak membuat Adli merogoh saku celana, meraih ponselnya dan mengangkat telepon tersebut.

     Adli menempelkan benda itu di telinga, ia mencoba mendengarkan lamat-lamat tutur kata orang di seberang sana.

     "Halo, Pak... Maaf, ada sebagian perusahaan yang membatalkan kerja sama dengan kita. Kita har

     Belum sempat seseorang di sebrang sana menyelesaikan perkataannya, Adli sudah buru-buru kembali tersulut emosi. Berakhir dengan melempar benda pipih itu dengan kasar, hingga terdengar bunyi pecahan keras.

     Ponsel itu sepenuhnya mati dan hancur berserakan.

     "ARGH! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL!"

     Teriakan Adli begitu nyaring, bahkan berkali-kali lelaki paruh baya itu mengacak rambutnya. Wajahnya yang sedari tadi sudah memerah seperti menahan amarah, kini semakin terlihat jelas jika Adli seperti hendak memakan orang hidup-hidup.

     Adli membiarkan ponselnya yang sudah hancur, ia sama sekali tak peduli. Ia pun berjalan gontai—meniruni Anak tangga langkah demi langkah. Penampilannya begitu berantakan.

     Sebelum pada akhirnya Adli menyambar kunci mobilnya dan pergi meninggalkan rumah.

     Di sana terlihat sang asisten rumah tangga yang sudah berdiri dengan wajah ketakutan. Di tangannya sudah menggenggam sebuah ponsel, lalu tangan wanita paruh baya itu lekas bergerak dan men-dial sebuah nomor.

Another Pain [END] ✔Where stories live. Discover now