Chapter Four - The Senior Warden

70 13 0
                                    

Gun sedang melamun sambil memandangi air hujan dari celah kecil jendela kaca yang pecah dari dalam kamar mandi. Ia sedang memikirkan apa yang sedang terjadi di luar sana, game baru apa yang sedang dirilis, lagu apa yang berada di top chart list, dan trend terbaru apa yang sedang dibicarakan teman - temannya saat ini.

Ia juga merindukan dessert favoritnya, rasanya ia ingin sekali berbaring di kasurnya yang empuk dan mendengarkan lagu favoritnya sambil menikmati dessert.

Namun tiba - tiba saja pemandangan wajah sahabatnya Pavadee yang terkapar berlumuran darah muncul menggantikan memorynya yang indah. Gun bergidik seketika dan segera mengalihkan pandangannya ke bawah memandangi lantai kamar mandi yang basah, kotor dan berlumut di bawah kakinya.

"10493, apakah kau sudah selesai menggosok kamar mandi?!" seorang sipir memanggil nama selnya. "Segera kembali ke dalam selmu jika sudah selesai!"

Gun terenyak dari lamunannya dan menoleh sekilas ke arah sumber suara dan menyahut. "Sebentar lagi!" ia segera menarik celananya ke atas dan berjongkok, lalu mulai menggosok lumut di bawah kakinya dengan ekspresi jijik.

Lima belas menit kemudian, setelah selesai ia hendak mengguyur tangannya yang kotor, namun sialnya tidak ada setetes airpun yang keluar dari keran. Ia tidak ingin mempercayainya.

Gun memandang jijik telapak tangannya yang berlendir dan kotor, tidak punya pilihan ia akhirnya dengan terpaksa menggosokan tangan pada celananya karena sipir penjara terus berteriak dari luar dan mengancam akan mengurungnya di kamar mandi jika ia tidak segera keluar. Tentu saja ia tidak ingin bermalam di kamar mandi yang jorok itu.

Gun segera berlari keluar dan tidak sengaja menabrak seorang sipir penjara berbadan tegap menyebabkannya tersungkur jatuh ke belakang. Namun, saat hendak bangun, tiba - tiba saja sipir tersebut menginjak bahunya membuat punggungnya menempel dengan lantai kamar mandi.

Gun pun menunjukkan ekspresi kesakitan bercampur jijik, karena ia tidak sempat menggosok lantai di mana ia berbaring saat ini.

Sipir penjara tersebut memperhatikan seluruh lantai kamar mandi dengan ekspresi tidak senang, lalu menoleh pada Gun dan membentak.

"Apa yang kau lakukan begitu lama di kamar mandi? Masturbasi?!" geramnya. "Aku tidak melihat perbedaannya sebelum dan sesudah kau bersihkan!!!"

Gun tampak gemetaran mendengar hal itu, ia tidak berani membayangkan hukuman apa yang akan dijatuhkan padanya, namun ia yakin sipir itu tidak akan membiarkannya pergi dengan mudah.

Seperti dugaannya, sipir penjara itu tiba - tiba saja menendangnya kuat hingga berbaring terlungkup, lalu menarik lepas celananya dan menginjak bokongnya, menggerakkkannya secara vertikal. Secara harafiah membuat tubuh bagian bawah Gun menempel dan bergesekan dengan lantai yang kotor.

"Bagaimana? Apakah kau menikmatinya?" sipir tersebut tertawa menyeringai.

Ia mengepalkan tangan dengan kuat berusaha untuk tidak bersuara sambil memejamkan kelopak mata dan menggigit bibirnya, berusaha menahan sakit, perasaan tidak nyaman dan jijik, hal itu tergambar dari setetes air mata yang mengalir keluar dari sudut matanya.

Melihat Gun yang tidak menunjukkan reaksi, sipir penjara itu menjadi gusar bukan kepalang, ia lalu melirik ke kiri dan kanan, mencari sesuatu dan matanya menangkap sebuah sikat yang memiliki gagang, di belakang pintu di dekatnya.

Ia pun segera menggapai sikat tersebut, membalikkannya, lalu mengangkat kakinya dari bokong Gun dan berjongkok. Setelah itu ia menyodokkan ganggang sikat tersebut di antara bokong Gun, hendak melakukan sodomi.

Sontak hal itu membuat Gun melompat kaget dan berteriak. "Aaaah....Hentikan!!!" ia langsung membalikkan tubuhnya, menendang sipir tersebut dan segera bangun. "Aku akan melaporkanmu!" ancamnya.

Bahasa Indonesia - I Saw Him, from Behind the Bar - ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora