Chapter Thirteen - Different Story

63 9 0
                                    

Setelah kejadian itu, Chakrit selalu mengawasi Gun dari kejauhan, meskipun tidak melakukan apa – apa seperti yang dikatakan oleh Off, namun hal itu membuat Gun merasa tidak tenang dan selalu dibayang – bayangi ketakutan.

Beruntung teman satu blok selnya selalu melindunginya dan menemaninya kemanapun ia pergi, membuat Chakrit berpikir dua kali untuk mengusiknya.

Gun melihat Gene sedang membersihkan kandang ternak pada jam istirahat. Ia pun menghampirinya dan mengucapkan berterima kasih karena sudah menolongnya, jika bukan karena Gene, mungkin saat ini ia tidak akan bisa melihat matahari terbit lagi, pikir Gun.

"Tidak perlu berterima kasih, aku hanya membayar utangku..." ujarnya dingin tanpa melihat ke arah Gun.

"Aw, kupikir kau menolongku karena kau menganggapku sebagai temanmu..." ujar Gun dengan wajah cemberut, lalu mengambil sapu dan membantunya.

"Teman?" ulang Gene dengan nada sinis sambil melirik Gun sekilas. "Aku tidak mengenalmu, jadi jangan mengatakan omong kosong di depanku!"

Gun meliriknya kembali, ia teringat cerita Off soal hubungannya dan Gene. Selanjutnya ia mengamati pria itu dari bawah hingga ke atas dan menyadari jika wajah Gene agak mirip dengan Off.

Gene menghentikan gerakannya, menyadari tatapan Gun padanya dan bertanya dengan nada ketus. "Apa yang kau inginkan?"

"Bagaimana kondisimu?" Gun bertanya di saat yang bersamaan dan mengganti topik, matanya tertuju pada perban di pergelangan tangan Gene.

"Itu bukan urusanmu..."

Gun mengabaikan protesnya dan melanjutkan. "Kenapa kau memotong nadimu?"

"Untuk membayar karmaku karena telah membunuh ayam..." jawab Gene singkat.

Gun mengangkat alisnya dan bertanya – tanya apakah pria itu serius atau bercanda, lalu mengangguk mengerti, namun tiba – tiba saja ia menyadari sesuatu dan menoleh pada Gene dengan ekspresi terkejut.

"Tunggu! Kau memotong ayam untuk menyelamatkanku, bukankah itu berarti aku berutang nyawa pada si ayam?!" tanya Gun panik, ia segera membuang sapu, mengambil bersikap Anjali dengan menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada, lalu memejamkan mata untuk berdoa.

Gene meliriknya dengan ekspresi tercengang dan tidak berkomentar, lalu meneruskan pekerjaannya, mengacuhkan pria yang lebih muda.

Setelah selesai, Gun memungut sapunya lagi, lalu menoleh ke samping, di saat bersamaan Gene juga melihat ke arahnya dan bertanya dengan melotot.

"Apa?"

"Kau tidak pernah berdoa?" tanya Gun penasaran pada pria itu, ia ingat pada saat acara ceramah, ia melihat Gun dan beberapa napi duduk bersila di saat semua orang berlutut dan mengambil sikap Anjali.

"Apakah aku bisa mati dengan tenang jika aku berdoa?" tanya Gene dengan menyeringai.

Gun tidak tau apakah ia serius atau bercanda, lalu membalas. "Aku tidak tau apakah kau akan mati dengan tenang, tetapi berdoa akan membuat hidupmu lebih tenang..."

"Tidak perlu, jika kau menjauhiku, maka hidupku akan tenang..." balas Gene to the point.

"Aku hanya khawatir kau akan merasa kesepian..." balas Gun, lalu berpikir sejenak dan mengganti topik.

"By the way, aku ingat kau pernah mengatakan bahwa kau terinfeksi virus HIV melalui donor..." ujarnya penasaran. "Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apakah kau tidak menuntut pihak rumah sakit atau meminta ganti rugi?"

Gene tidak menjawab dan mengabaikan pertanyaannya.

Gun mengistirahatkan lengannya di atas gagang sapu sambil memandangnya lurus seakan mendesaknya untuk menjawab. Menyadari hal itu, Gene menimbang sejenak dan menghela nafas panjang sebelum memutuskan untuk memberitahunya.

Bahasa Indonesia - I Saw Him, from Behind the Bar - ENDWhere stories live. Discover now