Chapter Two - Life in Prison

145 20 2
                                    

Sudah satu minggu dua hari Gun bergabung dengan komunitas barunya, ia mulai merasa tidak betah dan bosan, selain itu ia juga sangat merindukan ponsel, computer, kamar serta kasurnya yang empuk. Meskipun selnya tidak terlalu buruk, namun ruangan itu sangat panas, pada malam hari sangat gelap, ia bahkan tidak bisa membaca dengan kualitas cahaya yang bisa dibilang sangat buruk.

Akhirnya ia pun memutuskan untuk tidur saja dan memikirkan bagaimana caranya memotong bawang agar matanya tidak perih, kalau tidak cepat atau lambat dia pasti akan buta, pikirnya.

Tiba - tiba saja ia mendengar suara keributan di luar sel bloknya, tidak hanya dirinya, para napi yang lainnya juga terbangun dan menghampiri jeruji.

"Si Khan dari blok D kerasukan lagi?" Tanya Dome.

"Aku percaya ia hanya pura - pura gila agar dipindahkan ke rumah sakit jiwa!" komentar Suk. "Sayangnya Dr. Off tidak percaya dengan yang namanya hantu..."

Gun menelan ludahnya berat saat mendengar kata kerasukan, tidak aneh jika banyak arwah penasaran bergentayangan di tempat ini, pikirnya. Bulu kuduknya berdiri seketika, ia pun menoleh ke belakangnya dengan gemetaran.

Tiba - tiba saja bayangan Pavadee yang berlumuran darah menghantuinya seketika, Gun pun berteriak kaget. Para napi pun seraya menoleh ke arah selnya.

"Apa kau juga melihat hantu?"

"Hantu wanita, kan?" Tanya seorang napi. "Aku bisa melihatnya dari sini, ia mengenakan baju merah, rambutnya panjang dan terurai, wajahnya penuh darah dan ia sedang menatapmu, mungkin dia datang menuntut balas padamu!"

Tubuh Gun gemetaran, matanya bergerak mencari ke seluruh ruangan yang kecil itu, meskipun tidak ada apa - apa, namun ucapan napi itu membuatnya sangat ketakutan.

"Hentikan, jangan mengerjainya, bagaimana kalau dia sampai kencing celana? Kau mau tidur dengan mencium aroma urine sepanjang malam?"

"Bagaimana kalau kubilang aku sungguh melihatnya? Kau tidak percaya padaku?"

"Jika sungguh ada, yang paling banyak pasti di dalam selmu!"

"Pava..." panggil Gun pelan. "Kau kah itu? Apakah...kau kesakitan jatuh dari tempat yang begitu tinggi?"

"Kau dengar itu?" Tanya napi tadi pada lawan bicaranya. "Dia bicara dengan seseorang di dalam selnya!"

"Ma-maaf..." Gun duduk bersandar pada jeruji besi sambil memandang ke langit - langit selnya. "Aku seharusnya menolongmu...maafkan aku..."

"Hei, anak baru! Kau baik - baik saja?"

"Maaf...Pava...maaf..." tiba- tiba saja Gun jatuh pingsan di depan jeruji besi.

---------------------------------------------------------------------------------

Selanjutnya saat membuka mata, ia sudah berbaring di ranjang pasien di klinik penjara. Ia bisa mencium aroma desinfektan dan mendengar suara langkah kaki seseorang di ruangan yang berjalan mendekat.

"Kau sudah siuman? Bagaimana perasaanmu?" Tanya sang dokter.

Gun tidak menjawab, ia membuka matanya perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali sambil beradaptasi dengan cahaya di dalam ruangan.

Off menarik kursi dan duduk di sebelahnya, kemudian menembakkan senter ke arah matanya, membuat Gun seraya memalingkan wajahnya melihat ke arah lain.

"Apa kau sungguh melihat sosok hantu wanita?" Tanya dokter itu padanya sambil tertawa menyeringai. "Apa kau membunuhnya?"

"Tidak!" sahut Gun spontan.

"Oh!" Off berkomentar singkat sambil memainkan senter di tangannya. "Lalu...kenapa kau tidak menyangkalnya di pengadilan?"

Bahasa Indonesia - I Saw Him, from Behind the Bar - ENDHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin