Chapter One - First Day in Prison

386 27 1
                                    

Note:

Dear Readers,

Ini adalah cerita lama yang pernah di request oleh seorang pembaca namun pending, saya minta maaf atas keterlambatan meneruskan cerita ini. Sekarang saya akan berusaha untuk melanjutkan dan menamatkannya. 

Terima Kasih.

Enjoy Reading!


Khlung, Chantaburi Province.

"Pengadilan memutuskan terdakwa bernama Gun Atthapan bersalah atas tuduhan pembunuhan berencana dan akan menjalani hukuman penjara selama dua puluh dua tahun!"

Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali untuk mengsahkan hasil putusan.

Setelah itu terdengar suara ricuh dari ruang pengadilan yang berasal dari keluarga terdakwa dan korban yang menolak hasil putusan pengadilan.

"Dia harus dihukum mati! Dia adalah pembunuh! Ini tidak adil!"

"Tutup mulutmu! Dia baru berusia 19 tahun!!! Kalian telah menfitnahnya dan merenggut masa depan putraku apa bedanya dengan membunuhnya?!!"

"Menfitnah?! Putramu menggoda putriku, menghamilinya dan tidak bertanggung jawab, dan demi menutup aib, ia tega menghabisi nyawa putriku!"

"Putrimu bunuh diri!!!"

Sementara itu si terdakwa menyaksikan kegaduhan yang terjadi di depannya tanpa menunjukkan reaksi sedikitpun, selain karena syok, ia juga mengalami trauma, ia tidak tau apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.

Pria malang itu pun digiring meninggalkan ruang sidang menuju sel sementara, sebelum di kirim ke penjara untuk menjalani masa tahanannya.

Ia mencoba membayangkan kehidupan seperti apakah yang ada di dalam penjara itu, bagaimana ia melewati hari –harinya kelak selama dua puluh tahun di tempat asing, tidak ada game, tidak ada internet, tidak ada teman, hiburan, sekolah, dll.

Setelah keluar, usianya sudah tidak muda lagi, ia tidak ada gelar pendidikan, pekerjaan, jangankan pacar. Bagaimana ia melanjutkan hidup?

Kata orang, masuk penjara seperti masuk ke dalam neraka, kau akan tidur di ruangan yang sempit dan kotor, makan makanan sisa, dipaksa bekerja, dipukul dan dibully oleh sipir penjara dan napi lainnya, dan diperlakukan seperti binatang, bahkan jika sial kau akan mati dan menjadi setan penasaran selamanya.

Membayangkan hal ini, bulu kuduknya langsung berdiri, sejenak terlintas dipikirannya hendak bunuh diri saja dari pada kehilangan kebebasan.

Akhirnya pertahanannya runtuh, ia tidak bisa lagi menahan air mata yang mengalir deras di wajahnya sebagai reaksi ketakutan dan kekhawatiran. Namun ia tidak bisa melakukan apapun saat ini, bahkan untuk bunuh diri. Kedua tangannya di borgol, ia ditempatkan di sebuah sel kosong yang gelap, dan tidak ada benda berbahaya disekitarnya yang bisa ia gunakan untuk menyakiti orang lain atau dirinya sendiri, kecuali pikirannya sendiri.

Ketakutannya akan bayangan situasi di penjara seakan memangkas sumbu hidupnya menjadi setengah, jiwanya seakan melayang.

[Flashback]

Terdengar suara teriakan dari atap gedung fakultas ekonomi, beberapa mahasiswa yang mendengar suara tersebut segera berlari untuk melihat apa yang terjadi. Seorang mahasiswi yang tiba pertama kali di lokasi kejadian dan menyaksikan seorang jatuh bebas dari atap gedung, mendarat dengan posisi telentang di lantai semen dan tampak darah mengucur dari belakang kepalanya.

Siswa malang itu tewas seketika dengan mata terbelalak lebar, sedangkan saksi yang melihatnya langsung berteriak. Tidak lama beberapa mahasiswa pun tiba, dan melihat ke atas gedung, mendapati seorang mahasiswa berdiri mematung di sisi tembok pembatas sambil melihat kebawah.

Bahasa Indonesia - I Saw Him, from Behind the Bar - ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora