19: A Spy

2K 345 114
                                    

------------------×××⚠️×××-------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

------------------×××⚠️×××-------------------

Duduk di atas tangga kecil yang terbuat dari susunan kayu, Sean menempatkan ponselnya lebih dekat ke bibir. "Izinkan aku keluar, sebentar saja?"

"Tidak boleh," Suara Yibo menyahut dari speaker terdengar tenang namun tegas.

"Hanya untuk menjenguk Jizhun di rumah sakit. Setidaknya aku harus mengucapkan terima kasih setelah apa yang ia alami karena telah melindungi Yixian."

"Tidak perlu. Lagipula kudengar dia sudah mulai pulih dan akan segera meninggalkan rumah sakit. Kita bisa mengundangnya datang ke rumah nanti," tutur Yibo.

Sean turun dan memindahkan ember cat ke samping, memperhatikan rangkai yang mulai membentuk sebuah kandang itu. Tukang kebun yang sedang mengerjakan bagian atap segera membuang muka begitu bertemu tatap dengan Sean, masih sebal dengan perbuatannya beberapa waktu lalu lantaran telah membantai pohon kesayangannya untuk dijadikan bagian pagar kandang.

"Wang Yibo, sampai kapan kau akan memperlakukanku seperti ini?" Sean membuang napas resah. "Kau berkeliaran sendiri di luar sana sementara aku kau kurung di istana bersama para kurcaci ini?"

Beberapa penjaga yang kebetulan berdiri di dekatnya serentak menoleh, memandang jenuh.

"Aku akan pulang lebih awal hari ini. Segala yang kau perlukan sudah tersedia di sana, bertahanlah sampai semua urusan ini selesai."

"Aku tahu, tapi sampai kapan? Setidaknya berikan aku sedikit kepastian."

Yibo mengangkat wajah dan mengarahkan pandangannya ke pintu, mendengar suara ketukan high heels yang datang mendekat.

"Segera, secepat mungkin. Baik-baik di sana, sampai jumpa." Yibo memutus panggilan dan bersiap menyambut sosok yang telah ia tunggu kedatangannya itu.

Seorang wanita berpenampilan anggun dengan polesan make up tipis yang mempertegas kecantikan alaminya, duduk dan menyilangkan kaki. Kedua sudut bibir berwarna cherry-nya terangkat naik membentuk senyuman, namun sorot matanya kuat akan pesan kebencian.

"Terima kasih telah datang memenuhi undanganku, Nona Yinyin."

"Aku datang karena kau menjemputku. Bagaimana aku bisa menolak?" Yinyin melirik ke belakang dimana dua orang pria berdiri membayangi. Kedua orang itulah yang mencegat mobil Yinyin dan memaksanya untuk datang berhadapan dengan Wang Yibo.

"Karena kau sangat sulit dihubungi, aku tidak punya pilihan lain." Yibo menyuruh semua orang meninggalkan ruangan dan menutup pintu, memutus arus suara orang-orang yang tengah asyik bermain billiards di luar sana. "Aku orang yang tidak sabaran juga sangat sibuk," sambungnya.

𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐨𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲 𝐒𝟐 [Complete ✓]Where stories live. Discover now