37: The Sound of New World

1.1K 219 103
                                    

‹«---------------♥💮♥-------------»›

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

‹«---------------♥💮♥-------------»›

Wajah Yixian tersimpan di dalam bandul sebuah kalung liontin, potret berharga itu dipandang begitu dalam oleh sepasang mata yang tanpa sadar meneteskan tangis. Jizhun menutup bandul itu ketika merasakan seseorang mendekat, sosok pria yang duduk di kursi roda kemudian tersenyum menyambut.

"Ge!" Jizhun segera memasang wajah ceria dan menyerahkan sebuket bunga, "Bagaimana keadaanmu?"

"Sebaiknya jangan tanyakan itu pada seseorang yang sedang menjalani chemotherapy, aku tidak ingin berbohong dan terlihat menyedihkan."

"Aku mungkin tidak akan bisa mengunjungimu untuk waktu yang sangat lama. Aku akan tinggal di asrama akademi dan fokus pada pelatihan," ungkap Jizhun dengan menyesal. "Aku harap kau bisa melewati masa sulit ini dan kembali pulih."

Pria yang kini tak memiliki sehelai rambut pun di kepalanya itu hanya tersenyum tipis dan berkata, "Aku tidak berharap banyak, Jizhun. Hidupku tidak begitu menyenangkan, aku lelah dengan segala hal. Lagi pula jika aku mati, ayah tidak akan memiliki senjata untuk mengancammu. Kau bisa terbebas, melakukan apa yang kau mau dan mencintai orang yang kau pikirkan saat ini."

"Kau juga orang yang berharga bagiku ..." Jizhun tertunduk lalu mengambil napas dalam-dalam, ia mengenal kakaknya lebih dari siapa pun. Saat ini mungkin lelaki itu terlihat tegar dan tenang, tetapi sebenarnya ia memendam kesedihan yang begitu dalam. Ia adalah orang yang sangat menikmati dunia, namun kini semua itu tak tersisa. Ia di sini, di ambang kematian.

"Tapi jika kau ingin menyerah, setidaknya tolong beritahu aku. Ketika kau benar-benar lelah, ... Ketika kau sudah tak tahan lagi ... Tolong panggil aku." Ia tahu ia selalu disayangi, tetapi rasanya begitu sakit ketika ia tidak bisa melakukan yang sebaliknya. Jizhun merasa ia tak berguna dan tak berdaya untuk kakaknya.

"Jangan khawatir. Aku memang menginginkanmu menjadi orang terakhir yang kulihat sebelum mataku tertutup. Adikku," Jicheng meraih tangan Jizhun dan memanggil kenangan ketika ia dan Jizhun bermain bersama semasa kecil. Sayang sekali, ia tak memiliki kesempatan untuk mengulangnya kembali.

Hanya sampai hidup Jicheng berakhir, Jizhun akan dapat kembali pada kehidupan yang diinginkannya, pada kebahagiaan yang didambakannya. Mungkin sebentar lagi, mungkin juga masih jauh di depan ...

"Ketika kau telah memutuskan dengan siapa kau akan menghabiskan sisa usiamu, maka tetaplah berjalan ke sana," Jicheng merasa hebat ketika akhirnya dapat memberi Jizhun pesan yang baik. "Jangan menjadi sepertiku."

***

Berdiri di depan zebra cross, Saino mengurungkan niatnya menyeberang ketika melihat seorang ibu duduk sambil menggendong bayi mungilnya yang sedang menangis.

Saino mendekat dan memperhatikan dengan serius. Sikapnya yang mencolok itu kemudian disadari oleh sang ibu.

"Apa ada yang bisa kubantu, anak manis?"

𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐨𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲 𝐒𝟐 [Complete ✓]Where stories live. Discover now