UWAN SETUNGGAL

17K 1.5K 37
                                    

" Jadikan saya muridmu nyai...!"

Nyai Mutik tersenyum miris, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan, sementara itu Sumirah menunduk takut bila nyai Mutik marah kepadanya.

" Apa tujuanmu nduk sehingga ingin menjadi seperti ku?"

Sumirah mengangkat wajahnya, bola matanya beradu dengan bola mata milik nyai Mutik. Sumirah kaget karena tiba-tiba bola mata nyai Mutik berubah seperti mata seekor ular, bukan bola mata manusia normal. Tubuhnya kaku, matanya seolah terkunci dan dipaksa menatap bola mata milik nyai Mutik.

" Jika menatap mataku saja kau ketakutan, apa mungkin kau bisa menjadi seperti ku Sumirah?"

Perlahan bola mata nyai Mutik kembali seperti semula, sedangkan tubuh Sumirah terjatuh perlahan dari kursi yang dia duduki. Tubuhnya penuh keringat dan bergetar hebat, nafasnya cepat. Dadanya terasa sesak, bahkan dia sampai harus bernafas menggunakan mulutnya.

Perlahan nyai Mutik mendekati tubuh Sumirah yang lemas, dan memegang jemarinya yang dingin.
Nyai Mutik memejamkan kedua matanya, perlahan hawa hangat mengalir dari tangannya dan berpindah ke tubuh milik Sumirah. Sumirah mengangkat wajahnya yang sedikit pucat. Nyai Mutik tersenyum, perlahan didudukan tubuh Sumirah diatas dipan.

" Kamu tahu nduk,  segala sesuatu yang kamu inginkan pastinya ada yang  harus dikorbankan. Semakin besar hal yang kamu inginkan pastinya yang harus dikorbankan juga sama bahkan lebih besar lagi. Jika kau ingin mutiara maka kamu harus ke dasar lautan. Jika kamu ingin emas maka kamu harus menggali gunung. Apa kamu paham perkataan ku Sumirah?"

Sumirah mengangguk perlahan.

Pulanglah kamu ke rumahmu, mantapkan dulu niatmu, apa tujuanmu, lalu jika kamu sudah benar-benar yakin, kamu kembalilah kemari.

" Sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan lagi nyai, kenapa saya tidak bisa melawan keinginan Permana nyai? Padahal saya sangat ingin membunuhnya."

" Kamu terkena guna-guna Sumirah, selamanya kau tidak akan bisa lepas dari mantan suamimu. Setelah bercerai kau akan selalu menjanda. Seluruh orang yang ada didekatmu akan meninggal.Tak akan ada yang bisa menikahi mu, walaupun si pria sangat mencintaimu. Kau tidak akan menikah dan tidak akan bisa mempunyai keturunan. Kau terkena guna-guna UWAN SETUNGGAL Sumirah. Itu dapat dibuktikan dari adanya uban yang hanya ada satu tepat di uyeng-uyeng kepalamu. Uban itu tidak bisa dicabut oleh sembarang orang kecuali si penanam guna-guna atau orang yang ilmunya lebih tinggi Sumirah."

" Tolong lepaskan pengaruh guna-guna itu nyai, saya mohon."

" Saya tidak boleh ikut campur dengan apa yang terjadi padamu Sumirah, itu sudah takdirmu. Kamu jalani semuanya dulu. Nanti ada masanya kamu akan bertemu dengan jalan bercabang yang akan mengubah takdirmu. Lebih baik sekarang kamu pulang ke rumahmu Sumirah!"

" Saya harus pulang kemana nyai? Saya sudah diusir? Hiks. Hiks..."

Sumirah menangis bingung, kemana dirinya akan pulang setelah dia diusir dri rumahnya sendiri.

" Bukankah kamu masih ada uwakmu? Pulanglah kerumah uwakmu Sumirah, tak baik kau berlama-lama disini tanpa ada penjanjian dengan kanjeng ratu kami. Bukan aku mengusirmu Sumirah, akan tetapi aroma  tubuhmu sangat wangi dan menggoda para lelembut. Nyawamu bisa terancam jika terlalu lama disini"

" Bagaimana cara saya pulang nyai?"

Sumirah memahami situasinya, lebih baik dirinya menuruti perintah nyai Mutik daripada celaka.

" Mendekatlah kemari Sumirah.."

Sumirah mendekatkan tubuhnya kearah nyai Mutik.

" Pejamkan matamu"

Sumirah menuruti perintah nyai Mutik, lalu tiba tiba tengkuknya terasa dingin, kepalanya berat dan akhirnya Sumirah pingsan.

Sssssst.....sssst....sssst...
Ular hitam bertanduk emas kemarin kembali datang menemui nyai Mutik. Kini dirinya tak banyak bertanya, dirinya hanya diam menunggu perintah dari nyai Mutik untuk dirinya.

" Gowo wedokan iki bali umah uwak e, ojo ngasi kemenungsan." ( Antar perempuan ini kembali kerumah uwaknya, jangan sampai ketahuan oleh manusia yang lain")

Wusssh....
Sang ular kembali berubah menjadi lelaki tampan. Dia pun membopong tubuh Sumirah dan perlahan menghilang bersamaan dengan datangnya kabut. Nyai Mutik menggelengkan kepalanya.

" Sumirah sangat berbakat, tapi aku tak bisa memaksakan takdir, jika Sumirah memang berjodoh dengan kanjeng ratu, dia pasti akan kembali lagi kesini"

Sementara itu, ke esokkan harinya Sumirah sudah berada dirumah uwaknya, dirinya terkejut karena tebangun didipan. Seingatnya dirinya berada di rawa ireng.

" Kamu sudah sadar nduk? Kamu pingsan selama 2 hari 2 malam nduk, warga menemukanmu dipinggiran sungai."

Seorang wanita tua agak bungkuk dengan penutup kepala menghampiri keponakannya, Sumirah. Wanita itu adalah nyai Aminah, kakak perempuan dari rama Sumirah, yang sering dipanggil uwak oleh Sumirah.

" Sungai uwak? Bukannya saya ada di rawa ireng uwak?"

Nyai Aminah terkejut dengan pernyataan Sumirah.

" Astagfirullah Sumirah, kamu harus menjahui tempat itu, jangan kau sebut namanya, kamu paham Sumirah?"

Sumirah menganggukkan kepalanya, tangan nyai Aminah mengelus perlahan pucuk kepala milik Sumirah.

" Uwak sudah mendengar semuanya nduk, kamu yang sabar ya, tetap dekat dengan sang pencipta. Uwak yakin setiap musibah pasti ada hikmahnya nduk."

Air maya nyai Aminah menetes meratapi nasib keponakan yang sudah dia anggap seperti darah dagingnya sendiri. Dia tidak menyangka Permana begitu kejam. Dulu nyai Aminah sangat menentang perjodohan Sumirah dengan Permana, ternyata firasatnya terbukti benar. Permana bukan lelaki yang baik.

Seminggu berlalu, dan selama itu pula Sumirah tinggal bersama uwaknya, hingga pada malam ke-8 saat Sumirah dan nyai Aminah tertidur, seseorang membakar rumah nyai Aminah, Sumirah dan uwaknya terjebak didalam rumah yang tengah dilalap si jago merah.
Dari balik pohon tampak seseorang  menyeringai puas, dia adalah Permana.

" Mati koe...Sumirah..!!" ( Mati kamu, Sumirah..!")

SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Where stories live. Discover now