SYARAT dan SUMPAH

15.2K 1.5K 83
                                    

" Kanjeng ratu, tolong saya...!!"

Geledeaaar...gelederaaaar...

Suara guntur saling bersahutan. Hujan deras menari bersama sang angin. Tangan Sumirah berusaha menggapai sesuatu, seluruh badannya mati rasa. Pandangan matanya semakin memudar.
Sesosok pria melangkah ke arahnya, itu adalah hal terakhir yang dia lihat sebelum kesadarannya menghilang.

Sang pria menutupi tubuh polos Sumirah dengan selembar kain jarik bermotif emas lalu membopongnya menembus derasnya hujan, membawanya ke tempat dimana Sumirah memanggil nama ratunya, penguasa rawa ireng.

Ssssst...sstttt....

Sang ratu mengelilingi tubuh Sumirah yang tergeletak disebuah batu.

Ssst..ssst....ssst..

" Apakah kau begitu putus asa cah ayu, hingga kau memanggilku, bukan memanggil Tuhanmu"

Sang ratu menjulurkan lidahnya yang bercabang ke tubuh Sumirah, perlahan Sumirah tersadar dari pingsannya.
Awalnya Sumirah kaget melihat kembali sang ratu, tapi perlahan Sumirah tersisak, suara paraunya semakin membuat tangisnya terdengar pilu.

" Ssssst.....menengo cah Ayu, ojo nangis maneh, koe njaluk opo? Bakalan tak tulungi kekarepanmu!"
( Diamlah anak cantik, jangan menangis lagi, kamu minta apa, aku akan membantu semua keinginanmu)

" Tolong saya kanjeng ratu..."

Ssst....ssst... ssssst

Sang ratu mendekatkan kepalanya ke wajah Sumirah, mencari tahu isi hati sesungguhnya anak manusia yang ada didepannya. Mencari kepastian sebelum dirinya benar-benar membantunya, mencari kepastian apakah benar-benar sudah tidak ada Tuhan didalam hati Sumirah.

" Jika aku membantumu, apa yang akan kau berikan padaku sebagai balas budi Sumirah?"

" Apa yang kanjeng ratu inginkan dari saya? Saya sudah tidak punya apa-apa lagi selain nyawa saya"

Sumirah menunduk, karena dia memang tak punya apa-apa lagi untuk dipersembahkan kepada penguasa rawa ireng didepannya.

Sssssssst....ssssssst...

" Kau ingin lepas dari guna-guna uwan setunggal Sumirah?"

Wajah Sumirah mendongak tak percaya menatap wajah sang ratu, kenapa dia bisa tahu keinginannya.

Ssssttt...ssssttttt

" Lalu kau ingin menjadi cantik lagi kan cah Ayu? seperti Mutik?"

" Bbbbeennaar kkanjenng rrratu..."

Kanjeng ratu menjulurkan lidah bercabangnya ke arah perut Sumirah.

" Berikan aku keturunanmu, maka akan aku kabulkan permintaanmu!"

" Kketurunan? Maksud kanjeng ratu?"

Sumirah sungguh tak paham dengan apa yang dimaksud dengan keturunan, dirinya mandul karena selama 4 tahun tidak mampu mengandung benih dari mantan suaminya.

" Kau sedang mengandung Sumirah, anak dari Permana, berikan keturunan mu, maka akan aku kabulkan permintaanmu!"

Sumirah otomatis memegang perutnya, dia tidak tahu kalau dirinya tengah mengandung benih Permana, buah hati yang dia tunggu-tunggu selama 4 tahun. Anak adalah yang menjadi alasan kenapa dirinya di cerai, karena dituduh mandul. Apakah dia tega anaknya dimakan oleh penguasa rawa ireng demi membalas dendam kepada Permana.

Sssssst....Ssst. ..sssstt

Kanjeng ratu melingkarkan badannya mengelilingi Sumirah, kepalanya menyembul lalu bergerak dari arah belakang mendekati pendengaran Sumirah.

" Aku tidak akan memakan anakmu, dia akan menjadi wadah ku selanjutnya, dia akan menjadi ratu rawa ireng yang baru"

Ssssssst..ssssttttt

" Anakmu tidak akan mati Sumirah, justru dia akan hidup abadi sebagai wadah dari jiwaku yang baru. Begitulah cara kami bangsa lelembut rawa ireng tetap kekal. Termasuk Mutik, dia juga akan mencari wadah baru setiap 100 tahun, dan akan berganti kulit setiap 10 tahun sekali."

Sssstttt.....ssst...ssst..

" Apa kamu ragu Sumirah? Kalau kamu ragu, pergilah dari sini, dan jangan kembali lagi untuk meminta bantuanku"

"Tidaak..! Saya tidak ragu kanjeng ratu, saya hanya bingung, bagaimana cara saya menyerahkan si jabang bayi karena dia masih berada di rahim saya?"

Sssssst...ssst...

Sang ratu menatap tepat dimanik hitam milik Sumirah.

" Bersumpah setialah kepadaku Sumirah, lalu lupakan Tuhanmu, niscaya aku akan membantumu.
Jadikan aku tuanmu, tempat kamu meminta bantuan, dan serahkanlah nyawamu padaku maka kekhawatiranmu akan sirna.
Jadilah kau dayang abadiku, pelayan setiaku, dan lakukan semua syarat yang aku minta darimu, sebagai bukti janji setiamu padaku, Sumirah...!"

Ssssssssst...ssssssst.....sssst
Sang ratu melepaskan lingkaran tubuhnya, kepalanya masih tetap menatap lurus ke mata Sumirah.

" Baik kanjeng ratu penguasa rawa ireng, saya Sumirah bersumpah akan memenuhi segala syarat yang kanjeng ratu berikan, saya persembahkan nyawa saya, serta akan menjadi pelayan abadi, dayang setia, dan menjadikan kanjeng ratu tuanku selamanya."

Siiiiiiiiiiingggggggg...

Tiba-tiba tubuh kanjeng ratu bersinar sangat terang, cahayanya yang silau menembus langit malam yang saat itu masih diselimuti mendung pekat.
Para warga kalimas keluar dari rumahnya, menatap takjub sekaligus ketakutan dengan cahaya tersebut. Cahaya yang konon hanya muncul jika penguasa rawa ireng sedang murka serta akan terjadi hal yang mengerikan.

Tung...tung....tung...tung....tung...

Tung...tung...tung...tung....

Tung.. Tung...tung...tung...

Suara kentongan dari bambu dibunyikan oleh warga pribumi.

" Awas, ati-ati pagebluk, ojo podo metu seko umah, poso mutih o 3 dino, ojo podo nyembeleh kewan. Ati-ati ratu lelembut rawa ireng  ngamuk.! Ojo podo metu seko umah 3 dino! Umah e siram o nganggo uyah segoro. " ( Awas, hati-hati wabah bencana, jangan ada yang keluar rumah, puasa putih lah selama 3 hari, jangan ada yang menyembeleh hewan. Hati-hati penguasa rawa ireng sedang murka, jangan ada yang keluar rumah selama tiga hari, sekeliling rumah taburi dengan garam laut !!"

Tung..tung...tung...

Kepala desa dan sesepuh langsung memberi pengumuman dan arahan kepada warganya.
Kejadian 200 silam kini terulang kembali.
Warga langsung menyebarkan garam disekeliling rumah mereka, lalu menutup rapat pintu rumahnya.

Hal ini juga berlaku di kediaman Permana. Gendis yang ke takutan memeluk erat tubuh lelaki disampingnya.
Anak buahnya sibuk menabur garam disekitar rumahnya. Gendis pucat, ketakutan.

" Kangmas, ono opo iki sakjane...!" ( mas, ada apa ini sebenarnya!"

Permana tak menjawab pertanyaan Gendis, dirinya sibuk dengan pikirannya sendiri sambil mengepalkan tangannya.

" Sumirah, opo koe isih urip?" ( Sumirah, apakah kmu masih hidup?)

SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang