MASJID TIBAN

10.3K 1.1K 18
                                    

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x)

Asyhadu allaa illaaha illallaah. (2x)

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. (2x)

Hayya 'alashshalaah (2x)

Hayya 'alalfalaah. (2x)

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1x)

Laa ilaaha illallaah (1x)

Seorang pria muda dengan jubah putihnya berjalan perlahan di desa Kalimas, dirinya terlihat kebingungan.

" Permisi mas, masjid disebelah mana ya? Saya dengar suara adzan, tetapi saya cari hingga berkeliling berkali-kali tak ada masjid disekitar sini!"

" Lurus saja mas, sudah dekat kok. Mas siapa ya? Saya baru lihat?"

" Saya Anggara mas, saya dari pulau seberang."

" Ooh, kalau begitu saya permisi mas"

" Tunggu! Mas tidak sekalian ikut ke masjid?"

" Anuu... Tidak mas, saya terburu-buru!"

Anggara tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya.

" Baiklah, terima kasih ya mas. Hati-hati dijalan. Assalamualaikum"

" Wa... Wa.... Wa... Permisi mas!"

Anggara menggelengkan kepalanya melihat lawan bicaranya itu yang langsung pergi tanpa membalas salam darinya.

Anggara kembali melangkahkan kakinya. 

"Aneh, tadi sepertinya aku sudah kesini, dan tidak ada masjid disini. Tapi kenapa sekarang ada?"

Anggara kaget, ternyata masjid yang dia tuju adalah sebuah bangunan yang sudah sangat tua. Pondasinya memang berbentuk sebuah masjid, tetapi dindingnya terbuat dari anyaman bambu dengan lantai yang diplester kasar. Atapnya nampak tersusun genteng yang terlihat tua. Masjid ini walau tua terlihat sangat bersih dan terawat.

" Assalamualaikum"

" Walaikumsalam.."

Didalam masjid hanya ada seorang kakek tua dengan jenggot putihnya tengah duduk dengan seorang bocah sekitar 7 tahunan.

Anggara menemui mereka, lalu berjabat tangan.

Sepi.......

Lama Anggara menunggu, tapi jumlah orang yang berada dimasjid tak lagi bertambah jumlahnya. Hanya ada dirinya, sang kakek serta bocah 7 tahun cucu sang kakek.

" Ahmad.....!"

Anak yang dipanggil langsung paham, lalu berdiri dan melakukan iqomah.

" Silahkan nak, kau yang menjadi imam!"

" Kakek saja, saya yang masih berilmu rendah ini masih belum pantas melakukannya"

" Baiklah kalau begitu nak"

Begitu sholat dimulai, Anggara merasakan sebuah keanehan. Saat sang imam bertakbir seolah ratusan jamaah sudah berbaris di shaf dengan rapi. Saat sang imam mengucap amiin, Anggara mendengar gemuruh suara ratusan orang yang juga turut mengucap kata amin.

Anggara terdiam, tetap berusaha khusu' dalam melakukan ibadahnya walau kejanggalan demi kejanggalan terus terjadi.

Saat sholat telah selesai, betapa terkejutnya Anggara, karena ternyata tidak ada siapapun didalam masjid kecuali dirinya, sang kakek tua dan cucunya juga menghilang.

Anggara menghela nafas perlahan lalu duduk bersila untuk melakukan dzikirnya. 

Entah berapa lama Anggara berdiam diri didalam masjid. Masjid ini terasa sangat nyaman, membuat dirinya ingin berlama-lama didalamnya. Hingga akhirnya seseorang menepuk bahunya sehingga membuat Anggara tersadar.

Anggara menoleh, nampak seorang lelaki yang belum terlalu tua tetapi sudah tidak muda lagi memandangnya dengan tatapan aneh.

" Maaf mas, anda siapa ya? Kenapa ada disini?"

" Saya Anggara mas, saya kesini untuk sholat. Bukankah ini masjid?"

Pria dihadapan Anggara menggeleng, lalu perlahan kembali menepuk bahu Anggara yang masih duduk.

" Ayo ikut saya mas, nanti saya ceritakan, yang penting njenengan( kamu) keluar dulu dari sini"

Anggara yang memang merasa janggal dengan masjid ini pun mengangguk. Lalu berdiri perlahan mengikuti langkah kaki pria yang mengajaknya pergi.

Wusssssssh......

Saat akan pergi, tiba-tiba angin dingin berhembus kencang.

" Aaayyo mas kita segera pergi dari sini!"

Pria disebelah Anggara berteriak, seolah ketakutan dan mempercepat langkahnya.

Anggara menatap mimbar imam, disana berdiri kakek yang tadi menjadi imam bersama anak kecil yang tadi juga ikut sholat berjamaah dengannya.

Sang kakek beserta cucunya tersenyum ramah sambil menundukkan kepalanya seolah mengucap salam perpisahan kepada Anggara.

" Assalamualaikum, matur suwun"

Suara serak khas kakek tua berbisik ditelinga Anggara. Anggara mengangguk lalu tersenyum.

" Walaikumsalam, sami-sami!"

SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Where stories live. Discover now