NYAI SUMSUM

13.4K 1.3K 39
                                    

SUSUK TERATAI PUTIH
BAB.17

NYAI SUMSUM

" Darimana saja kamu Gendis? Semalam kok tidak ada dirumah?"

" Menari kangmas, kan aku penari."

" Menari? Kenapa bajumu compang-camping begitu? Seperti habis diserang binatang buas!"

" Anuuu....."
Gendis pucat, bingung akan memberikan alasan seperti apa, tidak mungkin dirinya berkata jujur kalau semalam melayani ki Lawu, sebagai syarat agar Permana suaminya sembuh.

" Ini tadi saya terperosok di jurang saat pulang pentas menari kangmas, untung saja jurangnya tidak terlalu curam, dan ada pencari kayu bakar yang menolongku tadi."

Permana menatap Gendis, masih dengan tatapan keraguan.

" Kangmas sudah sehat?"

Gendis berusaha mengalihkan pembicaraan, agar Permana tak fokus dengan keadaannya saat ini.

" Sudah, ki Lawu kan sudah mengobatiku, aku hanya perlu sedikit berolahraga, agar tubuh tidak kaku karena terlalu lama berbaring diranjang!"

" Oh, kalau begitu saya bersih-bersih dulu kangmas, supaya selalu tampil cantik dihadapanmu!"

" Heeemmm...!!"

Permana hanya berdehem menanggapi perkataan Gendis, dirinya masih merasa kalau istrinya menyembunyikan rahasia darinya.

Gendis sudah berada dibilik mandi, badannya terasa remuk. Tadi pagi-pagi buta saat dirinya tersadar, tubuhnya terbaring diatas rerumputan. Matahari belum tersenyum sempurna, fajar masih nampak jingga bercampur gelapnya malam. Dirinya terbaring dalam keadaan busana yang tercabik-cabik, tubuhnya terasa sakit semua, ki Lawu yang menjelma sebagai lelaki rupawan hilang entah kemana.

Byuuuuuurrrrr........

Air bekas siraman tubuh Gendis mengalir di ubin kamar mandi, berwarna merah dan tercium bau amis darah.

"Aaaaaaaaaarggggh.....!!"
" Kangmas.....!!Tolooong!!!!"

Gendis berteriak histeris tatkala dari pangkal pahanya mengalir darah sangat banyak, derah sensitivenya sangat sakit, ubin kamar mandi sepenuhnya berwarna merah darah.

Permana yang mendengar teriakan istrinya langsung berlari kearah suara, pintu bilik mandi terkunci dari dalam. Dalam sekali tendangan , pintunya terbuka lebar.

" Gendiiiiiiiissss.....!!!!!"

Permana melotot dan berteriak melihat Gendis, istrinya telah pingsan dikamar mandi, kakinya dipenuhi darah. Permana langsung menyiram bagian tubuh gendis yang dipenuhi darah, lalu menutup tubuh polosnya menggunakan jarik yang tadi dibawa Gendis.

" Jooo.....Paijoooo....joooo!!!!!"

Paijo tergopoh-gopoh mendatangi juragannya yang berteriak karena panik.

" Nggih juragan..."

" Cepat kamu panggil nyi Sumsum, jemput dia, katakan kalau Gendis sakit!"

"Nggih juragan...!"

Paijo melirik keadaan juragan istri, Gendis yang terlihat sangat pucat, matanya juga menangkap pemandangan yang mengerikan, dimana ubin bilik mandi berceceran darah segar.

" Heh...cepetan jo! Kamu ingin istri saya mati hah! Cepat pergi sekarang!"

" Iiyya juragan..."

Paijo langsung pergi menemui nyai Sumsum, tabib sekaligus dukun beranak yang biasa mengobati orang kampung. Sementara itu Permana langsung membopong sang istri kearah kamar, diletakkan diranjang, mengelap sisa-sisa air mandi di tubuh Gendis lalu memakaikannya baju.

" Miniiii....tumini...miniii..!!!!!"

Tumini istri Paijo yang bertugas memasak menemui juragannya yang sedang kebingungan. Pasalnya berkali-kali dipakaikan jarik baru selalu kotor karena darah tidak berhenti keluar dari organ kewanitaannya.

" Duh gusti, den ayu kenapa juragan? "

Tumini menjerit melihat keadaan Gendis yang sangat memprihatikan, dengan wajah pucat seperti kehabisan darah.

" Tumini kau bantu saya, ini istri saya terus mengeluarkan darah dari anunya, kamu kan perempuan pasti paham harus berbuat seperti apa!"

" Mangga juragan, den ayu ditaruh, saya mau ambil baskom dan air hangat"

Tak butuh lama Tumini telah kembali dengan handuk kecil berisi air hangat yang dicampur dengan rebusan air daun sirih. Perlahan dirinya membersihkan betis Gendis hingga ke pangkal paha yang penuh dengan darah.

Saat Tumini sibuk membersihkan dan berusaha menghentikan darah dengan cara menutupnya dengan jarik yang telah dirinya lipat sedemikian rupa seperti pembalut nyai Sumsum datang bersama Paijo.

" Tumini, siapkan daun sambang darah, kamu tumbuk halus lalu lapisi dengan kain tipis"

" Nggih nyai...."

Nyai Sumsum menggelengkan kepalanya melihat keadaan perempuan dihadapannya sekarang.

" Telat sedikit kamu bisa mati cah ayu"

Nyai Sumsum bergumam, namun perkataannya masih bisa didengar oleh permana. Sebenarnya dirinya ingin bertanya sebenarnya Gendis kenapa, tetapi dia urungkan, takut mengganggu pekerjaan nyai Sumsum.
Nyai Sumsum duduk dipinggir dipan, dibawah kaki Gendis, matanya terpejam.

" Duh Gusti ingkang maringaken saras lan mengankat sedaya penyakit, mantunaken lare estri puniki, bismillahirohmanirrohim..." ( Ya Tuhan yang memberikan kesehatan dan mengangkat segala penyakit, sembuhkanlah anak perempuan ini)

Nyai Sumsum membuka kelopak matanya, lalu memijit dan menekan sela-sela ibu jari kaki dan jari kaki Gendis dengan keras.

"Aaaaaaarggghhht...."

Gendis yang sedari tadi pingsan terdengar mengaduh.

" Alhamdulillah.....!!"

Nyai Sumsum berucap, detik kemudian mengambil daun sambang darah yang telah ditumbuk halus dan dibalut kain, sedikit dia remas agar keluar airnya, dan kemudian ditempelkan dan ditekan di organ kewanitaan Gendis yang terluka.

" Aaaaaaaaarggggghht......"
Lagi Gendis mengaduh menahan sakit.

" Tahan cah ayu..!"

" Sudah selesai...!"

Nyai Sumsum membasuh tangannya menggunakan air rendaman daun sirih dan garam yang sedari tadi disiapkan oleh Tumini.

"Berikan ini jika Gendis sudah makan, biarkan sekarang dia istirahat sambil menunggu makanan matang!"

Permana menerima sebuah botol yang berisikan ramuan herbal dari nyai Sumsum.
Permana akhirnya dapat bernafas lega. Gendis sudah siuman walaupun masih pucat. Darahnya juga sudah berhenti mengalir.

" Sebenarnya istri saya kenapa nyai?"

" Bojomu lan jabang bayimu dipangan lelembut..!!" ( Istri dan calon anak mu dimakan makhluk halus")

SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Where stories live. Discover now