KEMBALINYA SUMIRAH

13.6K 1.3K 18
                                    

SUSUK TERATAI PUTIH
BAB.18

KEMBALINYA SUMIRAH

Permana menggenggam lembut jemari Gendis, wajah istrinya masih sangat pucat. Dirinya terus mengajak bicara Gendis walau sesungguhnya pikirannya penuh dengan penjelasan yang diucapkan oleh nyai Sumsum sebelum beliau pulang.

" Bojomu lan jabang bayimu dipangan lelembut, untung wae aku ora telat, bisa bablas bojomu kaya jabang bayimu!" ( Istri dan jabang bayimu dimakan lelembut, untung saja aku tidak terlambat, bisa bablas/meninggal istrimu seperti jabang bayimu!)

" Jabang bayi? Maksud nyai Gendis hamil?"

" Iya Gendis hamil, apa kamu tidak tahu?"

Permana menggelengkan kepalanya pelan, pertanda bahwa dirinya benar-benar tidak tahu jika Gendis hamil.

" Seharusnya perempuan hamil tidak boleh keluar malam-malam, apalagi tidak membawa gunting dan bawang lanang, tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Saya mau pulang, jaga istrimu jangan sampai dia tertidur atau dia tidak akan kembali sadar. Ramuan tadi kamu minumkan, paksa Gendis untuk makan agar cepat sembuh!"

" nggih nyai terima kasih, ini untuk upahnya nyai.!"

Permana mengulurkan kantong yang berisikan uang yang cukup berat dan besar ke arah nyai Sumsum.

"Eheeem....terima kasih!"

Nyai Sumsum langsung menerimanya dan pulang diantar Paijo.

" Mas, saya haus ingin minum teh hangat."

Panggilan Gendis membuyarkan lamunan Permana, dirinya mengambilkan teh hangat yang ada diatas meja. Perlahan mendudukkan Gendis agar mudah meminum minumannya.
Gendis dengan sedikit dipaksakan dirinya menghabiskan 7 butir telur kampung rebus dan madu, lalu meminum ramuan pemberian nyai Sumsum.

" Sekarang saya sudah boleh tidur kangmas? Saya sudah sangat mengantuk"

Permana mengangguk, mengelus perlahan puncak kepala Gendis, menemaninya agar tertidur, dan hanya dalam hitungan menit istrinya itu sudah tertidur pulas.

" Tumini....!"

" Nggih juragan..."

" Kamu jaga den ayu mu tidur, awasi dia, takut kenapa-kenapa!"

" Nggih juragan"

Permana melangkah menuju gazebo depan rumahnya, mulutnya telah sibuk dengan rokok yang telah mengepul asapnya.

" Gendis hamil? Dimakan lelembut?"
"aaaaaaarrrghht....!!"

Permana mengacak-acak kasar rambutnya. Sejak kapan Gendis hamil? Lalu kenapa bisa dimakan lelembut? Berarti calon bayinya juga sudah mati?. Dirinya harus membuat nasi kluban agar si jabang bayi arwahnya tenang.

" Huuuuufffft......!"

Permana mengepulkan asap rokoknya tinggi-tinggi, pandangannya menerawang jauh ke atas, tidak mungkin dirinya bertanya ke Gendis, istrinya itu baru saja berjuang dari kematian.

Permana frustasi, menghisap dalam-dalam rokonya, lalu membuang puntungnya kesembarang arah.
Kakinya melangkah pergi membawa tubuhnya entah kemana sementara pikirannya tengah mengembara hingga tanpa sadar langkah kakinya berhenti dikerumunan pasar yang cukup ramai.
Bergegas Permana memutar badan ingin kembali kerumahnya, namun tanpa sengaja menabrak seorang perempuan.

" Aduuuh....!"

Perempuan itu jatuh terduduk, Permana yang biasanya akan marah justru mengulurkan tangannya hendak menolong perempuan dihadapannya itu untuk berdiri.

" Tangannya sangat halus" batinnya

Wajah perempuan ditutupi sebuah kain sehingga Permana tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

" Maafkan saya nona"

Permana mencoba berbasa-basi, si perempuan hanya mengangguk tanpa keluar sepatah kata pun.

" mmmmm...yasudah saya permisi..!"

Permana melotot saat tubuh perempuan itu dua langkah dibelakangnya, Permana dengan tergesa membalik badannya. Namun perempuan itu sudah hilang entah kemana.

Suaranya terus menggema digendang telinganya, si perempuan membisikkan kata-kata yang sangat mengerikan baginya.

" AKU KEMBALI, KANGMAS PERMANA...!!"

SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang