Bab 27 : Sampai Kapan?

107 15 0
                                    

Hari yg di tunggu sudah tiba, mereka akan pergi ke Academy Fastron, mereka akan pergi ke tempat di mana para Vampire berada.
     
Di lain tempat, Caven sudah lebih dulu sampai di sana karena dia adalah tuan rumah kerajaan. Tentu dia akan datang bersama ayah nya nanti.
    
"Kau bisa duduk, nanti kalau jatuh bagaimana?" tegur Revan melihat Gei tak henti-hentinya berjalan kesana-kemari, yah mereka tengah berada di kereta api.
   
Di lorong yg sama, hanya ada mereka berenam saja, selain nya ada di lorong lain, atau di kereta api berikut nya nanti.
   
Gei begitu bersemangat, bukan karena akan turnamen, tapi karena dia kini memakan ice cream rasa coklat, dan juga masih ada satu kotak lagi di kursi sana, Revan adalah orang yg bertugas untuk menjaga kotak itu agar tidak hilang. Kalau tidak maka habislah dia nanti.
    
"Ayah mu akan datang nanti?" tanya Louis pada Laskar
    
"Tidak usah bertanya, apa kau tau jika ada undangan ke Academy Demon, mereka juga harus dan wajib mengundang kelima raja klan" jawab Laskar
     
Mendengar kalimat itu Gei terdiam membeku, apa dia akan melihat ayah nya disana.
   
Revan melirik Gei lama, Gei yg tadi sibuk sendiri kini perlahan duduk diam di kursi pojok.
    
"Kau butuh hiburan nona Aurora, setidaknya kau harus melawan ego mu nanti saat tiba di sana" seru Revan
     
Ke tiga pangeran lain terdiam, dan menatap ekspresi rumit dari Gei.
 
"Ada apa?" tanya Louis heran
    
"Kita sepertinya harus membeli ice cream yg banyak" balas Revan terkekeh.
   
"Tenang saja, ayahanda dan ibunda ku ada datang" sambung Revan membuat Gei sedikit lebih lega, nafas nya mulai teratur dan dia kembali memakan ice cream nya.
    
"Kenapa kau mengatakan itu?" tanya Laskar penasaran
    
"Itu, ibu nya Gei tidak akan datang nanti, jadi dia bisa merengek minta di belian ice cream pada ibunda ku" jawab Revan tertawa.
   
Gei mendengus kesal, selanjutnya dia tak peduli lagi dengan obrolan para pageran itu.
  
                              ***
 

   
Keramaian sedikit membuat Gei tak nyaman, jujur saja dia tidak suka keramaian, seperti sekarang ini, nampak nya Academy terbaik dari ke lima klan juga di undang kemari.
    
"Kita di suruh untuk langsung ke aula untuk pertemuan, tepat nya ini untuk pertemuan semua perwakilan utama, yaitu kalian berdua, dan kita di undang dari pihak dalam" santai Louis
     
Mereka segera begegas untuk pergi ke aula.
    
"Apa semua raja klan ada disana?" tanya Gei lewat telepati kepada Revan, anak itu malah tersenyum-senyum tak jelas. "Entah lah, mungkin iya, mungkin tidak" jawab Revan.
   
Gei mengumpat dalam hati, dia tidak sudi untuk melihat mereka,
    
"Aku tidak lupa, kata ibu kau memberi mereka nama gelar, seperti nenek lampir dan si ular medusa" goda Revan terkikik
    
"Lalu jika ibu nya itu ular medusa, bagaimana kalau putri nya?"
    
"Anaconda" jawab Gei membuat Revan kembali tertawa lepas
   
"Kalian bicara apa si?" heran Laskar
    
"Ini tentang ular-ularan" jawab Revan memasang wajah bodoh nya. Sementara Gei hanya memasang ekspresi dingin.
    
"Lihat saja nanti nenek, aku sangat kesal dengan nya, dia juga sudah mempermalukan ku di depan semua murid Academy" adu Meina pada sang nenek. Siapa lagi kalau bukan Bevania Seros, nama nya saja hampir sama dengan menantu kesayangan itu, Vania Jirasia.
    
"Siapa yg sudah berani mempermalukan cucu tersayang ku hah, nanti nenek akan balas" sahut Bevania membujuk
     
Meina memasang raut wajah kesal dan di buat imut-imut.
  
"Lihat nenek itu dia" tunjuk Meina
     
Wanita tua dan wanita paruh baya itu menatap ke arah yg sama.

     "Mengapa dia datang bersama pangeran?" tanya Vania heran
     "Itu dia ibunda, dia menjadi pasangan pangeran nanti, padahal dia hanya murid biasa bagian D pulak, dia juga dari klan rendahan" sinis Meina
    
"Terdengar sangat tak pantas" ucap Bevania memicing kan sebelah matanya, tak suka melihat gadis itu berbincang akrab dengan cucu nya.
     
Berhubung semua raja klan belum hadir semua, maka dari itu lima pasang peserta turnamen utama di berikan arahan saat ini juga, menjelaskan beberapa peraturan, dan nampak nya Gei sudah sangat bosan.
  
"Bukan kah itu Geinero?" pekik Victory dengan tatapan tak percaya
    
"Siapa?" tanya sosok pria sebaya nya
     
Vicory sejenak gugup, karena yg di samping nya saat ini adalah Castor Vederick, raja klan Demon, tidak hanya itu, juga sang istri, dan kedua orang tuanya, Mr. Carius dan Bevania
     
Sementara dia sendiri bergabung juga dengan Ranguna istrinya, dan juga ayah dan ibunya juga, Catna dan Dannil
     
Entah dimana Reiman berada, dia ada pergi berkeliaran untuk mencari gadis cantik.
 
"Kau tidak mengatakan kalau putri kesayangan ku juga ikut" ucap Ranguna dengan senyuman cerah.
    
"Sejak kapan kau punya seorang putri?" sindir sang ibu mertua yg tak lain adalah Catna
     
Ranguna tersenyum simpul, "Putri dari sahabatku, sudah aku anggap seperti putri ku juga, benar begitu pangeran" tegur Ranguna pada Revan.
    
"Terserah ibunda saja" pasrah Revan.
    
"Kau curang, dia sudah dekat duluan dengan ibunda mu, sebelum dirimu" sindir Laskar
    
"Terserah ku, lagi pula tidak ada Vampire menyebalkan disini" jawab Revan membuat ketiga pangeran itu terkekeh geli.
  
"Ehh tapi tunggu? dia akan berpasangan dengan pangeran Xavier?" pekik Victory kaget
     
Castor yg merasa putra nya di sebut segera menoleh ke belakang, di sana putra nya tengah berjalan menuju ke arah mereka. Yah pengarahan mereka sudah selesai baru saja.
   
"Hehh kau tak lupa bukan, dimana kotak nya?" tanya Revan
    
"Tentu saja, ini dia" Louis menunjukkan kotak es di bawah mereka, Revan manggut-manggut
  
"Apa itu?" heran Victory
    
"Ice cream" jawab ketiganya tersenyum memamerkan gigi nya yg rapih.
    
"Sejak kapan kalian selera dengan ice cream?" heran Dannil bergidik ngeri
    
"Bukan kami, tapi dia"
    
"Ohhh aku tau" Ranguna tersenyum geleng-geleng. Dia baru sadar kalau yg di sebutkan itu adalah sosok Gei.
    
"Semangat sekali" sindir Xavier tersenyum miring, tentu dia tengah mengejek ketiga pangeran ini, bagaimana tidak, mereka mau saja di suruh-suruh oleh Gei untuk membaqa ice cream nya.
     
Ketiganya hanya mendengus pasrah, tidak marah dan tidak senang juga. Ini seperti mereka menjadi pelayan pribadi nya Gei.
    
Gei dan Xavier sama-sama menunduk sopan untuk menyapa kedua raja klan yg ada di hadapan mereka.
    
"Pangeran Revan tidak mengatakan pada kami kalau kau ikut turnamen Gei" sapa Ranguna tersenyum
    
Gei hanya tersenyum tipis, sedikit melirik ke arah Revan yg acuh.
    
"Ini semacam kejutan, ibunda" sahut Gei dengan seringai licik
  
"Ehhhh sejak kapan kau memanggil ibunda ku dengan sebutan ibunda juga?" protes Revan yg tadinya acuh kini berkicau seperti burung beo
   
Gei tak peduli, "Kau juga dapat ijin dari mana memanggil ibu ku dengan sebutan ibu juga?" balas Gei langsung membuat Revan terbungkam.
    
"Kalian nampak sudah tak sabar untuk mengikuti turnamen, ingat selalu yg ku ajarkan" tegur Mr. Carius
     
Keduanya mengangguk paham
    
"Jadi kalian berdua yg akan menjadi perwakilan dari Academy Demon?" suara itu, yah suara berat dan seperti tak asing di telinga Gei, hati nya merasa retak usai mendengarkan suara itu
     
Castor, yah ayah nya? dia sedang di tatap oleh ayah nya? ahk sangat menyakitkan di posisi Gei saat ini.
    
"Aku tak yakin kalian akan menang" sindir Meina dengan tatapan merendahkan
     
Castor melirik putri nya dengan tatapan aneh, "Apa yg kau maksud?" tanya Castor dengan nada masih sama.
    
"Yah begitulah ayahanda, entah mengapa kakek memilih nya padahal dia hanya dari kelas biasa, bagian D pulak"
    
"Dari kelas D?" ucap Bevania tersenyum mengejek, "Bagaimana kau ini, kau ingin mempermalukan Academy Demon!" ulang nya
    
"Nenek lampir" umpat Gei dalam hati
    
"Jangan lupakan ular medusa" ucap Revan tiba-tiba membuat keduanya terkekeh pelan, "Nanti akan ku belikan mainan ular-ular Anaconda" lanjut Revan menepuk bahu Gei pelan
    
"Yah setelah itu aku akan memotong-motong anaconda itu sampai terbagi-bagi menjadi ribuan potongan, setelah itu aku beri di makan ikan, kalau perlu belikan anaconda sungguhan" balas Gei, kembali membuat Revan terkekeh-kekeh
    
"Kalian dari tadi hanya membahas tentang ular-ular saja" kesal Louis
    
"Kami sedang berbicara serius nona, kenapa kau malah mengubah topik dan malah tertawa, sama saja kau tak menghormati kami disini, kau tidak buta bukan, tidak tau siapa kami?" seru Bevania dengan tegas
    
"Sayang nya aku tidak menghormati orang yg tidak menghargai ku, jika seseorang itu sopan, maka aku akan segan" jawab Gei ber ekspresi datar
    
Castor sangat terkejut dengan jawaban anak ini?
    
"Hehh kau tidak tau malu, ayahanda ku disini, apa kau tidak takut!" gertak Meina
     
Gei melirik Castor sekilas, "Takut? kau mengejek ku? untuk apa aku takut" balas Gei melipat kedua tangan di depan dada.
   
"Kau-" geram Meina menahan emosi
    
"Kau lucu sekali, mirip anaconda" ucap Gei tertawa sendiri, sungguh anak itu sudah di ujung masalah sekarang.
    
"Kau tidak takut mati heh" sindir Revan
    
"Aku tidak akan mati dengan mudah, karena aku akan mati setelah aku menjadi ratu"
    
"Baik..baiklah aku akan menikahi mu nanti, dengan begitu aku menjadi Raja, dan kau ratunya"
    
"Brughh..!" satu hantaman mendarat di perut Revan, Membuat Revan meringis pelan. "Apa yg kau lakukan beruang kutub" umpat nya.
    
"Kau tuli apa tidak bisa mendengar"
    
"Itu sama saja-"
    
"Bukan urusan mu, kau diam saja di situ" bentak Gei membuat Xavier menutup mulut.
    
"Aku bilang jadi ratu, pangeran Rvan yg terhormat, bukan menjadi permaisuri"
     
Laskar dan Louis tertawa gelak, mereka menertawakan nasib dari Revan

    
"Terserah kau saja, kanjeng ratu" pasrah Revan. Membuat Laskar dan Louis kembali cekikikan.
    
"Sampai kapan kalian ini akan akur" heran Victory memijat pelipis nya dengan perlahan.
    
"Sampai dunia terbelah dua, dan setelah itu kami akan hidup di belahan yg berbeda" jawab keduanya serentak.
   
"Dasar beruang kutub"
    
"Rubah kuning"
    
"Ehhh tak ada rubah warna nya kuning"
   
"Ada-"
   
"Kau lihat dimana heh?"
    
"Ini dia, berdiri di hadapan ku sekarang"
    
"Pffftttt...hahahha..!" Laskar, Louis, dan Gei tertawa gelak, Xavier tersenyum menunduk menahan tawa, ekspresi Revan kali ini sama seperti anak yg tidak kebagian kue, tapi malah di suruh mencuci piring bekas kue.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now