Bab 34 : Berkat

104 16 0
                                    

Sudah lama Mr. Carius menunggu, anak yg satu ini belum selesai dengan penampilan nya.
    
"Aku sudah siap"
    
"Ahk...!" Mr. Carius terlonjak kaget, melihat penampilan Gei yg begitu, ahk sangat meresahkan.
    
"Kau yakin?" lemas Mr. Carius dengan wajah pucat
     
Gei mengangguk, "Sudah lah kakek, sebaiknya kakek bersembunyi sekarang" suruh Gei.
     
Mr. Carius tak mau membantah, dia segera bersembunyi di balik semak-semak, sementara itu, Gei berdiri di taman samping, mengambil kerikil dan mulai melempari nya ke arah sebuah jendela.
    
"Trak..!" suara itu membuat seseorang di dalam menjadi gemetar
    
"Apa itu" pekik Vania gugup,
     
Mr. Carius sudah memberitahu kepada Gei kalau Castor akan ada di aula pertemuan.
     
Ini kesempatan Gei beraksi, sekali lagi Gei melemparkan kerikil.
     
Dia sudah menyiapkan bola mata warna ungu yg memancarkan aura menyedihkan.
    
"Krekkk..!" jendela mulai terbuka perlahan,
    
"Siapa?" ucap Vania mulai menyapu pandangan nya dari kiri ke kanan hingga ke bawah, namun tak menemukan apapun.
     
Vania yg masih menatap ke bawah perlahan menatap lurus
    
"Ahkkkk...!" teriak nya sangat kencang usai melihat Gei berdiri di hadapan nya hanya sekitar dua meter.
     
Tubuh nya yg menggunakan pakaian serba putih di lumuri dengan noda merah seperti darah, rambut nya acak-acakan sementara wajah nya yg kotor belepotan dengan darah, di tambah pancara mata nya yg keunguan.
     
Cepat-cepat Vania menutup jendela dan menguncinya rapat-rapat
     
Mr. Carius terkekeh-kekeh melihat wajah nya tadi, sementara ekspresi Gei masih sama, misi untuk membuat ular medusa itu jatuh, di mulai dari sekarang.

***

 
Pagi ini suasana nampak cerah, hari minggu adalah hari libur untuk pada murid, jika di dunia manusia mungkin umat beragama kristen akan ke gereja, tapi di immortal world, mereka adalah pemuja dewa awal penciptaan, jadi mereka pergi ke kuil untuk berdoa, memberikan persembahan, dan kuil di Academy terletak di belakang gedung penginapan untuk para guru.
     
Mereka bisa datang bersama sama, bisa juga bergantian, di jam berapa pun, dan kapan pun, tapi hari minggu sangat wajib.
     
Patung yg di sebut-sebut sebagai dewa itu terlihat berwarna keemasan, dan memang terbuat dari emas murni, duduk bersila menggunakan pakaian ala bangsawan, juga pernak pernik norak
     
Aneh sekali patung itu memiliki enam tangan, atau tiga pasangan, satu tangan memegang tombak, bola transparan, entah memegang apa lagi, dan hanya satu tangan yg kosong, paling atas, dari sana semua orang mendapatkan berkat.
     
Di dunia manusia Gei di ajarkan untuk memuja dan menyembah Tuhan, yah dia beragama kristen tapi sekarang dia di paksa untuk menjadi Buddha.
     
Dia memutuskan untuk masuk sendirian ke sana. Dia tak tau, kalau setelah dia masuk, ke lima pangeran juga masuk, maka dari itu murid lain tidak akan masuk.
   
Kelima nya terbelalak, Gei tidak membuka sepatu nya dan berdiri sangat dekat dengan patung dewa.
   
"Gei apa yg kau lakukan?" pekik Revan
     
Gei segera menoleh kebelakang, dia sangat malas berdebat sekarang.
    
"Siapa dia?" tanya Gei
    
"Hahhhh?" mereka benar-benar cengo? Gei tak tau siapa wujud patung itu.
    
"Dia adalah dewa Guana, dewa awal penciptaan yg menjadikan semua orang memiliki kekuatan elemen, bodoh" sindir Revan di akhir kalimat
     
Gei manggut-manggut, dengan ekspresi bodoh nya dia menyambar satu buah dari meja persembahan lalu memakan nya dengan santai, itu adalah buah apel
    
"Gei kali ini kau sudah gila"
     
Gei berbalik, melangkah naik dan mendekati patung itu, "Sebenarnya aku tidak menyembah patung, aku percaya Tuhan, tapi jika kau ada disini untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, maka aku anggap kita berteman saja, ksrena aku tak bisa memuja mu, ok"
    
"Plak..!" Gei menepuk telapak tangan patung itu dan melakukan tos,
    
"Kita berteman, terimakasih" ucap Gei menunjukkan apel yg sudah dia gigit.
    
Gei berbalik ingin turun kembali, namun langkah nya terhenti karena sebuah benda jatuh ke atas kepalanya.
     
Sebuah kelopak bunga, Gei menoleh ke atas, melihat rangkaian bunga yg indah memang berguna untuk menghias kuil ini.
    
"Apa ini tanda pertemanan kita, ok baiklah aku terima" ucap Gei setelah menoleh ke belakang, dia segera turun menghampiri ke lima pangeran yg terdiam mencoba mencerna apa yg baru saja terjadi.
    
"Apa...apa yg kau"
    
"Seperti nya dewa kalian, ehh maksud nya teman baru ku memberkati ku" ucap Gei mengambil satu buah apel dari atas piring persembahan yg di bawa oleh Louis.
    
"Terimakasih, besok aku akan bawa gantinya" ucap nya setengah berteriak, Gei segera keluar, jelas semua orang yg menunggu di luar merasa aneh, dan juga kenapa anak itu makan apel.
    
"Kau membagi dua persembahan mu dengan dewa?" tanya Mr. Veru yg juga sedang menunggu di luar. Dia baru saja datang beberapa menit lalu
    
Gei berhenti, "Persembahan?" pekik nya dengan ekspresi bodoh
    
"Yah, harus nya kau memberikan semuanya, kenapa kau malah membawa dua apel itu?"
    
"Ohhh ini? aku melihat nya di atas meja, karena terlalu banyak, mungkin dewa itu tidak bisa menghabiskan nya, jadi aku membantu nya untuk menghabiskan, apa salah?"
    
"Brak...!" satu piring persembahan terjatuh.
    
"Ka...kau..kau akan terkena karma" ucap seseorang dengan nada gemetar, semuanya menatap Gei dengan tatapan horor.
     
Menjauh dari Gei agar mereka tidak   terkena karma juga.
    
"Karma apa maksud mu?" tanya Gei
    
"Ada apa ini, kenapa itu berserakan, segera bereskan" melihat Mr. Carius datang semuanya segera hening dan menunduk.
    
"Kenapa?" tanya Mr. Carius merasa ada yg tak beres
    
"Mr. dia sudah mengambil persembahan dari dalam" lapor salah satu murid
    
"Apaaaa?" Mr. Carius terperanjat
    
"Ge..Gei kau" lemas Hely tak percaya.
     
Gei masih dengan santai nya memakan apel itu hingga tersisa bagian tengah dan bagian tangkai nya.
    
"Brak..!" satu kali tendangan membuat apel itu masuk ke tong sampah.
    
"Kalian ini seperti melihat hantu saja, aku meminta satu, lagian dia juga iklas memberikan nya"
   
"Bagaimana cara mu meminta nya hah, kau harus di hukum karena sudah mengambil persembahan" marah Mr. Carius.
    
"Astaga aku hanya meminta satu, satu lagi aku minta dari pangeran Louis" jawab Gei merasa dirinya memang tak salah.
   
"Gei" panggil ke lima pangeran dengan serentak, mereka keluar dari pintu, mereka baru sadar dengan apa yg terjadi tadi.
     
Suasana hening sejenak, "Aku di berkati" ucap Louis memegang satu kelopak bunga di telapak tangan nya.
     
Semuanya terbelalak, "Kau di berkati, memang nya apa yg sudah kau lakukan?" tanya Mr. Veru segera mendekat.
     
Louis menggeleng, "Aku hanya meletakkan persembahan di atas meja, dan berdoa seperti biasa" jawab Louis
    
"Gei juga di berkati" ucap Caven membuat lagi-lagi semua orang menatap nya.
     
Gei mulai memakan apel yg tersisa di tangan nya, "Tapi dia sudah mengambil persembahan, bagaimana dia di berkati? lalu dimana kelopak bunga nya" seru Mr. Carius
    
"Kau kemanakan?" tanya Revan
     
Gei masih asik dengan apel nya, dia berpikir lama, jujur saja ini adalah pertama kalinya Gei masuk ke kuil ini, karena sebelum nya dia tak pernah mau.
     
Berkat dorongan dari ketiga teman nya barulah dia mau.
     
Gei mengeluarkan kelopak bunga dari kantong nya, "Maksud kalian ini? hanya kelopak bunga saja, dia memberikan nya sebagai item persahabatan, dia mungkin memberikan nya padamu karena kau memberikan apel ini untuk ku" santai Gei lalu pergi dengan santai.
    
"Astaga" Gei memekik sadar, ada sesuatu yg tertinggal, "Gelang ku jatuh, dimana?" teriak Gei membuat semua orang dia sana terlonjak kaget.
     
Gei berjalan seperti orang gila untuk mencari gelang nya, itu adalah gelang hadiah ulang tahun dari bunda nya.
    
"Perasaan aku menggunakan nya tadi" panik Gei mendorong beberapa orang agar tidak menghalangi jalan nya untuk mencari gelang nya
   
"Siapa yg sudah mencuri gelang ku" aura Gei meledak, kedua pupil nya menjadi biru cerah.
    
"Hehh tenang lah, hanya gelang saja, kita bisa mencari nya, mungkin di-" ucapan Revan berhenti karena Gei sudah berdiri satu langkah di hadapan nya.
    
"Minggir" gertak Gei menepis Revan lalu kembali masuk ke dalam kuil.
     
Semuanya segera masuk, aula itu memang luas, mereka ingin melihat apa mungkin itu karma, jadi Gei kehilangan gelang nya.
     
Gelang yg terbuat dari berlian putih, dan ukuran nya kecil, lebar nya hanya setengah cm dan sangat ringan.
     
Tapi gelang itu tidak akan putus kecuali tangan Gei tak sengaja menyentuh benda membuat gelang itu terkait dan tertinggal di sana.
    
"Gei jangan berlari-lari di dalam kuil" peringat Mr. Carius
     
Gei berhenti, dia segera berdiri menghadap patung itu lagi. "Yahhh..kau di sini dari tadi apa kau melihat gelang ku, warnanya putih ahk tidak silver sangat cantik, kau melihat nya?" tanya Gei
     
Ini seperti pertanyaan yg sangat bodoh, dia bertanya kepada patung, tapi bagi mereka yg percaya akan dewa, mereka menganggap itu tidak sopan.
    
"Shhhhh...kenapa kau diam saj-"
    
"Itu dia" Gei tersenyum cerah, gelang itu tersangkut di jemari patung itu, sekarang Gei tau, saat melakukan tos tadi, pasti gelang itu tersangkut.
     
Melihat Gei semuanya melongo, menggunakan sepatu ke atas sana.
    
"Terimakasih sobat" lagi-lagi Gei melakukan tos dan mengambil gelang nya, langsung memasang nya di depan patung dewa itu.
     
Gei mendapat berkat lagi, dia kejatuhan kelopak bunga tepat di kepalanya, bukan hanya satu malah satu ember. Yah itu adalah sejarah pertama, kelopak bunga jatuh bertebaran di atas tubuh Gei
     
Gei tersenyum cerah, "Astaga ini terlalu banyak" Gei segera meraih piring kosong dan mengutip kelopak bunga hingga menumpuk, kejadian itu masih lekat pada atensi semua orang.
    
"Apa yg barusan terjadi!" lemas Fara dengan wajah pucat.
    
"Aku boleh minta satu?" tanya Revan masih tak percaya, Gei mendelik aneh, tapi dia tetap memberikan Revan satu kelopak bunga berwarna merah campur kuning.
    
Gei berjalan kembali menghampiri patung, lalu menaburkan kelopak bunga itu di bawah patung, karena dia melihat disana sebelum nya juga ada banyak kelopak bunga, jadi dia memutuskan untuk mengembalikan nya.
    
"Aku hanya mengambil satu sebagai item persahabatan oke, jangan jatuhkan lagi kalau tidak"
    
"Srrrrrr...!" Gei mendengus kesal, banyak kelopak bunga jatuh lagi dari atas.
    
"Kali ini aku tak mau mengutip nya lagi, biarkan saja di situ" Gei segera pergi melengos.
     
Revan bergegas berdiri di tempat Gei sebelum nya, "Aku juga mau" ucap Revan menatap ke atas.
     
Namun tak ada satu pun yg jatuh, dia merasa lemas.
    
"Kalau begitu aku kembalikan saja ini"  ucap Revan mengembalikan kelopak bunga pemberian Yeza tadi, dia ingin pergi, tapi tidak sebelum dia mematung saat sebuah kelopak bunga jatuh secara perlahan ke atas rambut nya, perlahan jatuh lalu dia tangkap dengan telapak tangannya.
     
Senyuman Revan merekah, "Ini benar-benar untukku!" Revan tidak bisa menyembunyikan senyuman nya.
    
"Astaga aku sedang bermimpi" lemas Xavier sebelum akhirnya dia ambruk, yah dia pingsan.
   

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now