Bab 53 : Tanya Saja pada Ayah mu

92 13 0
                                    

Gei melirik Elga sekilas, dia nampak tak tenang, saat mereka sudah sampai di depan sebuah rumah sederhana
    
"Kita salah alamat?" tanya Gei dengan ekspresi rumit
    
"Ehhh?"
    
"Rumah siapa ini?" tanya Gei lagi
    
"Ini..ini..rumah ku" jawab Elga gugup sambil celingukan melirik kesana kemari.
    
"Kepada siapa kau harus takut, kau bilang ini adalah-" ucapan
Gei berhenti kala pintu kayu itu terbuka secara perlahan, menampilkan sosok yg setidak nya, Gei tidak menduga kalau dia akan ada disini.
     
Elga dan Gei membungkuk perlahan, tentu harus melakukan itu karena yg di hadapan mereka adalah raja dari klan Wolf beserta putra kesayangan nya, Laskar.
    
"Selesaikan urusan mu, aku akan kembali nanti" ucap Gei berlalau pergi dengan ekspresi datar.
    
"Ta..tapi tunggu, kau belum tau wilayah ini, nanti kau tersesat" tahan Elga
    
"Setidaknya aku bisa menemukan aura mu" usai mengatakan hal itu, Gei segera pergi dengan langkah lebar.
    
"Siapa dia, kenapa dia begitu tidak sopan, di hadapan yg mulia raja" tukas seorang pria paruh baya yg begitu takut kalau raja Wolf ini akan marah karena gadis itu pergi tanpa memberikan hormat pada raja.
    
"Aku perlu bicara dengan nya" Laskar segera melesat mengikuti Gei.
    
"Sepertinya kau dan putri Elga butuh bicara, aku akan pergi" ucap Sauna segera pergi bersama dua orang pengawal nya yg baru datang karena tadinya hanya bersembunyi di tempat lain.
         
                               ***
    
"Aku penasaran, tapi ya sudah lah, nanti juga aku akan tau" Laskar menghela nafas lemas dan menghentikan langkah nya untuk tidak lagi mengikuti langkah Gei
     
Gei ikut berhenti, lalu menoleh ke belakang, "Apa kau benar-benar tidak pernah menerima nya di keluarga mu?" tanya Gei dengan ekspresi rumit
      
Laskar terdiam kaku, "Apa dia melakukan hal salah? apa dia jahat, apa dia pernah menyakiti seseorang, apa dia-"
    
"Aku menyukainya, lalu bagaimana dengan itu"
      
Ekspresi Gei berubah drastis, jawaban Laskar benar-benar di luar ekspektasi nya, Laskar mengusap wajah nya kasar, "Bagaimana jika kau berada di posisi ku, apa kau juga akan menerima nya sebagai saudara? bagaimana bisa aku menjadikan nya sebagai adik ku" bentak Laskar
    
"Apa jika kau melihat orang yg kau cintai merasa bahagia, kau juga ikut bahagia?" pertanyaan Gei membuat Laskar merubah ekspresi menjadi rumit.
    
"Apa maksud mu?"
    
"Jawab saja iya atau tidak?"
    
"Semua orang tau jawaban nya, termasuk kau"
     
Gei mengangguk sekali, "The power of love"
    
"Kau barusan mengatakan apa?"
    
"Jika jawaban mu sama dengan ku, maka mulai detik ini kau bisa belajar untuk melepaskan nya, karena jika dia bersama mu, aku yakin 99% dia akan tersiksa" Gei berlalu pergi dengan kecepatan tinggi
    
"Ap..apa maksud nya?" lirih Laskar bingung.

 
"Apa..apa ga..gadis yg kau maksud adalah gadis pemenang turnamen yg berkolaborasi dengan pangeran Xavier?"
     
Elga mengangguk perlahan,
   
"Ayah..setelah mengatakan semua ini, aku..aku ingin pergi"
     
Ardino Kerova, pria paruh baya yg tidak lain adalah ayah dari Elga Androbe alias Silva Kerova, kini terdiam menatap putri nya dengan tatapan rumit
    
"Apa maksud mu!"
    
"Aku ingin melihat ibu ku, setidaknya aku ingin pergi ke peristirahatan terakhir nya"
    
"Untuk apa, tidak ada gunanya kau akan-"
    
"Dia akan tetap pergi bersama ku" ucapan Ardino terjeda saat suara seseorang sudah memotong pembicaraan nya, Gei kini duduk dengan santai di atas meja pojok
     
Elga saja terkejut, bagaimana caranya masuk ke rumah tanpa lewat pintu depan.
    
"Ka...kau?"
    
"Shhh...kami akan pergi hari ini juga, jadi sebaiknya kau persiapkan barang-barang mu, dan juga jangan lupa berpamitan dengan pangeran Laskar" ucap Gei bersikap datar
     
Elga mengangguk patuh, "Kau siapa? dia tidak akan pergi kemanapun, jadi kau tidak berhak-"
    
"Ayah..!"
     
Ardino terdiam mematung, saat orang lain memanggil nya dengan sebutan ayah?
    
"Meskipun kau bukan ayah kandung ku, tapi tetap saja, kau ayah ku, dan bunda ku Revenita, sampai kapan pun dia tetap bunda ku, dia yg sudah merawat ku sejak kecil, dia yg sudah membesarkan ku menjadi seperti sekarang, jadi apa aku tidak boleh membalas budi untuk nya yg sudah pergi?, setidaknya dengan cara aku membawa Silva ke dunia manusia, karena itu adalah permintaan terakhir dari bunda" ucap Gei menunduk, tak terasa air matanya menetes begitu cepat.
    
"Apa kau tau sudah berapa banyak buku yg sudah aku baca? apa kau tau sudah berapa banyak informasi yg aku tau? jangan memaksa seseorang untuk tinggal kalau kau sendiri tau harusnya seseorang itu tidak bisa bertahan disini, kau mau dia akan terluka?"
    
"Sudah lah kau tidak tau masalah nya, jika pun kau anak angkat dari istriku, ini adalah urusan keluarga kami" sela Ardino
   
"Kenapa kau begitu keras kepala?" Gei benar-benar kesal dengan sikap orang tua di hadapan nya ini.
    
"Aku tidak percaya kau, jadi kau sebaiknya jangan ikut campur lagi di dalam keluarga kami"
     
Gei terdiam sejenak, menatap Elga yg hanya bisa diam dan menunduk.
    
"Apa yg harus aku lakukan agar kau percaya padaku?" ucap Gei dengan pandangan intens
    
"Kau yakin dengan ucapan mu? kau kau bisa, apa kau akan berani menangkap siapa yg sudah membunuh istriku, membawanya ke mari, dan aku ingin melihat kau menghabisi nya dengan menggunakan tombak dewa Guana yg ada kuil tepat di pusat klan Angel?
     
Elga mengangkat kepalanya dengan tatapan melotot, "Ayah, apa yg kau katakan?" pekik Elga terbengong
     
Gei mengepal tangan nya kuat, semua orang tau, tidak siapapun bisa menyentuh tombak dewa guana, apalagi dalam sejarah nya, dewa Guana tak pernah menggunakan tombak nya untuk membunuh.
    
"Demi bunda" batin Gei menutup matanya sejenak.
    
"Baiklah, jika itu yg kau mau" Gei melirik ke arah jendela yg terbuka,
    
"Malam bulan purnama ke dua, aku akan membawa nya ke mari, dan akan membunuh nya dengan menggunakan tombak dewa Guana" usah mengatakan itu, Gei segera pergi dengan ekspresi rumit.
     
Ardino terdiam mematung, dia mengatakan itu karena dia tau itu mustahil, tapi mengapa perasaan nya mengatakan kalau itu akan terjadi.
    
"Ayah..!" Elga menunduk dengan air mata mengalir.
    
"Argggghhhh...!"
    
"Srangggg.......!" sebuah meja ambruk, beserta apa saja yg ada di atas meja sudah jatuh berserakan.
    
"Apa yg harus aku lakukan!" Gei mengacak-acak rambut nya frustasi,
    
"Ap..apa yg dia lakukan?" lemas Alve dengan wajah pucat, Alve masih memegang tanggung jawab untuk memperhatikan Gei saat di Academy,dan saat ini di ruang pelatihan, saat tengah malam begini.
    
"Aku harus pergi, tapi, jika aku tak mendapatkan informasi dalam dua hari, apa yg harus aku bawa saat bulan purnama ke dua?"
    
"Aku harus pergi malam ini juga, Caven sialan, kenapa dia tak juga membawa si brengsek itu kehadapan ku" Gei segera beranjak, beruntung Alve secepatnya bersembunyi,
   
"Informasi? bulan purnama ke dua? sebenarnya apa yg akan dia lakukan?" Alve mencoba mencerna ucapan Gei, tapi kata-kata itu sangat tidak akurat, dia tak bisa berpikir apapun tentang itu.
    
"Bulan purnama? apa yg harus aku bawa saat bulan purnama ke dua? apa maksud nya, dia akan melakukan sebuah ritual dan membutuhkan persembahan? TUMBAL? ahk astaga, hanya klan Vampire yg melakukan itu, tidak mungkin Gei dari klan Witch, ahk tunggu apa mungkin Gei keturunan half Witch dan Vampire?"

                             ***

   
"BODOH" Revan mengumpat kesal menatap Alve yg kini duduk dengan ekspresi kebingungan usai menceritakan apa yg dia dengar tadi.
     
Mr. Carius sama hal nya dengan Revan, mereka berdua sama-sama tidak peduli dengan informasi Alve yg menyebut kan Gei adalah half Vampire dan Witch.
    
"Itu bisa saja" ucap Louis berpikir dengan logika
    
"Aishhh sudah aku bilang, itu informasi yg tidak berguna, sudah lupakan saja, si monster Gei akan melakukan apa saja yg dia mau, hanya saja, kau dengar dia akan pergi kemana?, atau apa dia mengatakan sesuatu yg lain?"
    
"Yah, masih ada satu lagi, dia mengumpat kecil, tapi aku tak sengaja mendengarkan"
    
"Apa yg dia katakan?" pekik Revan dan Xavier bersamaan
    
"Dia mengatakan kalau ekhmm, pangeran Caven sialan, dia tidak membawa si brengsek itu kehadapan ku!! begitu katanya" Alve mencoba meniru gaya bicara Gei.
     
Caven tersendak, semua pasang mata kini menoleh ke arah nya.
    
"Apa ini" Revan terdiam kaku menatap Caven, begitu juga sebaliknya, Caven lebih frustasi
    
"Kau....kenapa kau jadi seorang pangeran tidak bisa menepati janji, kau..shhh..sialan"
     
Caven mematung, "Aku..benar-benar belum-"
    
"DIAMMM..!" Revan menggertak keras, "Kau ingin mengujiku hah? jangan pikir selama ini aku diam, kau menjadi lalai dan tidak melakukan ucapan mu sendiri" Revan menarik kerah baju Caven dengan ekspresi tajam
    
"Apa yg kalian, ahk..lepaskan" Laskar segera menarik Caven, sementara Louis menarik Revan untuk menjauh
    
"Jangan sampai Gei yg menemukan nya sendiri, kalau tidak, jika seseorang itu berhubungan darah dengan mu, maka aku pastikan kau orang pertama yg akan di bunuh olehnya" ancam Revan lewat telepati.
     
Caven masih diam, pikiran nya masih bubar kemana-mana.
    
"Aku akan menyusul nya, aku yakin dia akan pergi malam ini juga" Caven bergegas melesat meninggalkan ruangan yg di penuhi dengan tanya.
   
"Sebenarnya apa yg terjadi?" tanya Xavier
    
"Jangan bertanya padaku, tanya pada ayah mu" Revan membentak tiba-tiba, sejenak dia baru sadar.
    
"Plak..!" satu tamparan mendarat di pipi Revan, dia sendiri yg melakukan nya, "Astaga...mulut ini" Revan benar-benar gusar, "Ma..maaf, aku terlalu emosi, aku tidak bermaksud mengumpat seperti itu"
     
Mr. Carius terbengong, dia masih lemas, kalau saja Xavier terbawa emosi.
    
"Aku tau, sudah lah, nanti kita semua juga akan tau masalah nya" Xavier memilih untuk tenang dan tidak memasukkan kata-kata tadi ke dalam hatinya
   

QUEEN IMMORTAL WORLDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora