Bab 65 : Jangan Meracuni nya

92 12 0
                                    

Gei melangkah perlahan, dengan cepat dia sudah mendapatkan apa yg dia inginkan, sebuah mahkota yg dia ambil dari kepala Xavier, lalu dia duduk dengan santai di kursi singgasananya.
    
"Apa aku sudah terlihat keren saat duduk disini ibu?" tanya Gei tersenyum cerah
     
Karena Xavier sudah pingsan, Blarina sudah tidak punya alasan lagi untuk menutupi wajah nya.
     
Hingga saat ini semua nya melihat jelas wajah Blarina yg masih sama seperti dulu.
    
"Perlu aku jelaskan siapa aku? aku Blarina Valicarua, aku adalah putri kedua dari ayahanda Dannil Valicarua, aku adalah adik dari Victory Valicarua, apa kalian sudah bisa mengenali ku?" ucap Rina tersenyum remeh, tentu mereka yg mendengar nya langsung syok,
    
"Aku baru bisa menunjukkan wajah ku karena anak itu pernah mengenali ku sebagai orang lain" sinis Rina melirik Xavier yg masih belum sadar.
    
"Apa yg kau katakan, kenapa kau melakukan semua ini?"
    
"Kau masih bertanya? aku ingin putra ku mendapatkan hak nya menjadi seorang putra mahkota, dan dia-" Rina menunjuk Xavier  "Dia hanya anak dari istri kedua mu, bukan anak dari seorang permaisuri" gertak Rina menatap tajam.
     
Gei dengan santai menonton drama baru sambil memakan cemilan.
     
Castor terdiam membisu, tidak ada yg mampu berbicara.
    
"Dia juga adalah seorang permaisuri, jangan lupa itu" ucap Bevania mencoba tetap angkuh
    
"Jangan berbicara dengan nada tinggi di depan ibuku, kalau tidak aku akan membunuh mu" ancam Gei dengan tatapan membunuh.
    
"Ini tidak benar, jangan seperti ini" lemas Castor
    
"Hehh...apa kau pria bodoh itu?" pertanyaan Gei membuat Castor menatap Gei lama. "Kau pria bodoh yg sudah berani membuang ibu ku hah? kau pria bodoh yg beraninya percaya kepada wanita ular itu?" Gei berdiri dengan tatapan tajam.
    
"Harus kah aku membunuh mu sekarang" geram Gei tertahan
    
"Berhenti disana" ketus Gei berdecak kesal karena Castor hendak menghampiri nya dengan wajah-wajah layak nya seorang ayah yg sedang merindukan anak nya yg hilang, sungguh menjengkelkan.
    
"Apa yg akan kau lakukan, jangan sakiti dia, dia tidak salah apapun nak" peringat Rina lewat telepati, saat melihat Gei kini mengeluarkan kekuatan es nya dan mengurung Xavier di dalam nya.
    
"Apa yg kau lakukan, lepaskan putraku" histeris Vania sambil berlutut
    
"Berisik, kau pikir aku sama seperti mu, dasar wanita licik, rendahan, tidak tau diri, bermuka dua, berhati busuk, kau lebih cocok menjadi iblis daripada menjadi manusia" umpat Gei dengan santai nya melambaikan tangannya, bongkahan es berhenti tepat dimana Xavier tergeletak, peti itu segera melayang dan mendarat di sudut ruangan.
    
"Apa...apa yg kau inginkan, jangan seperti ini, dia tetap saudara mu, jangan sakiti dia" pinta Castor memohon
    
"Siapa yg menyakiti siapa, aku tidak tau siapa dia, dan aku tidak ada urusan dengan nya, jadi lebih baik dia tidak mengetahui apa yg terjadi hari ini, dan aku datang ke mari bukan untuk merebut dan mengambil sesuatu yg harus nya menjadi milikku, aku hanya ingin meminta sesuatu yg penting agar aku bisa menyelesaikan misi ku, dan setelah itu, aku akan menghancurkan siapa saja yg tidak perlu di dunia ini" ucap Gei dengan nada datar.
   
"Apa..apa..maksud mu?"
   
"Berikan aku Batu segel untuk membuka pintu dimensi ke klan Iblis" ketus Gei dengan tatapan intens
    
"Apa yg akan kau lakukan dengan itu, tidak..tidak..aku tidak akan memberikan nya" tolak Castor
    
"Hanya seorang raja yg bisa memiliki itu, kau tau itu bukan?" Mr. Carius tersenyum miring.
    
"Kau buta atau tidak bisa melihat, aku duduk dimana sekarang" kesal Gei
    
"Hanya duduk dan menggunakan mahkota bukan berarti kau raja, kau harus mendapatkan pengakuan dari raja sebelum nyadnegan begitu kau bisa menggunakan Batu segel itu" papar Mr. Carius dengan tenang.
    
"Shhhh...aku tidak peduli, berikan padaku sekarang" paksa Gei
    
"Gei, minta lah dengan sopan, egois dan kemarahan akan membuat semuanya sia-sia meski benda itu ada padamu nanti" tegur Rina lewat telepati.
    
Gei menatap ibunya dengan tatapan lekat.
    
"Menurut mu? apa yg akan aku lakukan dengan benda itu?" tanya Gei berusaha tenang
     
Castor terdiam sejenak, "Jangan katakan kau akan ke sana, lalu apa yg ingin kau lakukan, jika kau kesana sama saja mengingkari kesepakatan kalau keuda pihak tidak bisa pergi ke wilayah pihak lain" Castor menatap intens
     
Gei tersenyum dan mengangguk santai, "Itu urusan ku" gertak Gei dengan tubuh yg mengeluarkan aura merah, dan api yg menyala namun tidak membakar apapun.
    
"Ahk...hkk.. apa ini? Es dan Api?" Castor terhuyung dan jatuh begitu saja di atas lantai.
    
"RAKSA..!!!" bentak Rina dengan suara tinggi membuat aura panas itu menghilang dalam hitungan detik.
   
"Astaga..!" Gei segera duduk dengan perasaan kacau.
   
"Heh...kau, ambilkan aku air hangat" suruh Gei menatap Meina dengan tatapan datar
    
"Kau..kau berani memerintah ku-"
    
"Cepat ambilkan" sambar Mr. Carius dengan tatapan serius.
     
Meina dengan kesal melangkah hendak meninggalkan aula pertemuan
    
"Aku membutuhkan air hangat untuk mencuci kaki ku, jadi sekalian bawa handuk" sinis Gei
   
"Apa!!!! kau-"
     
Gei mengeluarkan bola api dengan panas maksimal, membuat suasana di ruangan menjadi menyengat,
     
Tanpa pikir panjang Meina segera berlari keluar,
    
"Apa itu? hanya bola kecil, namun mengeluarkan aura yg sangat besar?" pikir Castor dengan wajah terbelalak.
    
"Kau pergi siapkan kamar untukku dan untuk ibuku, kami akan menginap disini, aku pikir tidak baik berkeliaran di malam hari benar?"
     
Vania hanya gemetar masih berlutut karena takut.
    
"Kau tidak mendengar ku hah? jika kau penghuni istana ini, apa kau tidak bisa melayani tamu yg datang?"
   
"Pergilah" suruh Castor
   
Vania dengan terpaksa segera pergi untuk menyiapkan kamar sesuai yg Gei minta.
    
"Ibu tidak berharap seperti ini Geo" ucap Rina sendu
    
"Tenang lah ibu, aku tidak akan menyakiti mereka sesuai permintaan mu, tapi saat ini, ibu harus bersikap tegas jangan menjadi wanita lemah dihadapan mereka semua" balas Gei mengingatkan.
     
Rina hanya terdiam, dia tidak tega melihat ibu mertua dan suaminya itu berlutut di hadapan putri nya sendiri.
     
Mr. Carius masih berdiri dan memperhatikan balok es yg di ciptakan oleh Gei, dia masih kagum, karena balok es itu akan melindungi Xavier bahkan jika ada ledakan besar, bisa di bilang itu adalah perisai yg paling kuat milik Gei.
     
Suasana menjadi hening, hanya suara riak air yg terdengar saat kedua kaki Gei kini di rendam di air hangat, sementara Meina dengan tatapan merah nya, tapi dia tidak bisa menolak, dia harus mencuci kaki adik tiri nya itu, dan memijat-mijat kakinya, sementara adik tiri bertopeng itu malah duduk santai di singgasananya.
     
Mr. Carius dan Bevania juga kembali duduk di kursinya, sementara Castor masih terus menatap sosok yg duduk di singgasana, sesekali melirik Blarina dan juga Xavier yg berada di dalam balok es.
    
"Kau akan pulang, kau dimana, aku mencari mu, kau berada di klan Demon bukan? aku bisa merasakan aura mu, kau bilang hanya akan menginap satu hari, kenapa sekarang belum pulang?"
    
"Hahhh?" Gei tiba-tiba berdiri membuat tempat air hangat yg dia pijak langsung rusak dan terbelah dua, Meina langsung menjauh, bahkan dia sudah basah kuyup karena semua air itu mengenai nya.
     
Dengan rasa kesal nya dia masih menahan emosi.
    
"Ada apa?" tanya Rina yg masih berdiri di tengah-tengah aula
    
"Kenapa dia mencari ku, aku sudah bilang akan kembali sendiri, astaga bagaimana kalau dia tau aku disini?" pekik Gei tanpa banyak kata lagi segera menciptakan formasi pelindung agar aura nya tidak bisa di rasakan oleh Ardan.
    
Yah, sedari tadi Ardan lah yg terus mencarinya.
    
"Siapa yg mencari mu?" tanya Rina lagi.
    
"Ahk tidak ada, hanya iblis yg tidak berguna" balas Gei melirik Vania dengan tatapan remeh.
   
"Apa maksud mu?" cemas Rina
    
"Tidak ada bu, oh ya aku dengar kau pernah berkerja sama dengan seorang Iblis?" pertanyaan Gei membuat semuanya tercegat langsung menatap Vania, karena kini Gei menatap Vania dengan tatapan lekat.
  
"Ap..apa maksud mu?" elak Vania
    
"Bekerja sama dengan iblis?" lemas Bevania dengan tatapan pucat
    
"Tidak usah berbohong, aku tau bahkan dia sudah mengatakan nya padaku, aku lupa siapa namanya, tapi dia menyamar menjadi seorang gadis cantik, benar begitu?"
    
"Ti..tidak, aku tidak pernah sama sekali berniat melakukan itu!" sarkas Vania menggeleng cepat.
    
"Kenapa? kau mengelak karena dia sudah pergi? apa kau tau dia ada dimana sekarang? ahk iya aku lupa, dia sudah mati, kenapa aku membahas nya, tapi setidaknya ada banyak informasi yg aku dapatkan dari nya, dan semua informasi itu, membongkar semua tabiat busuk mu" sinis Gei tersenyum penuh kemenangan.
     
Castor menatap Vania lekat, mencoba mencari kebohongan lewat tatapan nya, terlihat jelas kalau Vania sedang ketakutan saat ini.
    
"Ini sudah malam, lebih baik kita semua istirahat bukan? oh ya malam ini kau harus berjaga di depan kamar ku, aku tidak percaya padamu, mungkin saja kau akan meracuni minuman seseorang, kau mengerti!" tegas Gei
     
Vania hanya mengangguk patuh,
    
"Bi..bisakah kau lepaskan dia?" pinta Castor menatap ke arah Xavier
    
"Dia akan tetap disana selama aku disini, dan yah, jangan ada yg mendekati atau bahkan menyentuh nya, kalau tidak, mungkin kalian akan  membeku, tapi tenang saja, dia belum mati" santai Gei segera bengkit dan melangkah dengan santai mendekati ibunya.
    
"Bawakan aku makanan, tapi jangan meracuninya" suruh Gei
     
Lagi-lagi Vania hanya mengangguk patuh saja.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now