Bab 30 : Tidak Berguna

103 14 0
                                    

Suara riuh picuh terdengar kembali, ini adalah pertandingan utama di turnamen ini, dimana dari setiap Academy terbaik yg ada di satu klan, akan memberikan peserta se pasang untuk maju dalam pertandingan ganda.
     
Lima klan, memberikan lima pasang peserta, dimana saat ini di lapangan, di setpai sisi berbentuk lingkaran itu sudah berdiri sepuluh orang dengan posisi dekat dengan pasangan nya.
     
Sama-sama memperhatikan situasi, jelas sekali ada banyak keraguan dari teriakan murid Academy Demon, karena mereka tak yakin dengan Gei.
     
Lawan-lawan mereka semua tangguh, apalagi ini adalah pertandingan yg sesungguhnya, yah mereka akan saling menghancurkan satu sama lain,
     
Satu meter dari dinding pembatas, akan di ciptakan sebuah formasi pelindung agar serangan tidak mengenai penonton, dan peraturan nya, jika peserta keluar dari formasi itu, maka dia di diskualifikasi.
   
Dari informasi yg mereka dapat, lawan mereka dari klan Vampire adalah perpaduan elemen Petir dan cahaya, sementara dari klan Wolf adalah Es dan angin.
     
Di lanjut dari klan Angel perpaduan elemen tumbuhan dan tanah, dari klan Witch yaitu elemen Solar dan Besi, dan yg terakhir, mereka sendiri adalah perpaduan dari Api dan Air, sungguh itu adalah perpaduan yg fatal karena sampai kapanpun keduanya tak akan bisa menyatu.
     
Setelah layar hologram terpampang menunjukkan peserta dan elemen nya, semuanya tercengang saat melihat informasi akhir, Gei dan Xavier, antara air dan api.
    
"Apa-apaan ini?" pekik Castor tak percaya.
    
"Heyy ini pertama kalinya, semua peserta memiliki elemen yg saling berkaitan tapi mengapa dengan yg satu ini?" heran Aksel tersenyum miring
    
Castor menatap ke arah seberang dimana semua kepala sekolah duduk di area yg sama, dan Mr. Carius ayah nya itu tampak tenang sekali
    
"Astaga bagaimana ini? apa nanti Gei akan terluka?" tanya Ranguna menatap Victory dengan tatapan ragu, dia dapat pesan dari Blarina untuk menjaga putri nya di sini.
    
Victory masih bingung, tapi ekspresi Gei di bawah sana sungguh membuat nya takut karena Gei seperti tengah melamun.
     
Raja Sauna Androbe, dari klan Wolf itu hanya geleng-geleng cemas.
     
Sementara raja klan Witch yakni Xirenu Veronu, sosok ayah dari pangeran Louis itu hanya tersenyum kecil, seperti tengah meremehkan.    
    
"Salah satu dari mereka mungkin akan terluka" sindir Xirenu melirik Castor yg terlihat pucat pasi, apa dia akan di permalukan setelah ini?     
     
Jauh di dalam lingkaran lapangan, Xavier juga ikut panik, Gei bahkan tidak bisa di ajak bicara, dia sudah memanggil nya beberapa kali tapi tidak di jawab.
    
"Oh tidak, ada apa dengan Gei?" cemas Caven
    
"Kau tidak bisa melakukan sesuatu?" seru Laskar menyenggol lengan Revan, mereka sebagai pangeran sudah mengambil posisi duduk masing-masing di dekat ayah nya.
     
Ranguna dan Victory menatap Revan penuh harap, Revan hanya diam dengan ekspresi datar nya.
    
"Mereka akan kalah" ucapan Revan dengan senyuman mengejek membuat semuanya terdiam hening, semua raja bahkan memperhatikan sosok Revan yg begitu santai dan menikmati suasana.
     
Castor semakin khawatir kalau mereka akan terluka berat, karena mereka tidak bisa keluar dengan sendirinya sebelum pertandingan selesai.
    
"Hehh kau ini bagaimana, katakan sesuatu pada Gei" bentak Louis emosi
   
"Sudah aku katakan dari tadi"
    
"Apa?" pekik Caven, Laskar dan Louis bersamaan.
     
Revan tersenyum miring, "Aku katakan begini, selamat jalan Gei, mungkin setelah ini kau akan mendapatkan tiket terminal kereta api yg pertama, menuju ke surga" jawab Revan datar
    
"Plak..!" satu lemparan mendarat di kening Revan, itu adalah kulit kacang tanah, dan yg melakukan nya adalah Laskar.
    
"Dasar tidak berguna, kau ingin mempermalukan Academy kita, kau juga lupa siapa Gei, dia sahabat mu"
    
"Aku tau, biarkan saja dia terlalu egois, lihat saja lima detik lagi dia akan menoleh ke sini" Revan tersenyum sinis
   
"Nikmati kekalahan mu" ucap Revan lewat telepati
     
Gei langsung secepat nya menoleh ke arah Revan dengan tatapan menusuk.
    
"Apa yg kau katakan padanya hah?" bentak Victory
    
"Aku hanya mengatakan, nikmati saja kekalahan mu nona Aurora" jawab Revan seadanya.
 
"Kau-"
    
"Sudah, memang dia sudah gila" tahan Laskar karena Caven buru-buru ingin menyingkirkan Revan karena kesal.

   
"Tringg...tringgg..!" babak pertama di mulai, semuanya bersedih dengan kewaspadaan tingkat tinggi
   
"Gei kau kenapa?" tanya Xavier
    
Gei masih diam saja, tatapan nya sangat kosong.
   
"Boomm...!" suara ledakan membuat Xavier terkejut, mereka sudah mulai menyerang siapapun, mereka hanya mengingat agar semua lawan nya segera keluar dari arena.
    
Dengan senjata atau tidak, mereka tak peduli, yg penting, yg mereka inginkan adalah hanya mereka dan pasangan nya yg berdiri di lapangan ini.
     
Di lihat dari kejauhan, nampak nya belum ada yg berani menyerang Xavier, siapa yg tidak mengenal pangeran pengendali elemen api itu, dia bahkan lebih ganas di arena ini.
     
Sorak-sorai terdengar, tapi mulai dari awal, Xavier hanya melindungi Gei agar tidak terkena serangan jarak jauh dari lawan.
     
Ini membuat semua penonton Academy Demon sangat protes, ini akibatnya menjadikan Gei sebagai peserta utama.
    
"Ada apa dengan nya?" pekik Mr. Carius mulai panik
    
"Ini tidak bisa di biarkan, kalau dia diam saja, dia akan mudah di keluarkan dari lapangan" balas Mr. Jo ikut khawatir.    
    
"Kau kenapa diam saja, jangan membuat ku menjadi tameng mu, jangan bilang kau lupa dengan semua jurus yg di ajarkan oleh kakek" gertak Xavier menoleh ke belakang sementara tangan nya menahan serangan kristal es dari lawan dengan semburan api merah nya
     
Gei tak bergeming, bahkan saat sebuah pisau belati melayang ke arah nya, pisau itu tembus dan memotong sedikit rambut nya.
     
Xavier melongo, dia tidak menyadari kehadiran pisau itu karena asik berbincang dengan Gei.
    
"Hey lihat apa yg dia lakukan, apa dia di sana hanya menjadi patung ?" ucap Xirenu tersenyum kecil
    
"Aku tak yakin, bagaimana nasib nya nanti" Sauna membalas dengan senyuman aneh
     
Castor semakin terbungkam, putra nya di sana hanya berguna sebagai pelindung anak itu saja.
    
"Ada apa dengan mu?" heran Aksel melihat Caven yg begitu frustasi sampai mengacak-acak rambutnya, "Ahk tidak ayahanda" jawab nya bersikap bodoh saja.
         
"Kalau begini terus Gei akan dalam bahaya" umpat Laskar melirik Revan
    
"Kau tak ingin melakukan sesuatu heh, kenapa kau senyum-senyum tak jelas, kau sudah gila" bentak Louis kesal melihat ekspresi Revan
    
"Dasar bodoh"
    
"Apa kau bilang?" Caven, Louis dan Laskar langsung berdiri dengan emosi meledak.
     
Para raja tidak bisa berbuat apapun karena itu urusan mereka, Revan tertawa terpingkal-pingkal, "Hehh.. kalian ini bodoh sekali, aku teman nya, aku tau bagaimana cara nya agar Gei menjadi semangat kembali, kalian ingin membantuku?" Revan segera bangkit dan mengeluarkan kotak ice cream di sebelah kursi nya.
     
Caven, Louis dan Laskar menjadi bingung.
    
"Kemari" ajak Revan ke tengah-tengah, aneh nya ke tiga pangeran itu mau-mau saja, mereka segera memegang satu ice cream rasa coklat.
   
"Ayo makan" suruh Revan
   
"Kau ini-"
    
"Makan saja cepat" suruh Revan memaksa membuat ketiga pangeran itu dengan lugu nya segera memakan ice cream mereka.
     
Caven bergidik ngeri, "Hehh ini makanan apaan" pekik nya merinding karena dingin.
    
"Gei mereka memakan ice cream mu?" teriakan Revan sukses membuat ketiga pangeran itu terbelalak
     
Gei yg mendengar nya di sela-sela keributan lain sangat jelas langsung menoleh ke arah Revan lagi.
  
"Bodoh"
    
"Gila"
    
"Aku akan mati" umpat ketiganya dengan mata melongo   
     
Gei tersentak, suara itu membuat tubuh nya segera meledak, dia menatap ke arah para perkumpulan bangsawan itu dimana ke empat pangeran tengah berdiri dengan Revan yg selalu mengoceh lewat telepati kepadanya.
    
"Aku bersumpah akan membeli tiket terminal kereta api sendiri dari pada Gei yg memberikan nya" umpat Caven dengan tatapan horor segera mengembalikan ice cream itu ke dalam kotak
     
Di susul oleh Laskar dan Louis, sementara si biang onar itu malah semakin menjadi-jadi, "Lihat lah setelah mereka makan, mereka menyimpan nya lagi, sangat menjijikkan" teriak Revan lantang.
     
Ketiganya refleks terbelalak, mereka juga baru sadar, "Kau gila" geram Laskar langsung menyeret Revan agar duduk di kursi nya dengan paksa.
    
"Kau ingin aku mati hanya melindungi mu hah, sadarlah, kau tidak merenung kan ucapan Revan sahabat mu itu?"
     
Tubuh Gei bergetar seketika, setelah emosinya di pancing oleh ke empat pangeran tidak berguna itu dan sekarang Xavier mengatakan itu, sama saja dia mengakui kalau dia menguping pembicaraan nya dengan Revan untuk yg kedua kalinya, yah setelah menguping di ruang pelatihan waktu itu.   
    
"Sudah aku bilang kan, dia memang tidak berguna, aku lebih baik di sana dari pada dia" ketus Meina dengan tatapan kesal dan marah.
     
Castor melirik ayah nya lagi, kali ini dia langsung ikut berdiri karena Mr. Carius juga berdiri dengan wajah panik.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now