Bab 61 : Gei Pergi?

101 10 0
                                    

Sudah sekitar dua jam Gei berjalan kaki, mengikuti penunjuk yg di arahkan oleh ibu nya, kalau dia harus pergi ke pinggiran hutan, tepat nya di klan Witch, dia akan hidup bersama dengan sepasang kultivator yg bisa di katakan sudah tua atau sepuh.
    
"Aishhh...sebenarnya dimana tempat nya, kenapa begitu jauh!" umpat Gei
    
"Kau mencari sesuatu?"
    
"Astaga?" Gei tiba-tiba terlonjak saat seseorang muncul di sebelah nya.
   
"Ahk tidak ada" lemas Gei saat mendapati seorang pria tengah menatap nya dengan tatapan curiga, seperti tengah memergoki pencuri.
    
"Kau, namamu Geinero Aurora bukan?"
    
"Dari mana kau tau?"
    
"Kenalkan, namaku Ardan Dyrezo, aku adalah murid nya guru Ziulong dan juga guru Meyza, aku kemari memang untuk menjemput mu"
    
"Ahk iya" Gei menerima uluran tangan seseorang yg mengaku bernama Ardan itu.
    
"Kau biasa di panggil apa?"
    
"Ge- maksud ku, Aurora" ralat Gei segera menyamarkan nama panggilan nya.
    
"Senang bertemu dengan mu Aurora, kemari aku akan bantu" Ardan tersenyum, meraih tas hitam milik Gei
    
"Kau bisa terbang atau melesat, agar kita cepat sampai, guru sudah lama menunggu mu"
    
"Aku melesat saja"
    
"Baiklah, kalau begitu ikuti aku"
     
Gei mengangguk, segera mengambil ancang-ancang untuk mengikuti Ardan yg pergi duluan dengan terbang di udara.
    
"Mereka sudah datang" pria sepuh itu dengan cepat berjalan perlahan ke teras rumah, dia bisa merasakan aura milik murid nya,
    
"Ini dia" Ardan mendarat tepat di sebelah Gei.
     
Gei terdiam menatap rumah yg berdiri di hadapan nya, jelas sekali hanya rumah ini yg ada di sini, tepat nya, ini bukan lagi di pinggiran hutan, tapi di tengah hutan.
     
Gei membungkuk hormat saat seorang pria tua berjalan ke arah nya.
     
Ziulong tersenyum cerah, "Sungguh luar biasa, ternyata kau orang nya? aku tidak percaya ini"
     
Ardan menatap Gei lama, "Maksud guru apa?" tanya nya
    
"Nanti kau akan tau"
    
"Syukurlah sudah datang, ya sudah sekarang simpan barang-barang mu lalu segera pergi mengambil air ke sumur" celoteh seorang wanita tua dengan ekspresi cerewet
    
Gei melongo, baru sampai dia sudah di suruh mengambil air ke sumur?
    
"Dia baru datang guru, mungkin dia kelelahan di perjalan tadi" belas Ardan
    
"Kelelahan apanya, energinya masih penuh, sudah jangan malas, cepat" perintah nya.
     
Gei mengangguk saja,  mengikuti wanita tua itu untuk segera menyimpan barang bawaan nya.

                            ***
    
"Dia pergi tanpa berpamitan?" pekik Mira tidak percaya.
    
"Sangat menyebalkan" desis Hely
    
"Kenapa dia pergi secepat itu" heran Fara.
    
"Hanya meninggalkan sepucuk surat, astaga, entah kemana dia!! apa mereka pindah atau bagaimana?"
    
"Kalian teman nya Gei bukan? kalian tau Gei kemana?" tanya Disyi yg tiba-tiba muncul di sebelah meja dimana ke tiga sekawan itu tengah melangsungkan makan siang di ruang makan.
    
"Dia sudah pergi, dia hanya meninggal surat ucapan terimakasih dan selamat tinggal, itu saja, dia bahkan tidak membicarakan nya dengan kami" jawab Mira
    
"Pergi kemana?"
    
"Tidak tau-"
    
"Sudah lah, ayo duduk" Disyiu tanpa ijin menarik lengan baju Disyi untuk duduk di kursi yg masih kosong.
    
"Dia pergi kemana? belum lama di sini sudah pergi saja"
   
"Bukan urusan mu, itu terserah nya" ketus Disyiu segera memulai acara makan siang nya.
     
"Apa Mr. Carius ada urusan mendesak hingga hari ini tidak ada pelatihan khusus!" ucap Laskar seraya mengambil tempat duduk di sebelah Xavier.
     
Kebetulan sekali meja mereka di sebelah Fara dkk, tapi nampak nya mereka bertiga tidak berani bertanya tentang Gei kepada Revan.
    
"Kau nampak tidak bersemangat" goda Louis melirik Revan yg baru saja duduk dengan ekspresi malas
    
"Seperti biasa, dia tidak memiliki teman untuk berdebat" kekeh Laskar
    
"Oh ya dimana pangeran Caven?"
    
"Dia di panggil Mr. Perkins" jawab Xavier seadanya.
    
"Oh ya, sebenarnya Gei pindah kemana?" tanya Laskar
     
Fara, Hely dan Mira segera menajamkan pendengaran nya berharap mendengarkan sesuatu tentang Gei.
    
"Yg pastinya dia tidak akan ada di Klan Demon, Klan Angel dan klan Vampire" jawab Revan seadanya.
    
"Maksud mu antara klan Witch dan klan Wolf?" balas Xavier
    
"Mungkin, entah lah, makhluk ajaib itu bisa hidup di mana saja"
    
"Oh ya, tadi pagi yg kau bicarakan dengan Gei, maksud nya apa tentang merebut mahkota klan?" bahas Louis penasaran
    
"Yah, kalian selalu membicarakan sesuatu yg aneh, tapi entah mengapa aku melihat kalau setiap kalian berbicara, kalian selalu serius dengan perkataan kalian" sambung Laskar.

     
Revan terdiam lama, "Entah lah, aku sendiri selalu salah paham dengan nya"
    
"Maksud mu?"
    
"Yah, maksud ku Gei bukan seperti yg ku pikirkan sebelum nya, dia menyimpan begitu banyak kejutan dalam dirinya, dia juga kadang aneh" papar Revan
    
"Kapan dia kembali?" kini Xavier yg bertanya.
    
"Seperti yg dia katakan, dia akan kembali saat aku menjadi raja, itu artinya dia akan kembali sekitar dua atau tiga tahun lagi"
    
"Lama sekali" lemas Hely yg sedari tadi mereka hanya menguping.
    
"Kalian sudah lama disini?" tanya Caven yg baru sampai dengan makanan nya.
    
"Tidak, baru saja" balas Laskar bersikap santai
    
"Kapan dia akan kembali?" tanya Caven lewat telepati, Revan melirik nya sekilas. "Kenapa? kau sudah menemukan seseorang yg harus nya jau cari?" tanya Revan balik
    
"Belum, tapi setidaknya aku sudah mendapatkan petunjuk"
    
"Maksud mu?"
    
"Aku beranggapan kalau bunda nya Gei masih hidup"
    
"Uhuk..uhuk...!" Revan terbatuk dengan ekspresi kaget
    
"Kenapa?" tanya Xavier curiga karena ekspresi dua orang ini begitu aneh, antara terkejut dan bingung.
    
"Jangan bercanda, aku sendiri melihat dengan mata ku bagaimana bunda nya Gei di makam kan" seru Revan tidak percaya
    
"Aku tidak yakin, aku mengatakan kalau itu masih anggapan ku saja, semoga saja memang itu tidak benar, karena yg di alami bunda nya Gei memang tidak biasa, bagaimana mungkin saat dia dalam kondisi parah, dia bisa tiba-tiba sadar dan bisa menulis, jika itu benar lalu kenapa dia menulis surat ucapan selamat tinggal, apa dia sendiri tau kalau dia akan mati?"
    
"Dari mana kau tau tentang surat itu?" potong Revan
    
"Aku mengikuti Gei saat ke dunia manusia kemarin, yah dia pasti tidak tau kalau aku mengikuti nya setiap saat, aku hanya ingin memastikan keselamatan nya"
    
"Kenapa kau begitu peduli dengan nya?" Revan merubah topik namun masih dengan orang yg sama.
    
"Karena dia sepupu mu"
     
Revan manggut-manggut, "Ehhh.. maksud mu, kapan aku mengatakan nya padamu kalau dia sepupuku, aku ingat baru tadi pagi aku jujur dengan kalian" Revan segera tersadar.
    
"Ahk itu.."
    
"Dari mana kau tau?"
    
"Sebenarnya...!"
     
Caven menunduk dengan ekspresi bingung harus mengatakan apa.

Flashback Off...
    
"Kami tidak harus tau rahasia mu, ya sudah kami akan pergi, salam untuk nya kalau sudah bangun"
     
Revan mengangguk, mengantar mereka ke luar pintu cafe, dan seperti biasa, ketiga nya melesat dengan kecepatan tinggi dan menghilang dalam hitungan detik.
   
"Bagaimana caranya aku menjelaskan pada mereka kalau Gei adalah sepupu ku" Revan berbalik dan menutup pintu
    
"Sepupu?" pekik seseorang yg kini tengah bersembunyi di balik dinding sebelah, Wajah nya nampak rumit usai mendengar kata itu.
     
Flashback On...

     
Rvan menghela nafas lemas, beruntung yg mendengar nya adalah Caven, kalau orang lain bagaimana?
    
"Tapi tunggu, itu artinya selama itu kau sudah tau Gei dan Aku sepupuan?"
    
"Yah, begitu" jujur Caven
    
"Ahk yasudah lah, semuanya sudah terlanjur tau" pasrah Revan kembali melanjutkan makan siang nya.
    
"Kalian membicarakan sesuatu?" ucap Xavier membuat ke lima pangeran itu sama-sama menghentikan aktivitas nya sejenak
    
"Siapa?" tanya Laskar
     
Xavier menatap Caven dan Revan bergantian.
    
"Tidak penting" jawab Caven segera melanjutkan makan siang nya.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now