Bab 38 : Kemungkinan Besar tepat Sasaran

101 12 0
                                    

Gei mulai terbangun dari tidur nya, tidak ada siapapun di kuil kecuali dirinya, buku-buku yg tadinya berserakan kini di tumpuk rapih di sebelah nya.
     
Dia cukup bingung dengan Elga, semalam dia sudah pergi, apa dia kembali setelah dirinya tidur dan merapikan semua ini? entah lah, yg terpenting semalam mereka tidak terlalu bicara banyak, "Maaf aku ketiduran" ucap Gei menunduk
    
"Kalau kau ingin marah lagi, yasudah marah saja"
     
Gei menunggu, tapi tak terjadi apapun, "Aku akan pergi dulu, nanti aku datang lagi" pamit Gei berlalu untuk menyimpan semua kitab, dan tak lupa membawa satu kitab yg belum selesai dia baca semalam.
     
Tak perlu lama-lama dia membersihkan diri, dia juga menyapa teman-teman nya seperti biasa, seperti layak nya Gei yg baru bangun dari kamar, mereka tidak curiga sedikit pun.
    
"Kau terlihat pucat Gei, apa kau sakit?" tanya Mira melekatkan punggung tangan nya di kening Gei
    
"Normal, tapi kenapa kelihatan pucat?"
    
"Aku baik-baik saja" jawab Gei seadanya. "Kau membawa kitab lagi?" heran Hely. Gei hanya mengangguk tanpa protes.
     
Ke tiganya menghela nafas, mereka segera memasuki ruang makan untuk mengikuti sarapan bersama.
   
"Bruk...!" kitab Gei terjatuh, dia tak sengaja menyenggol seseorang
    
"Kau bisa melihat atau tidak, kenapa harus menabrak" bentak nya emosi, dari suara aneh itu, sudah di pastikan itu adalah Nasari
     
Bersama dengan ke tiga teman nya, Meina, Elga dan Renata.
    
"Maaf" ucap Gei singkat dan datar
   
"Minta maaf itu yg iklas, dasar tidak tau malu"
     
Gei mencoba untuk tidak emosi, apalagi dia sedang memegang kitab suci yg baru dia ambil karena terjatuh tadi.
    
"Gei sudah minta maaf, untuk apa lagi marah-marah" sinis Mira
    
"Kau tidak usah ikut campur, bukan urusan mu" sambar Renata merendahkan.
    
"Sudah lah mengapa mengurusi mereka, tidak berguna juga" ucap Elga mengajak mereka pergi.
     
Gei cukup terkejut, Elga nampak terlihat santai mengatakan itu, mereka segera pergi, Gei teringat sekilas dengan kejadian semalam.
    
"Sudah tidak perlu di pikirkan" sela Hely mengajak mereka untuk duduk di kursi.
   
     
Kelas pertama adalah ilmu perang dari Mr. Renhat
    
Sepertinya mereka hanya akan mendapatkan materi hari ini, secara mereka tidak ke ruang pelatihan, hanya di kelas biasa.   
     
Usai di persilakan masuk, keadaan kelas cukup hening, mungkin karena kehadiran Mr. Jo disini, selain dia menguasai pelajaran Sejarah, dia juga adalah wakil kepala sekolah, bisa di bilang dia adalah tangan kanan dari Mr. Carius.
     
Membawa buku bersampul coklat dan mulai membuka nya,
    
"Astaga ada yg akan maju ke kelas depan?" suara ricuh terdengar, yah jika Mr. Jo hadir dengan buku itu, sudah jelas bahwa dia akan memindahkan murid ke kelas lain, bisa di bilang ini adalah hari yg selalu sangat tiba-tiba.
    
"Nona Geinero Aurora"
    
"Ahkk sudah ku duga" semuanya bertepuk tangan, bagi mereka tak perlu di jelaskan, pasti Gei akan masuk ke kelas C setelah ini.
    
"Kenapa?" heran Gei bingung
    
"Selamat nona Aurora, mulai hari ini, kau masuk kelas biasa bagian B"
   
"Hahhhhh?" semuanya melongo
    
"B itu artinya dia melangkahi satu kelas!"
    
"Ke..kenapa bisa begitu?" pekik Gei
    
"Mudah saja, kau sudah memenuhi kriteria dalam pembagian kelas, kau sudah memiliki keahlian dan keterampilan yg sesuai, semua orang sudah pasti tau, harus nya kau sudah di kelas A sekarang, tapi karena tidak pernah ada cerita nya melangkahi dua kelas sekaligus, jadi kau masuk ke kelas B saja"
   
"Selamat Gei" puji Mira tersenyum mengancungkan jempol nya.
     
Gei segera maju mebawa tas nya, dia berikan selembar kertas oleh Mr. Jo
    
"Ini jadwal baru mu, kau akan mulai masuk les pertama, kau di berikan waktu sebntar untuk kembali ke asrama dan mengganti buku-buku materi, setelah itu segera masuk ke kelas B" papar Mr. Jo
     
Gei mengangguk patuh, mereka segera berpamitan.  
     
Berbeda di kelas D yg jumlah nya mencapai 30 lebih, sementara di kelas B,  hanya ada belasan orang saja.
     
Dengan ekspresi yg masih sama, setiap kelas memang ada pesona nya sendiri. "Geinero Aurora, kau masuk kelas B?" pekik seseorang gadis dengan suara lantang.
   
"Kecilkan suara mu" ketus seseorang pemuda di sebelah nya merasa risih dengan teriakan itu.
    
Gei menunduk sedikit menyapa guru yg ada di sana. Mr. Perkins
    
"Silahkan duduk nona Aurora"
    
"Terimakasih" ucap Gei segera mengambil posisi duduk si kursi yg masih kosong, jika di dunia manusia, posisi kursi seperti ini hanya ada di universitas saja, kursinya nampak di atur  seperti tangga agar semua wajah murid terlihat.
     
Gei duduk di barisan ketiga dari depan, sebelah gadis yg sangat ribut tadi. Yah memang benar gadis itu yg sembarangan menarik nya untuk duduk di sebelah nya.
     
Sebagian mereka masih tidak suka, sebagian sangat suka, dan sebagian lagi tak peduli.
    
"Kita lanjut materi nya, Nona Aurora untuk materi sebenarnya masih sama di semua kelas,  hanya pendalaman materi lebih jelas, dan saya harap tidak ada ke salah di dalam uji coba" papar Mr. Perkins yg segera di angguki oleh Gei
     
Gei membuka buku nya, judul besar nya masih sama, seperti kemarin. Tapi memang benar beberapa topik baru mulai terlihat dengan jelas.
    
"Materi kita sampai disini" Mr. Perkins menutup buku besar nya lalu pergi begitu saja.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now