Bab 63 : Menunggu nya

89 13 0
                                    

Di usia 20 tahun, sudah cukup bagi nya untuk menerima beban di atas kepala, walau ini hari yg menggembirakan, sekaligus hari yg menyedihkan bagi Revan, sebelum dia sudah di rencana kan untuk di nobatkan menjadi raja klan sesuai dengan semua persyaratan yg sudah di penuhi, tapi sebelum itu kakek nya sudah lebih dulu pergi menghadap ke sang pencipta.
     
Dannil sudah meninggal, dia hanya bisa menunjukkan senyuman seadanya saat dia mengikuti upacara ini.
     
Sebagai raja klan dengan wilayah terluas kedua setelah klan Iblis, tentu dia memiliki rakyat yg paling banyak dari klan lain.
     
Di hari ini juga semua raja klan hadir, termasuk keluarga kerajaan, meski Xavier sudah menjadi raja klan Demon beberapa bulan lalu, sementara Caven sudah menjadi raja klan Vampire dua minggu kemarin, berbeda dengan Louis yg akan mengadakan penobatan bulan depan, sementara Laskar masih belum siap karena persyaratan nya begitu banyak dari klan Wolf.
     
Apalagi salah satu syarat yg wajib bagi Laskar adalah, sebelum dia dinobatkan menjadi raja klan, dia harus sudah memiliki calon istri, sehingga setelah acara penobatan, maka akan di lanjut dengan acara pernikahan.
     
Itu sudah tadisi sejak dulu, berbeda dengan yg di alami Revan, setelah dinobatkan, maka dia akan terus di paksa oleh ibunda nya untuk mencari pasangan, kalau tidak maka ibunda nya sendiri  yg akan mencarinya.
     
Dari segi usia memang dari antara mereka, Xavier lah yg paling tua, di usia 24 tahun, sementara Caven 23 tahun, Revan dan Laskar 22 tahun, dan terakhir Louis masih 21 tahun, bulan depan barulah dia berusia 22 tahun.
     
Jika dari segi kekuatan maka jangan tanyakan, mereka berlima sama-sama kuat tentunya.
    
"Melihat kalian seperti ini, ibunda jadi ingin melihat bagaimana nantinya jika cucu ibunda juga seperti kalian gagah nya" seru Ranguna tersenyum kecil
     
Revan langsung mendesah lemas, sementara Caven dan Louis juga Xavier tertawa geli melihat Revan yg sudah di posisi yg sama seperti Laskar yg bingung mencari pasangan kemana.
 
"Aishhh dimana anak itu, apa dia tidak akan datang" gumam Revan dengan perasaan tidak tenang
   
"Kau menunggu siapa?" tanya Xavier
    
"Hemm..tidak ada" Revan menggeleng perlahan.
    
"Entah mengapa aku tidak tahan melihat penampilan kita sekarang, apa harus menggunakan mahkota menjengkelkan seperti ini, kenapa berat sekali" umpat Revan
     
Caven tersenyum kecil, "Punya ku tidak berat kok" Caven tersenyum mengejek.
    
"Dasar kau" Revan berdesis kesal, sementara dia melirik beberapa keluarga kerajaan yg saling berbincang, "Sungguh aku tidak ingin seperti mereka, lihat lah sangat menggelikan bukan? kemana-mana selalu membawa pasangan, pembicaraan nya juga tidak asik" cibir Revan
    
"Aku stuju, mereka semua terlihat kuno" papar Louis
    
"Aku ingin ke belakang dulu" pamit Caven meletakkan gelas nya lalu berjalan santai menuju kamar mandi.
    
"Trek..!" suara benda terjatuh membuat Caven menghentikan langkah nya sebentar.
     
Melihat ke kanan kiri, namun tidak ada siapapun,
    
"Krek..!" sekali lagi Caven berhenti, dia seperti menginjak sesuatu di bawah kaki nya, sebuah gelang.
     
Caven segera meraih gelang hitam dan memperhatikan ke sekitar.
    
"Geinero?"
     
Wajah Caven membeku seketika, pucat pasi setelah melihat nama yg terlukis indah disana.
    
"Bu..bukan kah ini gelang?"
    
"Astaga, apa ini gelang milik Gei, gelang yg waktu itu di berikan oleh pria aneh itu!"
     
Caven secepatnya menyimpan nya ke dalam saku, sambil bergegas mencari ke beberapa lorong istana siapa tau Gei ada disini, tapi nihil tidak ada siapapun.
    
"Apa Gei sudah kembali? apa sebaiknya aku tanya kepada Revan, tapi ini hari penobatan nya, dia akan terganggu jika aku menanyakan ini" Caven berusaha berpikir apakah dia harus keluar istana untuk mencari Gei?
    
"Wahhh ramai sekali apa ada pesta besar disini?"
    
"Brughhh..!"
    
"Astaga, maaf..!" 
     
Tidak ada yg dia katakan, dia langsung pergi dengan tergesa-gesa.
    
"Seperti nya aku pernah melihat nya!" gumam nya mencoba memperhatikan dengan jelas, namun orang itu sudah pergi lebih dulu.
    
"Aurora apa kita tidak salah alamat?" tanya Ardan melihat begitu megah nya tempat ini
     
Yah gadis cantik dengan sebuah topeng indah di wajah nya itu adalah
Aurora alias Geinero.
    
"Kau melihat apa?" tanya Ardan
    
"Ahk tidak ada, oh ya ayo kita masuk, entah ada acara apa disini" gumam Gei  mulai masuk dengan pikiran yg masih bingung karena melihat wajah pria yg tak sengaja menabrak nya tadi.
   
"Dia mirip seperti-"
    
"Aurora awas"
     
Gei tersentak, tubuh nya hampir saja menabrak sebuah hiasan lampu kaca di atas meja, beruntung nya seseorang dengan cepat menarik nya dan kini Gei mendarat di pelukannya.
     
Gei terbelalak, secepat kilat dia menjauh dan berdiri di sebelah Ardan.
   
"Kau tidak apa-apa?" tanya Caven dengan nada sopan.
     
Gei menggeleng, "Ya Tuhan, dia sudah berubah, hanya dua tahun tapi mengapa dia lebih tampan dari sebelum nya?" batin Gei melongo
    
"Aurora-" Ardan segera menutup mata Gei,
    
"Menunduk" suruh nya
     
Gei segera sadar dan memutuskan kontak matanya dan menunduk sopan karena dia sudah menjadi raja klan dengan mahkota di kepala nya.
    
"Kami pergi dulu yg mulia" pamit Ardan sopan
     
Gei hendak mengikuti Ardan namun tidak jadi kala tangan nya di cekal oleh Caven.
     
Ardan refleks ikut berhenti, "Kenapa kau menggunakan topeng itu?" tanya Caven
    
"Maaf yang mulia, yang mulia di minta untuk segera ke ruang pertemuan bersama dengan yg mulia raja Revan dan juga yg lainnya" seru seseorang dengan sopan
     
Caven segera melepaskan tangan Gei lalu pergi dengan bawahan nya.
    
"Ada pertemuan mendadak?" heran Caven melihat ke empat teman nya sudah ada di sana, di tambah lagi Mr. Carius.
    
"Entah lah, sepertinya kalian kedatangan tamu" jawab Mr. Carius tersenyum cerah.
     
    
"Kemana lagi kita harus pergi?" tanya Ardan sambil melangkah bersama Gei
     
Gei menggeleng, "Setelah kita mendapatkan makanan gratis di sini tentunya kita harus pulang, benar begitu saudara ku" Gei tersenyum kecil
    
"Terserah kau saja" balas Ardan pasrah
     
Ardan menghentikan langkah nya membuat Gei juga ikut berhenti dan berbalik
    
"Ada apa?" tanya Gei heran
    
"Guru meminta ku untuk segera kembali "
    
"Lalu aku?"
     
Ardan mengubah ekspresi serius menjadi malas, "Terserah kau saja, yg penting aku harus segera kembali, mungkin kau bisa berkeliling di sini, dan jangan pulang terlalu malam"
   
"Oke" Gei mengangguk, sementara Ardan sudah pergi melesat dengan kecepatan tinggi.
    
"Entah mengapa dia selalu memerintah ku, dan yah.." Gei menghela nafas lemas, "Aku tau pasti guru memberikan ku kesempatan untuk menemui ibu dan juga kakek"
    
"Astaga...padahal aku ingin melihat Revan, tapi aku rasa bukan sekarang saat nya" Gei merenggut dengan segera dia melesat menuju ke pusat kota klan Demon, tepat nya cafe dimana ibunya berada.
    
"Kemana dia akan pergi?"
    
"Dia akan menemui ibu nya, jadi kita akan pulang saja" ucap Ziulong
     
Ardan mengangguk patuh, segera kembali melesat bersama guru nya untuk kembali ke gubuk tua di tengah hutan dimana mereka tinggal.
    
"Siapa dia? kenapa menggunakan topeng, kenapa firasat ku mengatakan dia mencurigakan, aku mengenal aura nya, tapi siapa?" gumam seseorang yg kimi berdiri dengan sikap tegap, menatap punggung gadis bertopeng yg baru dia lihat beberapa menit lalu.
    
"Sedang apa?" pertanyaan itu membuat nya segera beralih
    
"Kau menunggu siapa? kau mengharapkan seseorang akan kemari untuk menemui mu? Caven?" Revan tersenyum miring
     
Caven berdesis kesal, "Sejak kau menjadi raja, kau semakin menjengkelkan" ketus Caven berlalu pergi meninggalkan Revan yg tertawa cekikikan melihat ekspresi sahabat Vampire nya.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now