Bab 29 : Renungkan Baik-baik

106 13 0
                                    

Tidak bisa dikatakan siapa pemenang dan siapa yg kalah, karena turnamen akan berlangsung dalam tiga babak, dan babak pertama sudah selesai, para peserta mendapatkan poin masing-masing.
     
Di lanjut dengan babak kedua, di mana tim kedua akan maju, yah pangeran Louis bersama pangeran Alve juga Andrew dari murid inti bagian A juga.
    
"Kalau begini lebih baik aku ikut peserta kelompok saja" ucap Gei begitu malas
    
"Kenapa begitu?"
    
"Ya karna mereka tidak saling melawan, mereka hanya melewati banyak rintangan saja"
    
"Tapi mereka lebih butuh tenaga ekstra karena setiap menit nya mereka harus bergerak dan waspada" papar Xavier
   
Gei manggut-manggut saja, menurut nya turnamen ini sangat membosankan.
     
Gei melirik ke arah kanan, pandangan nya bertemu dengan sosok yg tak dia duga akan menatap nya juga.
     
Tiba-tiba saja Gei menjadi gugup, karena dia adalah Ayah, Castor.
    
"Kenapa?" tanya Xavier heran
   
Gei menggelengkan kepalanya cepat, "Lalu kapan giliran kita?" tanya Gei
     
Ini masih jam 11, mungkin kita akan mulai jam 2 siang.
    
Gei berdecak kesal, "Kalau begitu aku akan jalan-jalan saja dari pada duduk diam di sini"
    
"Aku temani" tahan Xavier
     
Gei acuh tak acuh membiarkan Xavier mengikuti nya untuk segera keluar dari sana.
     
Yah, keduanya masih tak lepas dari atensi seseorang di sebrang sana.

     
Puas Gei berkeliling di Academy tapi dia tak menemukan ada yg istimewa disana.
    
"Sebenarnya kita mau kemana?"
    
"Hanya jalan-jalan saja, kalau kau bosan, kau bisa kembali" santai Gei terus berjalan.
     
Xavier memutuskan untuk diam saja, dan terus mengekor di belakang Gei, seperti seorang pengawal pribadi   
    
"Gei tunggu" teriak seseorang membuat keduanya menghentikan langkah.
    
Gei berbalik, ekspresi nya berubah drastis.
    
"Gei biarkan aku bicara dulu"
     
Gei hendak berbalik namun tangan nya segera di cekal oleh Calvin, yah dia adalah Calvin.
    
"Apa?" tanya Gei dengan tatapan tajam.
    
"Aku bisa pastikan aku dan keluarga ku tidak terlibat dengan kejadian itu, hari itu ayah ku meminjam kan mobil nya pada rekan kerja nya"
     
Gei berdecih pelan, "Percaya lah Gei, aku benar-benar tidak tau, dan soal kejadian itu, aku..aku minta maaf"
    
"Masih berani menampakkan diri di hadapan ku setelah kau melakukan hal menjijikan itu?"
    
"Tidak, Gei aku mohon, aku minta maaf"
    
"Jelaskan siapa kau sebenarnya?"
    
"Aku menunggu, lima menit, kalau tidak ada jawaban, jangan pernah muncul di hadapan ku"
   
"Oke..oke baiklah, aku juga anak kandung dari raja Aksel, dan ibu ku hanyalah seorang selir, itu alasan nya aku di asingkan, dan hidup bersama kedua orang tua angkat ku"
     
Gei terdiam, dia nampak acuh tak acuh saja.
    
"Gei aku minta maaf"
    
"Setelah aku menemukan siapa yg salah disini, maka urusan kita selesai sampai disini"
    
"Gei beri aku kesempatan lagi, aku mohon, apa karena kau sudah tau status ku, apa karna itu"
    
"Berhenti Calvin, aku tak mau mendengar apapun lagi"
    
"Aku tidak akan pergi sebelum mendapatkan maaf dari mu!" paksa Calvin.
    
"Aku sudah tak peduli lagi apapun yg berurusan dengan mu" Gei beranjak pergi, Calvin ingin menahan namun terlambat, Xavier lebih dulu menepis tangan nya.
     
Calvin tak bisa berbuat apapun, dia tak mau membuat masalah dengan Xavier.

                              ***
    
Gei mendudukkan dirinya di sebuah bangku panjang, tepat nya di taman belakang Academy Fastron.
     
Suasana yg ribut masih bisa terdengar dari arah lapangan, sementara di sini, sunyi hening.
     
Xavier masih terdiam memperhatikan Gei, dia tidak tau persis apa yg menjadi masalah Gei dengan Vampire itu.
    
"Kau harus bisa mengendalikan emosi mu, kalau tidak nanti saat di pertandingan kita akan kalah" Xavier membuka suara.
    
"Aku tau" singkat Gei
    
"Hmm... aku memang tidak tau persis urusan mu dengan pria tadi, tapi yg jelas, jangan langsung percaya kepada mereka, mereka bisa saja menyembunyikan sesuatu, mereka bisa berkata bohong untuk kebaikan mu, dan mereka bisa juga berkata jujur untuk kejahatan mereka" terang Xavier.
    
Gei termenung, mencoba mencerna setiap kata dari Xavier.
    
"Apa memang Vampire seperti itu?" tanya Gej pelan
    
"Mungkin, maka dari itu, jangan terlalu terbuka dengan mereka, mereka bisa saja menjadi sahabat yg baik untuk sekarang, tapi mungkin saja di saat mereka tau semua tentang kehidupan kita, mereka menjadi sosok pengkhianat"
     
Gei manggut-manggut paham, ada banyak hal yg belum dia ketahui, dia melirik Xavier sekilas, ekspresi nya kembali berubah menjadi datar, 
     
Apakah nanti, jika pria ini tau kalau dia adalah saudara tiri nya, dia akan marah atau membenci nya, jujur saja Xavier tidak termasuk ke dalam catatan orang yg di benci oleh Gei.

    
"Apa yg harus aku lakukan, jika dia terus-terusan berpikir dan diam seperti ini, bagaimana nanti saat pertandingan, dia tidak akan fokus" batin Xavier bingung.
    
"Kita kembali saja ke lapangan" ajak Xavier segera bangkit
    
"Aku masih ingin disini, kau bisa pergi, aku ingin sendiri dulu" balas Gei menatap kosong ke depan.
     
Xavier terdiam, "Baiklah aku duluan" pamit nya pasrah
    
"Setidaknya aku akan mengawasi nya dari jauh" gumam Xavier yg sudah melangkah terlalu jauh.
    
Gei menunduk termangu, matahari memang terlalu terik, udara nya juga panas, tapi duduk di bawah pohon ini sangat menyenangkan juga.
     
Berusaha memikirkan hal-hal baik dalam hidup, dia juga tak mau semuanya rusak hanya karena ego nya sendiri.
    
"Kenapa ibu tidak datang, dia bisa menyamar jika tidak ingin di lihat dan di kenali oleh orang, aku butuh seseorang untuk menyemangati ku saat ini"
    
"Bunda sudah pergi, kenapa begitu cepat dia pergi, harusnya dia pergi setelah ku berikan kebahagiaan untuk nya, kenapa di saat terakhir bunda memberi tahu kebenaran ini, kemana aku harus menjadi nya, satu-satunya di sisiku saat ini hanya ibu, jika ibu tidak mendukung ku, maka aku akan bergerak sendiri, berdiri sendirian? aku tidak bisa, mengendalikan emosi ku saja aku masih tidak bisa"  Gei mengacak-acak rambutnya karena frustasi.
    
"Kau salah, masih banyak orang di sisi mu, kenapa kau mengatakan kalau kau sendirian?" 
     
Gei terkejut, segera mendongkak dan mendapati seseorang tengah berdiri di hadapan nya. Sosok pria dengan pakaian ala bangsawan dengan deretan senyuman manis nya. Dia lah Revan.
    
"Lalu kau ke mana kan aku, ayahanda, ibunda, kakek, nenek, dan teman-teman yg lain, masih ada pangeran Laskar, Xavier, Louis dan yah Caven, juga teman-teman mu, Fara, Mira dan Hely"
    
"Kau tidak percaya kepada kami? kau tidak sendirian Gei" peringat Revan
     
Gei terpaku, dia diam seribu kata
    
"Kau hanya harus melawan ego mu saja Gei, aku tau kehilangan seorang bunda yg sudah merawat dari kecil itu pasti menyakitkan, tapi kau juga harus sadar, untuk mengetahui siapa yg melakukan kejahatan itu tidak harus di sertai dengan emosi, kau sudah bekerja sama dengan Caven bukan? dia pasti akan menepati janji nya, percayalah kau hanya perlu menunggu, sabar, akan ada waktunya ke adilan akan di tegakkan"
    
Untuk yg pertama kalinya, Gei melihat sosok lain dari Revan, sosok yg tegas dan penuh wibawa nya
    
"Aku egois?" lirih Gei
    
"Tidak semua kehidupan harus berjalan sesuai perintah mu Gei, itu nama nya egois kalau kau selalu memaksa kehendak mu, berpikir lah jernih, kau, aku kita masih muda, sangat mudah sekali terbawa suasana, kita harus belajar lebih dewasa lagi, di saat kita emosi, lihat siapa yg akan terluka karena kita"
    
"Tidak semua masalah harus di selesai kan dengan cara emosi dan kekerasan" imbuh Revan menepuk pundak Gei, dia sudah duduk di sebelah Gej saat ini.
    
"Jika kau ingin membalas dendam, tapi balasan hanya kepada orang yg benar-benar salah, jangan kau menghancurkan semuanya hanya karna satu orang"
    
"Kau terlalu naif untuk itu Gei, kau masih bisa berubah, aku hanya tau siapa ayah dan ibu mu, tapi aku tidak tau apa yg ada di dalam dirimu, yg jelas kakek pernah mengatakan, kalau suatu saat nanti kau akan menjadi pemimpin besar, dan jadi pemimpin tidak semudah yg kau ucapkan hingga kau menginginkan kelak kau menjadi seorang ratu, ini saat nya kau mulai berbenah Gei, sekarang kau atur apa yg akan kau lakukan di kemudian hari, karena tujuan utama mu bukan untuk mencari siapa yg membunuh bunda mu, tapi masih banyak lagi, perjalanan mu masih panjang"
   
"Kau tau alasan Mr. Carius mengikutsertakan kau di dalam pelatihan khusus di Academy, karena dia melihat potensi besar mu, dia juga pasti yakin kalau kau akan menjadi seseorang yg bisa merubah dunia sedikit demi sedikit"
    
"Jangan lupakan sesuatu yg penting, kau masih harus melindungi ibu mu"
    
"Renungkan itu baik-baik Gei, kalau kau masih menganggap ku saudara, datang ke padaku, katakan apa yg harus aku lakukan untuk membantu mu" usai mengatakan itu, Revan segera bangkit lalu pergi meninggalkan Gei yg kembali harus sendirian lagi.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang