"Ma, tadi Papa nggak maksud ngomong gitu." Bisma mencoba merayu Nayla yang merujuk. Nayla menghempaskan tangan Bisma yang ada di bahunya.
"Nando! Bantu rayu Mama. Ini 'kan gara-gara kamu juga." Bisma melotot ke arah Nando. Dengan kurang ajarnya Nando malah kabur.
"Sorry, Pa. Aku sibuk."
Kini tinggal Bisma dan Nayla berdua. "Seharusnya aku tau dari dulu, Pa. Kalau sebenarnya cinta kamu ke aku itu palsu." Nayla sengaja berkata dengan nada dingin, untuk membuat Bisma merasa bersalah.
"Nggak gitu, Ma."
"Lepasin! Malam ini kamu tidur di luar!" Nayla pergi meninggalkan Bisma.
Bisma mengacak rambutnya kesal, "Kok jadi gini, sih?"
***
Nando sedang berjalan-jalan dengan Nayla untuk mencari barang-barang seserahan, tentu saja dananya dari Nathan.
Bisma menolak untuk menjadi penyandang dana. Sebenarnya pria itu masih ragu, kalau Nando benar-benar serius ingin menikah.
"Ma, Nando ke kamar mandi bentar, ya?" Nando meminta ijin kepada Nayla saat mereka sedang memilih pakaian dalam wanita. Rugi banget, padahal di sini Nando bisa sekalian cuci mata.
"Ya udah, cepet."
Nayla menjawab tanpa melihat ke arah Nando. Ia sibuk memilih, galau akan membeli yang warna hitam atau abu-abu. Motif bunga atau macan. Dia tak tau model kesukaan Nando.
Saat tiba di kamar mandi, Nando segera menyelesaikan hajatnya. Setelah itu ia bergegas untuk kembali ke tempat mamanya.
"Elo yang namanya Nando?"
Seorang pria jangkung bertato, bersama seorang pria kekar yang lebih pendek menghadang Nando di depan pintu.
Nando mengerutkan dahi, siapa mereka? Bagaimana bisa tau namanya?
"Maaf, kalian siapa?"
Pria jangkung itu tak menjawab, ia malah memerintahkan pria yang lebih pendek untuk memegangi Nando.
"Ada apa ini? Kalian siapa?" Nando berontak, saat ini di toilet sedang sepi. Hanya ada mereka bertiga.
"Habisin, Bos." Pria pendek yang saat ini sedang memegangi Nando dari belakang, tersenyum licik.
"Tunggu! Ini sebenarnya ada apa? Mari kita bicarakan baik-baik." Nando merasa ngeri saat pria jangkung itu mengeluarkan pisau lipatnya.
"Gue mau ngasih pelajaran sama lo, karena udah gangguin pacar bos gue." Pria itu bersiap menghujamkan pisau itu ke perut Nando.
"Tunggu! Ini kayaknya ada salah paham. Pacar yang mana? Namanya siapa?" Nando merasa ngeri ketika beberapa centi lagi pisau itu hampir merobek perutnya.
"Clara pacar lo 'kan?"
Clara? Jadi preman-preman ini ada hubungannya dengan Clara.
"Tunggu!" Nando kembali berteriak lagi saat pria jangkung itu mengambil ancang-ancang.
Preman itu mendesah kasar, "Apa lagi, sih? Gue udah nggak sabar pingin nusuk lo, habis ini gue ada target lagi yang harus gue habisin."
"Gue mau tau siapa yang nyuruh kalian." Nando sengaja mengajak mereka mengobrol untuk mengulur waktu. Sambil menunggu ada orang yang datang ke tempat ini.
"Kenapa lo mau tau?" Preman itu mulai tak sabar menghadapi tingkah Nando, mau mati saja kebanyakan omong.
"Biar gue nggak jadi hantu penasaran."
Pria itu tampak berpikir sesaat, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Nando, sampai tercium bau mulutnya yang seperti got.
"Bos gue namanya koh Chandra, dia usah naksir sama si Clara dari dulu. Tapi karena ada lo, si Clara nolak terus waktu mau dikawinin bos gue."
"Candra?" Yah, Clara memang pernah cerita kalau papanya ingin menjodohkan dia dengan orang lain, apa si Chandra-Chandra ini?
"Iya, udah tau 'kan? Sekarang lo bisa pergi dengan tenang." Pria jangkung itu mengayunkan pisaunya ke perut Nando.
Jleb!
Nando merasa sesuatu mengalir dari bekas lukanya, saat pria itu menarik pisaunya. Nando yang paling takut melihat darah, akhirnya pingsan. Karena rasa sakit, juga karena mencium amis darah.
Pria pendek yang memegangi Nando melepaskan pegangannya, membuat Nando jatuh tersungkur.
Pria jangkung jongkok di depan muka Nando, memastikan korbannya telah merenggang nyawa.
"Titip salam buat malaikat Izrail."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Modal Dengkul
RomansaNando adalah seorang pengangguran berbakat yang sebenarnya lulusan arsitek. Alih-alih bekerja meneruskan perusahaan ekspedisi milik sang papa, malah kerjanya cuma main game dan jadi beban keluarga. orang tuanya sudah lelah memberi pencerahan. Begitu...