Nando heran melihat Putri sejak tadi gelisah di atas tempat tidur. Biasanya istrinya itu jam segini sudah tidur.
"Kenapa, gerah?" Nando menutup laptopnya dan segera menghampiri Putri.
"Nggak bisa tidur." Putri bangkit dari tidurnya dan duduk di samping Nando.
"Lagi mikir apa?"
Putri ragu-ragu bercerita. "Tadi aku aku lihat vlog kuliner di YouTube ...."
Nando langsung tanggap. "Mau dibeliin apa?"
"Emang nggak ngerepotin?" Putri memasang wajah polos.
Nando terharu dengan sikap Putri, selama hamil ia belum pernah minta apa-apa kepada Nando.
"Nggak repot." Nando mengelus kepala Putri dengan lembut.
Putri melirik ke arah jam dinding. "Tapi sekarang udah jam sepuluh."
"Nggak papa. Kamu bilang aja mau apa, nanti aku carikan."
Putri mengamati wajah Nando. Ekspresi Putri membuat Nando tertawa. "Bilang aja, Put. Mau dibeliin makanan apa?"
"Kan belum gajian. Emang boleh?" tanya Putri lagi.
"Boleh. Kalau nanti uangnya kurang aku ngutang ke papa." Nando tersenyum sambil mengusap kepala Putri.
"Utang mulu, kapan bayarnya?" Putri cemberut karena Nando selalu saja merepotkan papanya.
"H-2 kiamat."
Setelah dibujuk lama, akhirnya Putri memberitahu makanan apa yang diinginkannya. Dengan semangat Nando mengambil jaket dan kontak motornya.
Bisma mengawasi Nando yang buru-buru turun tangga. "Mau kemana? Udah malam. Besok kerja. Istri hamil malah ditinggal keluyuran. Gitu yang namanya suami siaga?" sindir Bisma.
"Aku 'kan bukan pemadam kebakaran, Pa? Nggak papa kalau aku nggak siaga." Nando menanggapi santai.
"Ingat, Do. Kamu ini udah punya istri, sekarang istri kamu lagi hamil." Bisma bersiap memarahi Nando lagi.
"Justru istri aku lagi hamil, Pa. Makanya aku keluyuran malam-malam begini. Istri aku lagi ngidam. Pingin makan asinan Bogor."
"Jadi, kamu malam-malam begini mau ke Bogor?" tanya Bisma keheranan.
"Iya. Papa mau nitip apa?" Nando menjawab santai.
"Nggak kejauhan ngidamnya, Do? Nggak sekalian ngidam papeda di Papua? Mamamu dulu aja nggak pernah ngidam apa-apa. Paling ngidam jajanan pasar."
"Namanya beda istri ya beda karakter, Pa. Ya udah, ini Papa jadi nitip apa nggak?" Nando bertanya tak sabar.
"Nggak. Ngapain Papa ikutan nitip. Kan Papa nggak hamil." Bisma menolak tawaran Nando.
Jam dua pagi Nando baru balik dari Bogor, saat itu Putri sudah tertidur pulas. Dengan menahan kantuk, Nando membangunkan Putri.
"Put, ini asinannya."
Putri terbangun, ia memakan asinan dengan lahap. Nando lega melihatnya. Tak sia-sia malam-malam pergi ke Bogor untuk membeli asinan.
Nando senang karena Putri yang selama ini selalu mandiri, mulai menunjukkan sisi manjanya. Nando senang karena merasa dibutuhkan.
Putri sadar, kadang memiliki pasangan terlalu mandiri itu tidak menyenangkan, sekali-kali laki-laki wanita perlu memberi makan 'ego' laki-laki dengan bersikap manja. Dengan begitu laki-laki akan merasa berguna.
"Besok anterin aku periksa kandungan, ya?" kata Putri sambil memakan asinannya.
"Hm." Nando menjawab dengan mata terpejam.
***
Saat periksa ke dokter kandungan di klinik dekat rumah, Putri dan Nando kembali terlibat perdebatan.
"Cari klinik yang lain aja, Put. Di sini dokternya cowok." Nando enggan periksa di klinik ini.
"Nggak mau. Di sini aja, biar dekat sama rumah." Putri bersikeras ingin periksa di sana.
"Kita cari yang dokternya cewek aja." Nando bersikeras.
"Sama ajalah. Mau cewek apa cowok, yang penting kliniknya dekat rumah. Biar enak kalau lahiran nanti." Putri masih tetap ngeyel.
Setelah menunggu beberapa saat. Akhirnya nama Putri dipanggil. Nando ikut masuk ruangan. Ia tersenyum kecut ketika melihat dokter yang menangani Putri masih muda dan tampan.
Setelah tanya jawab singkat, akhirnya dokter itu menyarankan agar dilakukan pemeriksaan USG.
"Silakan, Ibu." Dokter itu mempersilahkan Putri untuk naik ke tempat tidur. Dan menyuruh Putri untuk menyingkap pakaiannya. Mata Nando melotot seketika, apalagi ketika dokter itu hendak mengoleskan gel di perut Putri.
"Eh, biar saja aja, Dok."
Putri melirik Nando dengan malu. Dokter itu hanya mempersilahkan Nando dengan canggung. Gini amat punya suami cemburuan, pikir sang dokter.
"Bayinya sehat, Pak. Bisa dilihat detak jantung keduanya."
"Hah, keduanya?" tanya Nando heran.
"Iya, Pak. Bayi anda kembar. Selamat." Dokter berkata sambil tersenyum ramah.
"Hah? Yang benar? Mana sih, Dok? Kok saya nggak melihat apa-apa? Cuma item doang?" Nando mengamati layar dengan teliti.
"Yang ini, Pak." Dokter menunjuk layar. Menunjukkan dua buah bulatan hitam yang berkedip-kedip.
"Lah, iya beneran. Put, anak kita kembar kek Upin Ipin." Nando berkata dengan penuh haru. Ia segera memeluk Putri dengan erat. Melupakan kehadiran dokter di dekat mereka.
***
Enaknya anaknya Nando di kasih nama siapa, ya ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Modal Dengkul
RomansaNando adalah seorang pengangguran berbakat yang sebenarnya lulusan arsitek. Alih-alih bekerja meneruskan perusahaan ekspedisi milik sang papa, malah kerjanya cuma main game dan jadi beban keluarga. orang tuanya sudah lelah memberi pencerahan. Begitu...