"Mutasi?"
"Iya, Bang. Tadi si bos baru aja ngasih tau."
Putri memijit pelipisnya, sebenarnya ia sudah pasrah kalau Nando memilih mundur karena tidak mau menjalani hubungan LDR dengannya.
Diam di seberang sana, Putri menggigiti kukunya dengan cemas.
"Jadi gimana?"
"Apanya?"
"Masih mau lanjut apa ...."
"Lanjutlah. Masa jarak segitu aja nyerah. Bisa diatur itu. Aku usahakan tiap Minggu apel, oke?"
Putri tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ternyata Nando ini gigih juga.
"Nggak capek?"
"Nanti sampai sana kamu pijitin 'kan?"
"Enak aja!"
Tiba-tiba pintu diketuk, Putri melihat arlojinya, sudah jam makan malam.
"Bang, aku tutup, ya. Si bos ngajakin makan malam."
"Eh, tapi ...."
Putri segera menutup sambungan, sebelum Nando berhasil menyelesaikan kata-katanya.
Putri membuka pintu, benar saja. Vincent sudah berdiri di sana, dengan mengenakan pakaian kasual, kaos polos dan celana jeans, rambutnya masih basah, mungkin baru saja mandi.
"Udah siap?" Putri mengangguk. Ia mengunci pintu, kemudian berjalan di belakang Vincent.
Vincent menoleh. "Jalan di samping saya, Put. Kamu 'kan bukan dayang saya?"
Dengan canggung Putri mensejajarkan langkahnya.
"Nanti abis makan kita nyari oleh-oleh."
"Iya, Pak."
Putri merasa heran karena Vincent tidak menuju ke parkiran. "Jalan kaki, Pak?"
"Kita makan di sekitar sini aja." Vincent menjawab sambil terus fokus memeriksa Google map di ponselnya. Temannya baru saja merekomendasikan restoran yang bagus di sekitar sini.
Jantung Putri hampir copot ketika tiba-tiba Vincent meraih tangannya ketika menyebarang jalan.
Setelah sampai di persimpangan, buru-buru Putri melepaskan pegangannya. Wajahnya memerah, tapi Vincent pura-pura tak tau.
"Gimana restorannya?"
Putri melihat ke sekeliling restoran itu, "Bagus, Pak."
Restoran itu memang bagus, bergaya Eropa klasik. Dengan patung-patung Yunani yang indah. Sepertinya harga makanan di sini tidak murah.
Ini gue ditraktir 'kan ya? Apa bayar sendiri-sendiri? Bisa amsyong nih.
Vincent tertawa kecil melihat wajah Putri yang panik. "Tenang aja, saya yang traktir."
"Makasih, Pak." Putri tersenyum canggung.
Vincent mulai membuka buku menu, "Katanya steak di sini enak, kita pesan itu saja."
Pelayan pergi meyiapkan pesanan mereka. Sementara menunggu pesanan datang, Vincent mengajak Putri mengobrol.
"Udah ngabarin keluarga, kalau kamu akan di mutasi?" Vincent mengangkat sebelah alisnya.
"Sudah, Pak."
Vincent mengangguk pelan, "Pacar?"
Ini pertanyaannya terlalu pribadi nggak, sih? Gue bingung mau jawab apa, mana gue sama bang Nando masih dalam masa percobaan. Putri mengeluh dalam hati.
"Em ... Sudah, Pak."
Vincent mengangguk lagi, "Dia bilang apa?"
Ini Pak Vincent kok kepo banget, sih? Udah kek akun lambe-lambean.
Putri menggaruk kepalanya. "Katanya nggak masalah. Nanti seminggu sekali bakal ditengokin."
Vincent mengeratkan kepalanya tangannya dari balik meja.
Asal jangan bentrok dengan jadwal saya ngapel!
***

DU LIEST GERADE
Cinta Modal Dengkul
RomantikNando adalah seorang pengangguran berbakat yang sebenarnya lulusan arsitek. Alih-alih bekerja meneruskan perusahaan ekspedisi milik sang papa, malah kerjanya cuma main game dan jadi beban keluarga. orang tuanya sudah lelah memberi pencerahan. Begitu...