Nando pulang ke rumah dalam keadaan lesu, berbanding terbalik dengan keadaannya saat berangkat kerja tadi.
Putri yang telah lebih dulu pulang kerja, membuka pintu untuknya. Saat itu ia masih mengenakan celemek. Maklumlah, ia sedang memasak untuk makan malam.
"Eh, ada apa ini?" Putri kaget ketika Nando langsung memeluknya ketika ia membuka pintu.
Nando hanya diam saja, pria itu malah menyembunyikan wajahnya di leher Putri. Nampak manja sekali. Saat sedang bersedih atau punya masalah, biasanya ia akan melakukan hal ini pada mamanya. Bisa dibilang Nando adalah tipe pria anak mama.
"Masuk dulu." Putri mengelus punggung Nando dengan sabar. Beberapa minggu menikah dengan pria itu, Putri sadar, kalau Nando ini tipe pria-pria manja, maklumlah anak bungsu kesayangan mamanya.
Dengan patuh Nando mengikuti Putri untuk masuk rumah. Ketika pintu sudah tertutup, Nando malah menempel lagi. Putri hanya bisa menghela nafas berat.
"Aku belum selesai masak." Putri mengelus kepala Nando yang bersandar di pundaknya.
"Nggak usah masak. Aku nggak lapar." Nando berkata sambil terus diposisi yang sama. Ia malah semakin erat memeluk Putri.
"Sebentar aja kok." Putri berusaha membujuk Nando. Kadang Putri merasa ada yang salah, seharusnya ia yang bermanja-manja kepada Nando, tapi ini malah sebaliknya.
"Aku nggak mau makan. Aku cuma pingin dipeluk. Satu jam aja." Nando bicara dengan mata terpejam.
Putri menggiring Nando agar duduk di sofa. Ketika Putri hendak mengambil air minum, tiba-tiba Nando meletakkan kepala di pangkuannya.
Refleks Putri mengelus kepala Nando yang ada dipangkunya. "Ada masalah?"
Nando diam, Putri jadi semakin yakin kalau ada yang salah. "Belum mau cerita?" Putri bertanya sekali lagi.
Bukannya menjawab, Nando malah meletakkan tangan Putri di dadanya, sesekali menciumnya.
"Bau bawang."
Putri terkekeh mendengar ucapan Nando. "Terang aja bau bawang. Kan udah dibilang, aku lagi masak."
"Put?"
"Hm ...."
Nando terlihat ragu untuk bicara, sedangkan Putri masih menunggunya untuk melanjutkan ucapannya.
"Iya, ada apa?"
"Janji, kalau aku bilang, kamu nggak akan marah." Nando memandangi wajah Putri dari bawah dengan was-was.
"Kamu bikin salah?"
"Janji dulu, Put ...."
Putri mengangguk pelan, dalam hati ia penasaran sekali. Sedangkan Nando malah sengaja mengulur waktu. Membuat Putri kesal.
"Kamu yang numpahin shampoo tadi pagi 'kan?" tebak Putri.
"Kok shampoo?"
"Terus apa?"
Nando diam lagi. Ia takut Putri akan menceraikannya setelah tau apa yang terjadi. Nando diam cukup lama, diamnya Nando membuat Putri semakin tak sabar.
"Kalau nggak mau cerita, lebih baik aku selesaikan masak."
"Kayaknya aku mau di PHK."
Nando bicara dengan nada cepat, sangat cepat melebihi kereta Shinkansen. Putri hanya diam, kaget mendengar ucapan Nando.
"Put? Kamu nggak akan menceraikan aku 'kan?" Nando semakin erat menggenggam tangan Putri. Seolah sangat takut Putri akan pergi meninggalkannya.
"Kenapa bisa di PHK? Kamu bikin salah di kantor?"
"Aku nggak ngapa-ngapain. Emang kantornya aja yang mau bangkrut kayaknya, makanya mereka mau mengadakan PHK massal."
Putri menghela nafas lagi, ia sadar, ini bukan salah Nando. Mungkin ini ujian bagi pernikahan mereka yang masih seumur jagung ini.
"Nggak papa. Nanti kita cari kerjaan lagi buat kamu." Putri berusaha menghibur Nando.
Nando lega, karena Putri bisa mengerti keadaannya. Putri masih mau menemaninya di saat susah.
"Tadinya aku takut kamu menceraikan aku."
Putri mengerutkan dahi mendengar ucapan Nando. "Kenapa bisa mikir gitu?"
"Biasanya di sinetron gitu. Waktu cowoknya miskin, ceweknya pergi. Waktu cowoknya udah kaya, eh ceweknya balik lagi. Kamu yang sabar, ya, Put. Jangan buru-buru pergi. Tungguin. Aku yakin, sebentar lagi aku bakalan kaya." Nando berbicara dengan polosnya. Ia teringat adegan sinetron yang ditontonnya bersama mamanya.
Putri tertawa mendengar ucapan Nando yang polos. Pria ini selain manja, dia juga polos. Itulah yang membuat Putri menyukainya. Putri merasa Nando sangat murni dan tidak berbahaya.
"Ini apa?" Tiba-tiba mata Putri mengarah ke kerah kemeja Nando. Wajahnya memerah, tampak menahan emosinya. Bagaimana tidak, di sana ada bekas lipstik wanita.
Nando hanya diam, ia tidak tau apa maksud pertanyaan Putri. Jelas-jelas itu adalah kerah baju, masih nanya juga ....
"Sekali lagi aku tanya, itu apa? Aku nggak pernah pakai lipstik menor seperti itu, ya! Kamu selingkuh?"
Tubuh Nando bagaikan tersengat listrik ribuan volt. Tubuhnya menegang, wajahnya pucat. Ia teringat adegan pangku-pangkuannya dengan Natasha.
"Put, aku bisa jelaskan ...."
"Dasar brengsek!"
***

ŞİMDİ OKUDUĞUN
Cinta Modal Dengkul
RomantizmNando adalah seorang pengangguran berbakat yang sebenarnya lulusan arsitek. Alih-alih bekerja meneruskan perusahaan ekspedisi milik sang papa, malah kerjanya cuma main game dan jadi beban keluarga. orang tuanya sudah lelah memberi pencerahan. Begitu...