Chap 17 Howler Tak Terduga

2.1K 260 18
                                    

Dengan langkah ragu, Draco menyusuri koridor, mengikuti Harry Potter yang baru saja keluar dari kelas Herbology. Ini kesempatannya untuk bicara empat mata dengan Harry.

Iya. Draco harus bicara dengan salah satu sahabat Hermione itu. Theodore bilang, untuk mendapatkan hati Hermione kembali, ia harus mendekati sahabatnya terlebih dahulu. Mencari sekutu katanya.

Demi kaus kaki merlin, Draco benar-benar tak sudi melakukannya. Ia hanya menyukai Hermione, bukan orang di sekitarnya. Tapi hanya ini jalan terakhir. Setidaknya, Harry Potter lebih lumayan ketimbang si miskin Wealey.

"Pothe-" Draco berdehem, "maksudku, Potter!"

Harry berhenti dan berbalik. Rautnya langsung berubah jadi penuh antisipasi.

"Apa maumu?"

Draco mencoba menenangkan diri. berusaha untuk tidak balas nyolot. "Bisa bicara sebentar? Empat mata."

"Katakan saja!"

Nada permusuhan dari Harry membuat Draco kesal sendiri. Apa dia tidak diajari sopan santun? Ah, lupakan!

"Soal Hermione Granger." Ucap Draco setenang mungkin.

"Belum puas mempermainkannya?"

"Oke, to the point saja. Soal taruhan. Itu semua tidak benar. Aku tidak pernah menjadikannya sebagai bahan taruhan." Jelas Draco.

"Lalu?"

"Lalu, bisakah kau menjelaskan padanya kalau semua itu hanya salah paham?" Draco masih menahan kekesalannya. Entah kenapa ia masih benci pada Harry.

"Menurutmu?"

Kepala Draco berdenyut, ingin sekali ia mengumpat pada lelaki berkacamata di depannya itu.

"Aku serius. Soal aku yang menyukainya."

Kali ini Harry diam. Tidak menanggapi.

"Soal taruhan itu, hanya dibuat Theo agar Pansy Parkinson tidak curiga dan melaporkannya pada orangtuaku. Kau tahukan, bagaimana Malfoy--maksudku keluargaku?!" Draco melanjutkan.

"Kau tahu, Malfoy. Kau adalah orang pertama yang Hermione sukai dan orang pertama yang berhasil membuatnya sepatah hati itu." Harry mulai melunak. Ia menyandar pada dinding berbatu pualam di sampingnya dan melipat tangan di dada, "dan aku pikir, itu kesalahan terbesarnya."

"Sungguh? Dia benar-benar menyukaiku?" Draco ingin sekali menangis--haru.

"Sekarang dia sudah lebih membaik. Sebaiknya jauhi dia, apapun alasanmu. Karena pada akhirnya kalian hanya akan menyakiti satu sama lain!"

"Aku malah makin tak mau melepasnya setelah tahu kalau dia juga menyukaiku." Draco ikut menyandar di dinding sebelah Harry, "aku akan melindunginya."

Sudut bibir Harry sedikit terangkat untuk sepersekian detik. "Tak kusangka kau tipe yang melankolis seperti ini."

"Ayolah, Potter!" Draco menggerling kesal, "pokoknya aku hanya ingin memberitahumu, kalau aku tulus pada Hermione. Itu saja!" Draco beranjak pergi. Jika mengingat kejadian barusan, dia merinding sendiri. Bisa-bisa curhat seperti itu pada musuh bebuyutannya.

##

Sekarang berpikirlah Draco, gunakan otakmu yang brilian. Kau harus mencari cara untuk menyelesaikan kesalah pahaman Hermione. Ingatlah kalau kau seorang Malfoy-bangsawan yang akan mendapatkan apapun yang diinginkan. Seorang Slytherin yang punya seribu satu cara untuk mencapai tujuannya!

Draco mematut dirinya di depan cermin, ia sedang berpikir keras-untuk pertama kalinya. Andai Hermione sedikit lebih jinak, mungkin ini tidak akan sesulit itu, masalahnya Hermione itu sangar-layaknya lambang asrama yang ia tinggali.

Make You Mine √Where stories live. Discover now