Chap 11 - Rindu

4K 493 73
                                    

“Apa yang kau lakukan di dunia muggle?” Lucius menatap tajam.

“Sedikit bersenang-senang.” Jawab Draco setenang mungkin.

Lucius menggebrak meja. “Bersenang-senang dengan siapa? Kau berteman dengan munggle?”

“Jangan bercanda, Father. Bersenang-senang dengan muggle bukan berarti aku berteman dengan mereka.” Draco terkekeh kecil, “ada seorang kelahiran muggle yang selalu merusak pemandanganku selama di Hogwarts, makanya aku sedikit bersenang-senang dengannya agar liburannya menjadi sedikit lebih mengesankan.”

Lucius masih menatap dingin—jawaban Draco sama sekali tidak memuaskannya.

“Father, aku hanya mengisi liburan sekaligus memberi pelajaran padanya. Setidaknya aku bisa melakukan hal yang tidak bisa aku lakukan di Hogwart.”

“Kekanak-kanakan.” Dengus Lucius. “Kali ini kau aku maafkan, tapi jika mengulanginya, kau tahu akibatnya!”

“Aku mengerti, Father.”

“Dan sebaiknya mulai saat ini kau menghindari muggleborn itu. Berurusan dengan mereka hanya akan merusakmu. Seperti bakteri. Menjijikan.”

“Baik, Father.”

Draco tidak menyangka kalau ia akan ketahuan seperti ini. Bahkan orangtuanya tahu alamat keluarga Granger. Ini akan sangat berbahaya. Jika mereka tahu kalau Draco menyukai Hermione, gadis itu serta keluarganya yang akan dalam bahaya. Ia harus lebih berhati-hati sekarang.

**
Selama hidupnya, Draco tidak pernah menginginkan sesuatu hingga membuatnya kepikiran dan uring-uringan. Bukan karena dia tidak pernah menginginkan apapun, tapi karena semua yang ia inginkan pasti akan ia dapatkan hari itu juga. Apapun itu. Dan ketika satu keinginannya tidak bisa ia dapatkan bahkan setelah bertahun-tahun, Draco kesal setengah mati.

Ia sadar bahwa keinginannya memang terlalu muluk dan seakan tidak tahu diri. Tetapi sumpah demi apapun Draco menginginkannya, ia menginginkan Hermione Granger. Tetapi gadis itu selalu saja menolaknya.

Apa yang salah? Selama ini dia selalu berlaku baik padanya—yah, sedikit lebih baik. Apa lagi yang kurang? Draco itu tampan, kaya raya, keluarga bangsawan—darah murni, dan yang pasti ia cerdas. Setidaknya, jika disanding dengan Hermione, ia masih masih bisa mengimbanginya.

Draco menghentikan langkahnya ketika tanpa sadar, kakinya membawanya ke depan ruang perpustakaan, seakan kakinya sudah menghafal jalan ke sana. Ia menghela napas. Harusnya ia tidak ke sana. Bagaimana kalau bertemu Hermione. Bisa gawat kalau dia tidak dapat menahan diri lalu menculik gadis itu dan membawanya kabur ke tempat yang tak ada seorang pun yang mengenal mereka. Draco terkekeh kecil dengan pikirannya sendiri.

“Mungkin dia akan mengutukku menjadi musang jika melakukan hal seperti itu.” Gumamnya.

Draco, melangkah masuk. Mungkin melihat Hermione sebentar tidak masalah. Seperti yang ia lakukan dulu, memandangi dari kejauhan.

Draco menyusuri tiap sudut ruangan, dari satu rak ke rak yang lain, namun tidak menemukan Hermione. Mungkin hari ini dia tidak ke perpustakaan atau dia sudah kembali ke asrama. Draco merasa lega sekaligus kecewa. Ia memilih mencari tempat duduk yang sepi untuk menenangkan pikirannya, tetapi langkahnya terhenti saat tidak sengaja menemukan Hermione.

Gadis dengan rambut ikal itu tengah menenggelamkan wajahnya pada tumpukan buku. Sepertinya ia tertidur. Draco mendekat perlahan setelah melihat sekeliling—takut ada yang melihatnya. Ia duduk di kursi di hadapan Hermione. Ia hanya diam dan mengamati. Lalu tangannya terrulur untuk merapikan anak rambut yang menutupi pipi Hermione.

Ia merasa Dejavu. Saat di rumah Hermione, ia juga sering mengamati Hermione tertidur saat sedang membaca. Draco mengulas senyum untuk sesaat namun kembali lenyap saat ia ingat perlakuannya di tangga hari itu.

Make You Mine √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang