💘 6 💘

595 80 85
                                    

Kali ini bukan sekotak ayam pedas yang mereka jadikan sebagai teman ngobrol malam hari, melainkan hanya kue manis dari jajanan pasar yang mereka beli di perjalanan.

Keduanya juga sudah membungkuskannya untuk keluarga masing-masing, sekedar oleh-oleh yang mereka bawa dari liburan singkat mereka di pantai seharian tadi.

Seokjin memakannya dengan lahap selagi panas, sedangkan Jungkook, memakannya sedikit demi sedikit sembari menatap Seokjin dalam-dalam dan mengakhirinya dengan senyum kecil di bibirnya.

"Kenapa ketawa?" Seokjin sadar, Jungkook menertawakannya saat itu.

"Emang gak boleh apa? Bibir, bibir aku ini. Ish!"

"Ya gak boleh lah, orang yang kamu ketawain juga aku. Gimana sih?!"

"Terserah. Uhm, Jin... Makasih ya."

"Makasih? Buat apa?"

"Uh, makasih karena kamu udah mau, mau bantu aku hari ini." Jungkook tertunduk malu dengan kue di tangannya yang tak habis bahkan setengahnya. Jungkook berterima kasih, karena Seokjin sudah mau berkorban untuknya hari ini.

"Gak masalah. Kayak ke siapa aja." Jawab Seokjin enteng, masih dengan potongan terakhir dari kuenya yang ia makan.

Sejenak mereka terdiam. Membisu ditengah dinginnya malam yang mulai menusuk ke dalam tulang.

Tanpa kata.

Tanpa suara.

Seokjin lalu meminum air mineralnya hingga habis sebagai penutup makan malam mini malam itu. Beranjak dari kursinya dan menepuk-nepuk celana bagian belakangnya agar tidak kotor.

"Kalo gitu aku masuk duluan." Pamitnya tanpa menunggu balasan dari Jungkook.

Jungkook yang sudah tak enak duduk itu ikut berdiri dan memanggil Seokjin lagi, sebelum sahabatnya itu masuk ke dalam rumahnya.

"T-tunggu Jin!" Teriaknya.

Seokjin pun menolehkan wajahnya, dan berhenti tak jauh dari dimana mereka duduk sebelumnya.

"Apa?"

"Ada, uh, ada yang mau aku obrolin sama kamu. Uhm, apa kamu bisa nunggu barang sedikit lagi?"

Seokjin hanya menatap lurus ke dalam mata Jungkook, sedikit bertanya soal apa lagi yang akan Jungkook sampaikan kali ini.

Tanpa menjawab, Seokjin kembali ke bangku penghubung rumah mereka, dan duduk lagi di samping Jungkook.

"Aku, aku gak tau aku harus ngomong dari mana, cuma, intinya sebetulnya aku malu. Uhm Jin, aku nanya gini karena aku, aku percaya kamu adalah orang yang paling ngerti aku.

Hm, Jin. Pengalaman kamu pacaran dari aku lebih banyak pastinya. Karena itu, aku, aku minta masukan apa yang harus aku lakukan sekarang, dimana, uh, aish! Susah banget sih, mau ngomong juga!"

Seokjin sebetulnya sudah tahu apa yang akan Jungkook katakan, tapi dia memilih untuk menahannya sejenak. Menunggu Jungkook mengatakannya sendiri.

Dia juga tak tertawa melihat tingkah Jungkook, padahal biasanya, dia akan mudah tertawa dengan sikap Jungkook yang random.

"Taehyung minta kissing dari aku. Apa yang harus aku lakuin?" Akhirnya lepas juga pertanyaan itu. Pertanyaan yang menurut Jungkook sendiri memalukan.

Seokjin menundukkan tubuhnya, bertumpu pada kedua tangan yang ia letakkan di kedua lututnya.

"Kok, tanya aku? Itu kan masalah kamu. Kamu yang ngejalaninnya. Bukan aku. Jadi semua keputusan kembali sama kamu. Kalo menurut kamu itu baik, ya kerjain aja. Tapi, kalo menurut kamu itu gak baik, ya gak usah. Simpel kan?"

"Harusnya. Tapi, kamu tau kan orang tua aku?"

"Kamu, gak perlu jadiin orang tua kamu sebagai alasan. Kamu udah dewasa. Kamu bisa ngambil keputusan sendiri. Toh, kalo pun kamu ngelakuin itu, asal kamu gak ngomong, gak akan ketauan kok. Terus masalahnya dimana?"

"Masalahnya, Taehyung cuma tau aku anak baik, Jin. Gimana pikirannya kalo tetiba aku mau diajak kissing sama dia? Bukannya itu bakal jadi nilai negatif buat aku?"

"Apa? Jadi, kamu mikirin image kamu selama ini?"

Jungkook mengunci mulutnya, lalu memalingkan mukanya segera.

"Ish! Terus, sampe kapan kamu kayak gitu? Ya yang namanya pacaran emang begitu. Kalo kamu gak mau diliat jelek, kamu gak usah pacaran aja sekalian."

"Aku bingung makanya. Aku juga gak munafik, aku pengen ngerasain itu semua, tapi, Tae kadung tau aku yang anak baik, aku gak mau ngehancurin pikiran dia, Jin."

"Bener?"

"Apa?"

"Ya, apa itu beneran? Gak ada alasan lain?"

Iya, apa hanya itu alasan Jungkook menolak ciuman dari Taehyung?

"Ah, gak tau lah! Aku, uh, aku juga takut gak bisa menuhin ekspetasi dia."

"Maksud kamu?"

"I-iya, ini kan, pertama kalinya aku begitu. Aku, gak mau bikin dia kecewa, Jin. Aku gak mau."

"Terus? Mau kamu apa? Kamu bilang tadi orang tua kamu gak suka, terus berubah jadi soal image, sekarang, kamu bilang, kamu takut gak bisa menuhin ekspektasi Taehyung. Jadi mau kamu apa sebenernya? Kamu butuh latihan?"

"L-latihan? Sama?"

"Cermin. Coba deh, kamu hayati. Anggap aja sosok yang terpantul di cermin itu, Taehyung. Terus, kamu tonton tuh, film-film romantis. Abis itu, kamu praktekin, cium cerminnya, kalo perlu pake lidah, biar lebih menghayat-"

SLAP!!!

Sebuah tamparan melayang keras di pipi Seokjin, meninggalkan tanda merah yang berbekas di kulit kenyal putih itu.

"Bukan itu maksud aku Jin! Kamu keterlaluan!!!"

Dengan terisak, Jungkook berteriak kesal. Ia pun pergi dengan langkah yang cepat. Jungkook kesal, Seokjin tak mengerti maksud ucapannya. Bukan ini yang ia harapkan, bukan seperti ini.

GREP!!!

Langkah Jungkook harus terhenti seketika, saat Seokjin menarik tangannya keras-keras hingga tubuhnya harus berputar dan berakhir dengan tangan Seokjin yang disimpan di pinggangnya yang kecil, sedangkan tangan yang lainny meraup wajah Jungkook yang terlihat sangat cantik malam itu.

"S-Seokjin?" Protes Jungkook pelan, hampir lirih malah, karena wajahnya kini hanya sekitar sekian centi saja dari wajah Seokjin yang tampan. Saking dekatnya, Jungkook bisa merasakan nafas Seokjin yang hangat di sekitar bibirnya.

"Kalo saran aku itu salah, apa maksud kamu yang seperti ini?"

"UUPHH-"

Tanpa banyak kata, Seokjin langsung menarik wajahnya, melekatkan tubuhnya dengan tubuh Jungkook yang sintal, meremas pinggangnya hingga si mpunya membuka mulutnya kaget, dan saat itulah Seokjin mencumbu bibir Jungkook yang tipis namun menarik itu.

Gerakan itu tidak kasar, apalagi terasa dipaksa. Semuanya seperti mengalir begitu saja. Bagaimana Seokjin membelai punggung Jungkook dari atas hingga sebatas pinggang dengan lembutnya, atau saat Seokjin mengusap wajah Jungkook yang lama kelamaan mulai terasa rileks dirasa.

Bagaimana Jungkook pada awalnya kaku ketika bibir Seokjin yang penuh itu menyentuh bibirnya, Namun lama kelamaan akhirnya menerima juga saat lidahnya masuk mengisi rongga mulutnya yang hangat.

Seokjin akhirnya melepaskan tautan kedua bibir mereka, tapi tidak dengan pelukannya yang masih teramat lekat, hingga debaran jantung mereka bisa dirasakan satu sama lain. Juga bagaimana hawa panas masih mendominasi disekitaran wajah mereka.

"Jin..." Desau Jungkook sengau.


"Apa latihan seperti itu yang kamu maksud, Kook? Hm??" Balas Seokjin lirih.

"I-itu..."


💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘

😁😁😁



Using You ✔️Where stories live. Discover now