💘 14 💘

627 76 83
                                    

"Bodoh! Gimana bisa kamu hidup dengan kepura-puraan? Membodohi diri sendiri juga Seokjin.
Jungkook, kadang aku mikir, aku gak bisa ngikutin jalan pikiran kamu loh! Ini aku yang bodoh apa kamu yang-, ah sudahlah!" Jimin geram, sekaligus gemas mendengar penjelasan Jungkook sore ini.

Di kafe biasa mereka bertemu, dan disana pula Jungkook menceritakan apa yang sudah terjadi diantara dia dan Seokjin di hari sebelumnya.

Juga soal dia yang tak ingin mengakui perasaannya sendiri. Yang menurut Jimin, itu lebih kepada keangkuhan dirinya.

"Y-ya habis, dia sendiri gak jelas kok soal perasaan dia."

"Gak jelas gimana?"

"Ya, dia cuma bilang kalo, 'Aku menjadi Playboy karena aku gak mau menderita dengan mikirin gimana sulitnya aku milikin kamu.' Itu."

"Hah, itulah kenapa aku bilang kamu bodoh, Kook! Itu tuh, udah jelas banget kalo dia tuh, punya perasaan lebih sama kamu! Masa kamu gak ngeh sih??"

"Buat aku, cuma kata 'i love you', yang aku anggap sebagai pernyataan cinta."

"Cih! Kamu tuh, umur berapa sih?! Semakin dewasa seseorang, kata-kata kayak gitu tuh, udah gak dibutuhin lagi, Kook. Nyatain bentukan kayak gitu tuh, untuk anak-anak yang baru aja tau apa itu cinta dan suka sama seseorang."

"Dan itu aku, Chim! Kamu tau kan, aku baru ngerasain ini kali ini."

"Terserah. Tapi aku gak mau denger lagi omongan yang gak enak kedepannya. Aku gak bisa lagi ngasih tau kamu, karena kamu yang ngejalaninnya. Aku cuma berharap, gak akan ada apa-apa nanti. Semoga satu saat nanti kamu bisa cinta sama dia tanpa beban."

*****

Seokjin membuka matanya siang itu. Hujan sudah berhenti total, tak ada lagi rintik air yang jatuh, semua berganti dengan angin semilir yang masuk ke celah-celah jendela kamarnya.

Melihat Jungkook tidur di pelukannya, membuat Seokjin tenang. Ia tersenyum lega, meski hatinya sedikit menangis.

Sedih, karena alasan mereka melakukan ini bukanlah cinta. Tapi hanya latihan semata.

Jungkook mengusak wajahnya keras. Membuka matanya pelan, sementara tangan Seokjin sibuk menyibakkan rambutnya yang menutupi sebagian mata dan wajahnya.

Jujur, Jungkook terkejut, matanya pun membulat, tapi dia tahan kali ini karena ia tahu, mereka melakukannya dengan sengaja.

"Udah siang ya?" Tanya Jungkook basa basi.

Seokjin hanya mengangguk, karena ia lebih sibuk memandangi wajah Jungkook yang polos.

Jungkook tersipu, ia malu, apalagi dia tahu jika mereka berdua masih dalam keadaan tak berpakaian dibawah selimut yang mereka pakai.

Seokjin kemudian menarik tubuh Jungkook lagi, kembali mendekapnya lebih erat.

"Kamu gak usah malu. Nih, udah aku tutupin. Hehe."

Jungkook yang bersandar di dada polos Seokjin hanya bisa bergeming. Menikmati bunyi detak jantung Seokjin yang teratur.

Nyaman.

Namun saat ia akan menaruh telapak tangannya disana, dan membelainya, Jungkook mengurungkan niatnya dan bergegas menariknya lagi.
Dia malah mendorong pelan tubuh hangat yang sedari tadi berada di sampingnya itu, menarik selimutnya, dan berdiri dari tempat tidur Seokjin sembari sibuk menutupi sekujur tubuhnya yang polos.

"Seokjin, makasih kamu udah kabulin permintaan aku. Maaf, aku harus pulang. Makasih."

Seokjin tersenyum tipis, seraya memejamkan matanya lambat.

"Iya Kook. Sama-sama."

*****

Jungkook melirik jam di tangannya. Sekitar sepuluh menit sudah lewat dti waktu perjanjiannya dengan Taehyung.

Dua hari setelah kejadian itu, Taehyung memintanya untuk bertemu di cafe pertama kali mereka bertemu.

Mengabaikan ajakan Seokjin dua hari ini untuk bertemu juga.

Taehyung akhirnya datang dengan setelan baju berwarna hangat.
Melambaikan tangannya juga tersenyum kepada Jungkook.
Namun sayangnya, Jungkook tak menyambutnya dengan hal yang sama.

Jungkook mempersilahkan Taehyung untuk duduk di hadapannya. Dan menyapa lelaki itu sekedarnya saja.

"Maaf udah buat kamu nunggu. Kamu udah pesen?" Tanya Taehyung.

"Gak apa-apa. Aku udah pesen kok. Kamu juga udah aku pesenin."

"Ah, makasih. Ternyata, kamu masih inget sama menu kesukaan aku ternyata."

"Iya lah. Kenal sama kamu untuk beberapa bulan, udah cukup buat aku tau apa kesukaan kamu. Kecuali soal-"

"Ah, Jungkook! Tapi, aku ngajak kamu kesini cuma mau bilang, kalo aku mau pamitan sama kamu, aku mau pergi ke Amerika malam ini."

Jungkook mengangguk. Juga tersenyum.

"Selamat. Semoga kamu sukses disana." Balasnya pendek.

"Makasih. Dan, aku juga mau minta maaf soal, semua yang udah pernah aku lakuin. Semua dosa yang pernah aku perbuat sama kamu, Kook. Aku-"

"Gak usah minta maaf. Kamu gak salah. Semuanya adalah salah aku. Seutuhnya."

"Kok? Kan aku yang-"

"Nggak, Tae. Aku yang terlalu bodoh, Taehyung. Aku yang terlalu polos karena udah percaya sama manusia macem kamu. Jadi sudahlah, gak ada yang perlu aku maafin dari kamu."

Hilang kata, Taehyung membisu. Dia tak enak duduk, hingga akhirnya ia bisa bernafas lega saat pesanan minuman mereka tiba.

"Jadi, aku akan tinggal di Amerika untuk waktu yang cukup lama."

"Terserah kamu. Aku udah gak peduli. Sumpah."

Jungkook menyeruput es coklatnya hingga habis.

Dan tak lagi berupaya untuk berbicara lebih dalam.

Dia memilih untuk segera pulang dan tidur siang.


💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘


Chapter pendek saja. 😗😗😗

Udah mulai konsep bagian akhir dari buku ini ya. 😁😁😁

Using You ✔️Where stories live. Discover now