💘 16 💘

580 70 81
                                    

Jujur sih, semuanya hambar setelah Seokjin ternyata serius untuk mengakhiri hubungan beracun mereka berdua.

Dia mulai jarang menjemput Jungkook, bertanya seperlunya, menyapa jika kebetulan lewat hingga semuanya kembali ke keadaan dimana mereka belum mengenal Taehyung.

Seokjin tak lagi lembut, dia kembali ke dirinya yang dulu, ketus dan dingin. Tentu saja itu membuat Jungkook tak nyaman.

Pun dengan Jimin, Jungkook tak lagi bisa bertemu dengannya semenjak sahabatnya itu bekerja di luar kota, mengabdi menjadi pengajar di daerah terpencil.

Lengkap sudah penderitaan yang Jungkook alami.

Satu hari, Seokjin pernah berkunjung ke rumahnya. Ny. Kim memintanya untuk mengantarkan hasil bumi yang mereka dapatkan dari saudaranya di Gwacheon.

Tapi, ya begitulah. Semuanya hambar. Seokjin hanya memberikannya tanpa berusaha untuk berbicara lebih jauh lagi dengan Jungkook.
Padahal, Jungkook sudah membuka mulutnya untuk sekedar bertanya kabar kepada lelaki berbahu seluas samudera itu.

Jungkook tentu saja sedih.

Hatinya mulai terasa sempit.

Seokjin bilang dia mau menghentikan hubungan beracun mereka, tapi bukannya sehat, komunikasi diantara keduanya malah merenggang.

Dan tak jarang, suasana hati Jungkook yang sedang kalut ini berimbas kepada pekerjaannya sebagai guru. Dimana seharusnya dia mengajar dengan hati yang riang, ini tidak. Beberapa kali muridnya bahkan kena semprot untuk satu hal yang tak perlu.

Seperti memikirkan Seokjin, misalnya.

Sembari memeriksa pekerjaan di laptop-nya, Jungkook menikmati sore hari itu di pekarangan belakang rumahnya.
Sang ibu membawakan segelas teh hangat dan sepotong kue lemon cake kesukaan Jungkook.

"Nih, makan dulu. Nanti lanjutin lagi." Kata Ny. Jeon penuh perhatian.

"Bentar ma, tanggung." Jawab Jungkook pendek.

Ny. Jeon yang tahu hubungan anaknya dan Jin yang biasanya dekat, mulai menyadari jika ada yang tak beres dengan mereka. Karena itulah, tadinya ia ingin mencari tahu, mengapa Jungkook tak lagi terlihat akrab dengan Seokjin. Tapi tampaknya, Jungkook menutup rapat soal itu.

"Itu mama bikin cake dari lemon yang Seokjin kasih beberapa hari yang lalu. Sayang kalo gak dimanfaatin."

"Oh." Jawab Jungkook pendek tanpa mengalihkan pandangannya dari benda elektronik berbentuk kotak itu.

"Hm, kamu, gak apa-apa kan sama Jin? Maksud mama, apa kalian marahan? Soalnya mama gak liat kalian sedeket dulu. Apa ada masalah, nak?" Ny. Jeon tahu, mungkin pertanyaan ini akan membuat anaknya marah atau kesal karena merasa diusik ruang pribadinya, tapi mau bagaimana lagi? Rasa penasarannya melebihi pikiran itu.

Jungkook menghentikan pekerjaannya barang sebentar, diraihnya cangkir berisi teh hangat buatan mamanya, lalu diteguknya dalam sekali tegukan.

"Aku sama Jin gak apa-apa kok, ma. Hubungan kita baik-baik aja. Mungkin dianya aja yang lagi sibuk. Maaf ma, aku mau lanjutin tugas aku di kamar aja. Angin udah mulai kencang. Bye, ma!"

Buru-buru Jungkook membereskan laptopnya, beberapa buku yang berserakan pun, langsung ia masukkan ke dalam tas kerjanya, berlari kecil, meninggalkan sang ibu yang duduk sendirian di sana.

"Tapi, Kook! Ini kuenya, belum kamu makan?!"

"Diet ma!!" Jawab Jungkook sambil lalu.

Ny. Jeon hanya bisa menarik nafas panjang, memandang kue kesukaan anaknya yang tak ia sentuh sama sekali.
Feeling-nya sebagai orang tua, bermain. Ia tak mungkin salah, sepertinya Jungkook dan Seokjin memang sedang tidak baik-baik saja.

Using You ✔️Where stories live. Discover now