1. Aheng

223 31 17
                                    

"Heng!"

"Apaan?"

"Tugas lo mana?"

"Tugas yang mana, ya?"

Bukannya mengambil buku tugas dalam tas, Hendery malah menyangga kepala dengan kedua tangan. Menatap Jiyeon penuh binar yang menurut Jiyeon sangat menggelikan. Bahkan senyum di wajah lelaki tampan itu sudah terlalu lebar sampai Jiyeon takut bibirnya akan robek.

"Tugas Pak Jang. Jangan pura-pura bego."

Tangan Jiyeon menengadah di depan wajah Hendery. Tapi dasar Hendery memang punya akhlak di bawah rata-rata, pria itu malah memasang wajah menyebalkan. Menghidupkan alarm tanda bahaya dalam diri Jiyeon.

Benar saja. Tidak sampai lima detik kemudian, jeritan heboh Jiyeon membuat seisi kelas menoleh.

Ternyata Hendery baru saja menjilat tangan Jiyeon dengan sengaja.

Lihat sekarang wajah tengil Hendery yang berhasil menjahili Jiyeon, ketua kelas cantik yang sudah lama ia incar.

"Lo jorok banget Aheeengggg!"

Dasar bucin tolol, Hendery tetap tersenyum lebar tatkala Jiyeon mengusapkan telapak tangan bekas jilatannya ke wajah tampannya. Ia malah menikmati usapan penuh cinta Jiyeon.

Pemandangan yang sudah sangat biasa bagi teman satu kelas mereka.

Hendery yang selalu menjahili Jiyeon dengan berbagai tingkah laku anehnya.

"Bodo amat mau gue kumpulin. Gak gue tunggu lo. Kumpulin sendiri."

"Tangan lo lembut banget, Jiy."

"Gak waras ya lo!"

Dengan wajah memerah menahan amarah, Jiyeon berlalu dari hadapan Hendery yang masih tersenyum bodoh menatap punggungnya.

"Cinta emang bikin bego," sahut Yangyang yang sejak tadi menyaksikan drama cinta Hendery. Ia merasa kasihan dengan teman sebangkunya.

"Lo lihat gak tadi?"

"Lihat apaan?"

Hendery mendelik. Merasa sebal dengan wajah cengo Yangyang yang semakin tak mengerti.

"Jiyeon!"

"Ya lihatlah. Gue gak buta," sewot Yangyang.

"Iya, Jiyeon cantik banget." Wajah sebal Hendery langsung berubah. Ia kembali tersenyum lebar sembari menatap ke arah Jiyeon pergi tadi.

Sontak saja Yangyang bergidik ngeri. Temannya yang sedang jatuh cinta sudah semakin mengkhawatirkan.

"Gila ya lo."



ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ




ㅤㅤ

Lapangan sekolah akan selalu ramai di sore hari. Ekstrakulikuler basket selalu meramaikan sekolah tiap hari Senin, Rabu, dan Jum'at. Sekarang hari Jum'at dan besok sekolah libur. Semakin betahlah para siswa tersebut.

"Heng, Jiyeon tuh."

Mark menunjuk Jiyeon dengan dagu. Otomatis kepala Hendery mengikuti arah pandang Mark. Matanya berbinar tatkala melihat Jiyeon berjalan sendirian di koridor lantai satu. Sepertinya gadis itu baru selesai ekskulㅡsingkatan ekstrakulikulerㅡmusik.

"Gak sekelas lagi, makin cakep aja Jiyeon." Celetukan Jeno membuat Hendery mendelik sebal.

Apalagi dulu sempat ada gosip Jeno dan Jiyeon pernah berpacaran. Entah benar atau tidak. Hendery sendiri adalah siswa pindahan dua tahun lalu dan ia tidak pernah melihat Jeno berpacaran selama itu. Kalau Jiyeon sih, pernah berpacaran dengan seorang kakak kelas saat kelas sebelas tahun lalu.

"Gue duluan ya. Mau nyusul bidadari."

Sorakan teman-temannya mengiringi kepergian Hendery yang berlari menjauh, mendekati Jiyeon yang tidak menyadarinya.

"Cantik!"

Jiyeon berjingkat kaget. Wajah Hendery tiba-tiba muncul tepat di depan wajahnya.

"Aheng!"

"Kenapa belom pulang?"

"Lagi nunggu jemputan," balas Jiyeon seadanya.

"Bareng gue yuk?"

Kepala Jiyeon yang tadinya menunduk memperhatian ponsel pun naik.

"Emang lo ke sekolah naik apa?"

"Mobil," jawab Hendery bangga.

Jiyeon tersenyum simpul. Ingin menoyor kepala Hendery yang tengah memasang wajah jumawa.

"Abang gue udah mau berangkat nih."

"Buruan batalin!"

"Yakali heh!"

"Gue anterin sampe rumah. Aman, selamat, damai, sentosa. Gak bakal kurang secuil pun. Cepet bilang Abang lo!"

Hendery berseru, memaksa Jiyeon membatalkan jemputannya. Ia memegang lengan Jiyeon lalu menggoyangkannya brutal.

"Iya, iya duh. Sakit nih tangan gue Heng!"

"Udah belom?" tanya Hendery mendesak.

"Bentar nih belom dibales abang gue."

"Duh lama. Telepon gih!"

"Ngebet amat sih lo," sewot Jiyeon sebal.

"Iyalah. Kesempatan nih bisa anterin lo pulang. Kapan lagi?"

Jiyeon terdiam dengan mata mengerjap cepat, tak sanggup berkata-kata. Hingga detik ini, kelakuan ajaib Hendery masih saja bisa membuatnya kehilangan kemampuan bicara.

Tingkah Hendery benar-benar di luar nalar. Seumur hidup, Jiyeon tidak pernah didekati lelaki aneh macam Hendery.

"Nih udah dibales Abang. Katanya yaudah."

"Yes!"

Hendery melompat kegirangan. Dengan gemas ia mencubit lengan Jiyeon main-main lalu menggandeng lengan gadis itu ke parkiran sekolah.

"Apasih Heng, pelan-pelan kek!"

Bukannya menghiraukan omelan Jiyeon, Hendery malah meninju udara dengan wajah sumringah. Tak lama kemudian Jiyeon menutup wajah malu sebab Hendery lagi-lagi melakukan tingkah memalukan.

"GUE PULANG BARENG JIYEON YEESSSSS!" teriak Hendery kampungan.

[]

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu