8. Lulus?

88 30 4
                                    

Jiyeon semakin dililit kesibukan sebab dia sudah harus menyelesaikan skripsi di semester ini.

Doyoung semakin sibuk dengan koas. Biar begitu, ia masih akan selalu meluangkan waktu, terutama demi berkencan dengan Jiyeonnya.

Jeno? Remaja ganteng itu sibuk dengan persiapan masuk kuliah. Masih tetap di rumah Jiyeon sampai pengumuman tiba.

Mungkin benar apa kata Doyoung, Jeno memang dibuang orangtuanya.

Beruntung pertikaian kedua pria itu mulai reda. Jeno, yang mendeklarasikan diri sebagai paling waras di antara mereka, memilih mengalah daripada terus membuang tenaga meladeni sikap tak waras Doyoung.

Terakhir mereka ribut besar itu satu minggu lalu. Gara-gara Jeno mengajak Jiyeon berkeliling Seoul naik motor.

Sebenarnya Jiyeon sebisa mungkin menyembunyikan fakta tersebut. Sayang mulut cacat Lucas malah memperkeruh suasana.

"Semakin ribut semakin asik, 'kan?" kata Lucas dengan cengiran bersalahnya waktu Doyoung dan Jeno ribut besar.

Jiyeon hanya bisa menghela napas dan mencoba menutup mata tak peduli ketika dua pria terdekatnya saling berteriak satu sama lain. Ia baru turun tangan ketika Jeno dan Doyoung semakin tak terselamatkan dan hampir baku hantam.

Boleh adu bacot, pokoknya gak adu jotos. Begitu prinsip Jiyeon dalam menangani keduanya.

"Mau kado wisuda apa?"

"Lulus aja belum, udah mikir kado wisuda."

"Yaudah kado lulus apa?"

"Terserah deh. Pokoknya yang surprise."

"Kapan sidang emangnya?"

Langsung saja Jiyeon menghadiahi sorot tajam pada kekasihnya. Doyoung lupa dan Jiyeon tidak suka dilupakan.

"Inget kok, tapi lupa dikit," bela Doyoung dengan cengiran lebarnya.

"Yaudah pikir sendiri."

Tanpa suara, Doyoung mengumpat. Ia lupa total kapan Jiyeon sidang kelulusan dan ini malapetaka.

Harusnya Lucas tahu, tapi Doyoung bahkan hampir tidak pernah berbicara dengan pria tinggi cengengesan itu.

Hela napas frustasi menyambangi Doyoung ketika satu nama melintas di kepalanya.



ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ




ㅤㅤ

Sumpah Doyoung sangat anti.

Tapi demi Jiyeon, ia harus menelan bulat-bulat harga dirinya yang berharga.

Demi Jiyeon, Doyoung rela mendatangi musuh bebuyutannya yang kini menyeringai penuh kemenangan.

"Mau apa lo?"

Dalam hati Doyoung sudah siap meracuni Jeno kalau remaja itu menitip makan padanya.

Namun bibirnya menyunggingkan senyum lebar penuh kemunafikan.

"Lo pasti tau kan kalau Jiyeon mau sidang?"

Alis Jeno terangkat naik. "Emang kenapa?"

Doyoung menggeleng, masih dengan senyum manis.

"Kapan rencana lo beli kado?"

"Suka-suka gue mau kapan. Ngapain sih lo, Bang?"

"Mau ngajak lo beli kado bareng."

"Gausah, gue bisa sendiri. Lagian ngeri banget beli bareng lo."

Baiklah kesabaran Doyoung menghilang. Dengan napas tertahan dan mata mendelik tak suka, Doyoung akhirnya memuntahkan tujuannya.

"Yaudah kasih tau gue kapan Jiyeon sidang!"

Seringai Jeno terbit. Sudah ia duga kalau Doyoung pasti memiliki tujuan di balik sikap berbelit-belitnya yang menyebalkan.

"Gue dapet apa nih kalau ngasih tau lo?"

"Sialan ya lo, Bocah!"

Jeno mengendik acuh. Di sini, bukan ia yang butuh.

"Yaudah lo mau apa?" Pada akhirnya Doyoung mengalah.

"Traktir gue makan siang dua minggu full."

Doyoung sempat memejamkan mata menahan amarahnya yang memuncak. Tapi pada akhirnya ia mengembuskan napas pasrah.

"Kalau bukan gara-gara Jiyeon, gak sudi gue minta tolong ke lo, sumpah."

Jeno pun tersenyum tipis melihat wajah memerah Doyoung.

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang