3. Siapa?

178 49 1
                                    

"Sayangggg."

"Apa sih Doy kok tumben gini?"

"Itu siapaa?"

Jiyeon bergidik ngeri karena Doyoung yang biasanya judes dan cuek tiba-tiba menggenggem erat lengannya dengan kedua tangan dan wajah merajuk yang errー gemes!

"Oh itu Jeno, anaknya temen Mamaku."

"Kok di sini?"

"Iya, dititipin seminggu di sini, mau ikut tes masuk perguruan tinggi."

"WHAT?!"

"Sssttt!"

Jiyeon membekap mulut Doyoung yang memekik kaget. Mata Jiyeon mendelik galak. Sayangnya Doyoung tidak merasa bersalah. Bahkan balas melotot ke arah Jiyeon.

"Kenapa Kak?"

Jeno berjalan mendekat, Doyoung mendelik ke arah remaja ganteng itu membuat Jiyeon menggeplak kepalanya. Tega sekali Doyoung bersikap galak pada Jeno yang sangat manis dan tampan.

"Oh enggak Jen, kita lagi main batu gunting kertas terus Doyoung kena geplak barusan hehe."

"Kirain kenapa Kak kok dari tadi berisik."

Jeno melirik Doyoung tak kalah sengit. Dipikir ia tak mendengar semua ocehan tidak jelas Doyoung dari tadi. Sudah sejak tadi Jeno ingin menimpali, tapi ia masih menghargai Jiyeon.

Jiyeon memang sudah mengenal Jeno sejak ia masih semester awal dulu karena saat Jeno masuk SMA dia juga pernah dititipkan di rumah Jiyeon.

"Eh iya Jen, kenalin ini Doyoung. Doy, kenalin ini Jeno."

"Doyoung, pacar Jiyeon."

"Jeno, adek kesayangan Kak Jiyeon."

Mereka adu tatap bikin Jiyeon jadi pusing. Pusing karena bingung harus fokus pada siapa. Keduanya sama-sama tampan dan menyilaukan.

Degup jantung Jiyeon jadi huru hara. Tidak baik bagi kesehatannya.

"Udah udah lihat-lihatannya. Haram."

Tangan Jiyeon meringsek menutup wajah kedua lelaki itu sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Sana belajar lagi Jen."

"Nanti bantu ngerjain fisikanya ya Kak."

"Gue aja yang bantuin, gue jago fisika."

"Gak. Gue maunya dibantuin Kak Jiyeon bukan lo, Kak."

Doyoung sudah mulai mengeluarkan tanduk di kepalanya hingga Jiyeon cepat cepat menyela, "Iya iya, nanti aku bantuin."

Jeno pun berlalu dengan seringai jahil di wajahnya. Dengan sengaja ia memasang wajah pongah di depan Doyoung yang hampir saja melompat ke arahnya.

Jiyeon memang pernah bercerita jika ia memiliki pacar yang posesifnya kelewatan. Ternyata ini pacarnya.

Tidak heran. Dilihat dari wajahnya pun, Jeno bisa tahu kalau Doyoung posesif.

"Udah ih masa sama Jeno aja sampe segitunya."

"Dia itu udah gede lo."

"Ya siapa sih yang bilang Jeno bayi?"

"Ya gimana sih kamu kok gak peka."

"Jeno kan adek aku."

"Firasatku gak enak."

"Firasatku enak enak aja tuh."

"Yaudah terserah."

"Kok jadi kamu yang ngambek?"

"Siapa yang ngambek?"

"Jangan mulai deh."

Jiyeon meninggalkan Doyoung menuju dapur. Kepalanya mulai pening dengan semua keposesifan Doyoung yang tak berdasar.

Astaga, Lee Jeno saja dia anggap ancaman?!

Mana mungkin Jiyeon tertarik dengan remaja tanggung seperti Jeno.

Kecuali yang menginap di rumahnya seorang Park Chanyeol dosen muda yang luar biasa tampan itu.

Atau mungkinーLee Taeyong, mantan pacarnya.

Kalau kondisinya seperti itu, Doyoung pantas mengibarkan bendera perang.

Atau mungkin Jeno beberapa tahun ke depan. Mungkin Jiyeon masih bisa mempertimbangkan. Tapi kalau sekarang ... bahkan Jeno belum lulus sekolah!

Lama-lama Jiyeon bisa gila karena tingkah Doyoung.

"Jiyー"

Jiyeon berjalan mendekati Doyoung dengan dua gelas cokelat dingin

"Mau ke mana?"

Doyoung terlihat sibuk memakai long coat dan jam tangan. Sesekali matanya melirik ke arah ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Ada telepon dari rumah sakit. Aku jalan dulu ya. Hati hati di rumah, jangan deket deket Jeno."

Jiyeon memutar bola matanya malas. Dokter muda gantengnya masih sempat memberikan wejangan aneh.

"Nih minum dulu."

Doyoung menghabiskan cokelat dingin itu hingga separuh kemudian berjalan menuju pintu keluar.

"Hati hati di jalan."

Jiyeon mengecup bibir kekasihnya sebelum melambaikan tangan saat mobil Doyoung melaju meninggalkan rumah.

"Ehehehe."

Jiyeon terlonjak kaget saat mendengar suara tidak senonoh dari sisi kirinya.

"Lucas!"

"Kiw kiw ada yang abis diapelin."

"Bacot. Main sini lu temenin Jeno."

"Jeno siapa?"

Lucas memanjat tembok rumah Jiyeon lalu meloncat turun. Sudah biasa bertingkah rimba di hadapan Jiyeon.

"Anak temen Mama."

"Ohh. Gak ribut tuh sama Kak Doy?"

"Ya lo pikir aja."

Lucas tertawa keras.

Sudah jelas, pasti mereka sempat ribut.

"Betah banget lo sama Kak Doy."

"Iyalah, pacar sendiri. Kalau sama lo baru tuh gue gak betah."

"Kalau jadi pacar lo, masih gak betah juga?"

"Hah?"

"Apaan?"

"Ya lo yang apaan dah?"

"Gue gak ngapa-ngapain. Dih aneh lo."

Jiyeon menatap Lucas dengan kernyitan di dahi. Makin kesini tingkahnya makin aneh, tapi malah ia yang disebut aneh.

Mereka memasuki rumah dan langsung menuju Jeno yang tertidur di atas meja belajar.

Lucas melirik Jiyeon.

"Jadi gue lo suruh nemenin dia tidur?"

Jiyeon mengangkat bahu. Tertawa pelan lalu meninggalkan Lucas masuk dapur.

Mungkin ia bisa menonton film bersama tetangga bongsornya itu sambil menunggu Jeno terbangun dan membahas soal fisikanya.

[]

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Where stories live. Discover now