5. Cemburu

161 45 5
                                    

"Yang, itu kenapa temennya Jeno bilang kaya gitu?"

Entah sudah berapa kali Doyoung bertanya, dan jawaban Jiyeon masih sama, "Mana aku tau ish, itu kan ceritanya ke temennya, bukan ke aku."

"Kapan pulangnya sih tuh bocah."

"Nambah dua minggu lagi."

Doyoung mendelik tak terima. Wajahnya langsung bersungut-sungut.

"Udah dibuang sama emaknya apa gimana?"

"Hush ngawur!"

"Yaanggg!"

"Apa sih Doy, mau belajar nih."

Doyoung menelan rengekannya tatkala melihat muka Jiyeon sudah dalam mode galak.

Sialan yang namanya Jeno itu. Gak bisa dibiarin.

Soalnya Jeno itu ganteng, Doyoung mengakui itu. Padahal masih bocah. Bagaimana waktu dewasa nanti coba?

Bisa bisa Jiyeon di-sleding sama Jeno kan bahaya.

"Udah gausah mikir aneh aneh."

"Enggak kok."

Jiyeon menutup bukunya lalu menatap Doyoung dari samping. Jiyeon mengusap dahi Doyoung yang tidak sadar sudah berkerut, tanda cowonya banyak memikirkan sesuatu.

Sepertinya sih karena masalah Jeno.

Jiyeon narik napas lelah.

Astaga, sifat Doyoung semakin abstrak saja.

"Jalan yuk, aku laper."

"Hmm."

***

"Mau makan apa?"

"Pengen ayam krispi."

"Kebiasaan."

Jiyeon cuma senyum lucu membuat Doyoung makin gemes tapi harus tahan karena sedang berada di tempat umum.

"Lainnya ya? Bosen nih."

"Aku enggak."

"Hhh ya udah."

Ujung-ujungnya mereka tetep ke restoran ayam goreng atas permintaan kanjeng ratu Jiyeon.

"Sama take away satu, ya."

"Hah buat siapa?" sambar Doyoung kebingungan.

"Buat Jeno di rumah."

"Hah? Ngapain?"

"Yaiya nanti dia makan apa coba kalau gak aku beliin sekalian?"

"Gak, gak bisa, bisa cari makan sendiri."

"Tapikan di rumah lagi gak ada orang Doy, kita nanti pulangnya juga malem, kasian dia laper."

"Mana bisa yangg."

"Udah ah diem."

Jiyeon gandeng lengan Doyoung lalu menghadapkan tubuh cowonya ke depan lagi. Biar Doyoung gak ngomel lagi. Jiyeon capek mendengarnya.

Selama makan, ketenangan Jiyeon terusik karena tatapan tajam Doyoung plus omelannya gara gara Jeno.

Astaga!

"Iya iya cuma makan aja kok riweuh sih."

"Aku gak suka ya, kayanya Jeno tuh suka sama kamu."

"Haduhh cewe sekolahan banyak yang cantik ngapain naksir yang udah tua kaya aku."

"Kamu itu cantik "

"Iya tau."

Jiyeon cuma ambil enteng, dia gak sadar kalau Doyoung lagi kalap.

"Yang!"

"Yaudah iya nanti kamu yang ngasih deh!"

***

"Nih buat lo."

Jeno melihat bungkusan yang dibawa Doyoung dengan wajah ngeri.

Jam sebelas malam lalu 'musuhnya' menodongkan sekotak ayam krispi?

"Gak ada racunnya, gausah ngide deh lo."

"Ada angin apaan lo Kak?"

"Bawel, cepet ini tangan gue kesemutan."

"Gak ah tar lo racun, gue mati."

"Maunya gue sih kalau gak dicegah Jiyeon."

"Wah psiko lo Kak."

"Cepet anjir banyak bacot dah."

"Jenoo itu dimakan yaa tadi aku beliin. Doyoung jangan berisik ini udah malem."

Teriakan Jiyeon menggelegar dari dapur. Ributnya Jeno dan Doyoung tuh kedengeran sampe dapur, bikin Jiyeon empet.

"Makasihh Kak Jiyeonnn."

Teriak Jeno dibuat-buat bikin Doyoung pengen jepit lehernya.

"Mampus," bisik Jeno tanpa suara.

"Bangsat!"

"Doyoung!"

Jeno tertawa penuh kemenangan sedangkan Doyoung sudah dongkol minta mati.

Bocah sialan!

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Where stories live. Discover now