9. Lulus

97 31 19
                                    

"Congrats, Sayang!"

Jiyeon tertawa bahagia begitu melihat Doyoung dan beberapa temannya setelah menjalani sidang kelulusan.

"Makasih, Sayang!" Gadis itu melompat masuk dalam pelukan Doyoung.

"Ayangnya doang nih yang di makasih-in?" Seulgi menyenggol lengan Soojung yang juga turut cemberut.

"Tau. Mentang-mentang ada Ayang, kita dilupain."

"Hadehhh, cemburuan banget my girls ini. Sini peluk."

Jiyeon merentangkan kedua tangan yang langsung disambut Seulgi dan Soojung.

Mereka pelukan lama banget, ada acara terharu segala. Terutama Jiyeon yang udah nangis bombay. Dia masih gak menyangka ternyata akhirnya bisa lulus juga. Padahal selama kuliah cuma haha hihi.

"Jangan seneng dulu lo Kunti. Masih ada koas dua tahun."

Lucas dan mulut licinnya bisa banget membuat tangisan Jiyeon berhenti secara konstan. Mulutnya memang gak sopan.

"Bisa gak sih lo gak ngerusak suasana?!" jerit Jiyeon sebal.

Doyoung tersenyum simpul. Hendak merangkul pundak pacarnya, tapi sebuah lengan kekar panjang sudah mendahului.

Bola mata Doyoung seperti hampir keluar tatkala pandangannya bertemu dengan mata tajam Jeno yang sekarang menyeringai ke arahnya.

Bocah biadab!

Dengan seenaknya Jeno memeluk Jiyeon. Memberi selamat dengan senyum sejuta watt yang menyilaukan. Remaja itu bahkan berkenalan dengan dua teman Jiyeon yang langsung menyukainya.

"Gila, kok lo ga bilang sih kalau nyimpen cowo seganteng Jeno?!" Soojung masih takjub. Kampungan kalau kata Jiyeon.

"Nyimpen nyimpen lo kata telor."

"Terus selama ini lo simpen di mana?" tanya Seulgi kepo. Ekor matanya melirik ke arah Doyoung yang sudah berwajah muram.

"Ya gak di mana-mana lah edan. Apaan sih lo pada gembel kek gapernah liat cowo cakep aja." Jiyeon menggerutu sedangkan Jeno cuma tertawa canggung mendengar semua perkataan Jiyeon dan teman-temannya yang tak tahu malu.

"Jangan dengerin ya Jen. Lo ke Doyoung aja sana," lanjut Jiyeon setelah memeluk Jeno sekali lagi.

"Sayang!" seru Doyoung frustasi, tapi Jiyeon pura-pura tidak mendengar.




ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ




ㅤㅤ

"Lo bener-bener nyari gara-gara ya sama gue," desis Doyoung begitu Jeno berada di sampingnya.

"Apaan sih lo gak asik. Cuma meluk doang."

"Cuma?!" Doyoung membeo, tapi Jeno tidak peduli. Ia fokus menatap Jiyeon yang tengah berfoto dengan teman-temannya.

"Buruan. Udah ngasih kado belom lo?"

Doyoung tidak menggubris pertanyaan Jeno. Malah melipat tangan dan menusukkan pandangan ke arah bocah belasan tahun yang sialnya lebih tinggi dari ia.

"Kalau lo gak mau ngasih, yaudah gue aja yang ngasih." Jeno tersenyum jahil, melirik ke arah tangan Doyoung yang menggenggam sebuah kotak.

"Jangan kurang aja ya, Kambing!"

"Makanya buruan, Kuda!"

"Apaan sih kalian?"

Suara ribut keduanya terdengar oleh Jiyeon yang langsung menginterupsi dengan tatapan jengkel.

"Bang Doy mau ngasih kado buat elu Kak," teriak Jeno.

"Yaudah mana?"

Jiyeon menengadahkan tangan. Menunggu Doyoung yang sekarang mengumpati Jeno di belakangnya.

"Dari tadi ditungguin juga, mana nih kado pacarku."

"Iya, bentar." Doyoung menarik napasnya sebentar. Menatap Jiyeon sejenak. Gadis itu terus tersenyum sejak tadi.

"Jangan gitu liatinnya."

Jiyeon mengernyit tak paham. Kenapa Doyoung tiba-tiba sewot?

"Kamu kenapa sih? Deg-degan amat mukanya kaya mau ngasih cincin lamaran aja," celetuk Jiyeon.

Doyoung merasa jantungnya hampir jatuh ke tanah. Wajahnya memerah salah tingkah. Apalagi ketika tangannya yang bergetar menyodorkan sebuah kotak kecil yang terbuka ke arah Jiyeon. Gadis itu kini benar-benar syok dibuatnya.

Tidak hanya Jiyeon, tapi juga semua teman Jiyeon yang ada di sana.

"Iya, mau ngasih cincin buat ngelamar," balas Doyoung yang mulai bisa menguasai diri. Ada senyum di bibirnya yang tadi masih sempat mengumpat ke arah Jeno yang berdiri tak jauh darinya.

"Lagi ngeprank ya?"

"Yakali, Yang. Masa ngeprank, yang bener aja dong kamu," rengek Doyoung sebal. Bisa-bisanya Jiyeon malah memicingkan mata penuh kecurigaan ke arahnya.

"Oh My God!" Jiyeon kehilangan kalimatnya. Kepalanya menoleh ke kanan kiri, melihat kedua sahabatnua dengan tatapan tak percaya.

"Buruan Jiyeon iyain!"

"Iyain apaan? Emang Kak Doy bilang apaan ke Jiyeon?"

Mendengar perkataan Soojung, Doyoung menepuk dahinya tak sabar.

"Maaf lupa." Cengiran menghiasi bibir Doyoung. "Park Jiyeon, kamu mau gak nikah sama Kim Doyoung yang nyebelin ini?"

Sebuah tawa tersembul dari bibir Jiyeon. Ia menutup wajahnya tak percaya kekasihnya yang konyol dan menyebalkan ternyata sangat serius tentang hubungan mereka.

"So?" Doyoung masih menunggu, tapi Jiyeon malah tersenyum jahil di balik telapak tangannya.

Jiyeon menghela napas. Kedua tangannya beralih menutupi mulutnya. "Janji dulu gak bakal ribut lagi sama Jeno."

"Sayang, aku lagi ngelamar kamu loh. Kok bisa-bisanya kamu malah mikirin cowok lain?" rengek Doyoung tak percaya dengan respon Jiyeon.

"Lah kalau kita nikah dan ternyata Jeno masih tinggal di rumahku, kamu mau ribut terus sama dia sampe kapan?!"

"Dia beneran di rumah kamu selamanya?!" pekik Doyoung.

"Ya siapa tau dia beneran dibuang orangtuanya," jawab Jiyeon asal.

Doyoung melirik sebal. Matanya berkedut tapi Jiyeon cuma terkekeh kecil.

"Janji dulu."

"Iya iya janji," balas Doyoung pada akhirnya. Ia ingin cepat-cepat mendengar jawaban Jiyeon karena ia sudah malu dengan tatap mata teman-teman Jiyeon yang sejak tadi mendengar drama mereka.

"Oke."

Mata Doyoung mendelik. "Oke apaan?!"

"Oke, kita nikah," ulang Jiyeon. Kali ini gadis itu tersenyum lebar.

Mendengar itu Doyoung langsung berteriak kegirangan. Lengannya menyambar tubuh langsing Jiyeon, menggendong dan membawanya berputar-putar.

"YESSS AKHIRNYA JADI HAK PATEN JUGA!!!"



ㅤㅤ
ㅤㅤ


ㅡSEE YOUUU IN THE NEXT STORY!!ㅡ

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang