3. Taeyong

110 28 4
                                    

Siang itu Hendery sedang mengerjakan tugas Bahasa Inggris di perpustakaan saat Renjun tiba-tiba duduk di sebelahnya.

"Gue cariin ke mana-mana gak taunya di sini."

Hendery menaikkan wajah. Bertanya tanpa kata.

"Pulang sekolah ke festival yang diadain anak fakultas bisnis di Yonsei yuk?"

"Ngapain? Gue gak minat masuk bisnis."

Selain itu, Hendery juga ogah ke sana karena itu tempat Taeyong berkuliah.

"Yakin gak mau ikut?"

"Hmm."

Hendery mengibaskan tangan. Meminta Renjun diam karena ia sedang berkonsentrasi penuh menyelesaikan soal-soal yang cukup rumit bagi otak bututnya.

"Padahal Jiyeon ikut."

Sontak saja Hendery menoleh. Mendelik ke arah Renjun yang terkekeh.

"Seriusan. Haechan tadi nguping Jiyeon pas dia lagi ngobrol sama Yerin."

"Kok gue gak tau padahal gue yang sekelas."

"Lo gak jago nguping kaya Haechan."

"Dasar tukang nguping," maki Hendery berbisik.

"Ikut gak lo? Lama nih keburu bel masuk. Gue belom makan."

"Iya, ikut! Dah pergi sana lo."

Renjun mencibir. Dasar bucin. Coba kalau Renjun tidak ingat teman. Mana mau Renjun yang kelasnya beda arah tapi repot-repot menyusul Hendery hanya untuk memberi tahu info tersebut?



ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ




ㅤㅤ

Festival yang diadakan fakultas Taeyong cukup ramai dan Hendery benci keramaian. Jiwa introvert Hendery membuatnya merasa cepat lelah jika berada dalam keramaian. Energinya seperti tersedot habis. Terbukti muka Hendery pucat dan tak bertenaga. Tenaganya hanya akan ekstra kalau melihat Jiyeon dan menjahili gadis itu.

"Lo mau beli apa Heng?" tanya Renjun.

Hendery menggeleng pelan. "Gue laper. Ada makanan gak sih di sini?"

"Ada di pojok sana. Mau langsung ke sana?" tawar Mark.

Mereka mengangguk setuju. Berjalan menuju pojok fakultas yang disulap menjadi berbagai stand makanan.

"Itu Jiyeon gak sih?"

Fokus Hendery yang tadinya tertuju pada sate gurita yang sedang dibakar pun pecah. Ia segera menoleh ke arah yang ditunjuk Yangyang.

Eksistensi cantik Jiyeon langsung memenuhi pelupuk mata. Gadis itu tampak menikmati festival bersama Jieun dan Yerin. Mengenakan pakaian serba putih yang senada. Pasti mereka bertiga membawa baju ganti dari rumah.

"Samper gih."

"Bentar gue makan dulu laper banget." Lalu Hendery kembali fokus pada pesanannya.

Mengejar Jiyeon itu butuh tenaga, jadi mengisi perut jelas prioritas utama.

Sepuluh menit kemudian hujan turun secara mendadak. Padahal tadi langit sedang cerah-cerahnya. Mungkin perkiraan cuaca hari ini sedang meleset total karena semua orang terdengar mengeluh tak ada yang membawa payung.

"Yaelah. Barusan juga mau nyusulin Jiyeon," gerutu Hendery.

Renjun yang ada di sebelah Hendery pun menoleh. "Lo beneran suka dia ya?"

"Yaiyalah. Setahun lebih gue ngecengin dia. Tapi emang baru-baru ini sih gue seriusin."

Yangyang tertawa keras. Sahabatnya itu memang agak gila dan tidak jelas. Sebagai seseorang yang tahu sejak awal tentang perasaan Hendery, Yangyang akui kalau Hendery adalah tipikal cowok ganteng yang payah soal cinta.

Ganteng doang tapi gak pernah pacaran. Kalimat ejekan yang selalu Yangyang layangkan pada Hendery.

Bahkan untuk menyadari perasaannya saja, Hendery butuh waktu setahun.

Yangyang menggeleng-gelengkan kepala geli. "Ada untungnya juga lo baru ngejar Jiyeon beberapa bulan ini. Kalau dari tahun lalu yang ada makan ati terus. Doi kan masih pacaran sama Taeyong."

Mark menyenggol lengan Yangyang pelan. Dagunya menunjuk ke arah tak jauh dari mereka. Sebuah meja panjang penuh berisi laki-laki berjumlah sekitar sembilan orang.

Tidak perlu ditanya lagi, mereka semua dapat menangkap wajah yang sangat familiar di sana.

Lee Taeyong.

Renjun dan Yangyang kompak menoleh pada Hendery.

"Gue sebagai cowok ganteng ngakuin sih kalau Taeyong emang cakep banget," celetuk Yangyang yang diangguki Mark serta Renjun.

"Katanya dia juga terkenal banget di fakultas. Aktif banget di organisasi sama kepanitiaan."

"Pantes sih. Keliatan dari sekolah."

"Guys, apa gue nyerah aja ya?"

Suara pasrah Hendery menghentikan keseruan ketiga temannya dalam membicarakan Taeyong. Mereka kompak menoleh lalu menepuk pundak Hendery pelan.

"Sebelum beneran balikan, lo masih bisa ngegas sampe keabisan bensin di tengah jalan kok," kata Mark sok bijak.

"Hooh. Anggep aja Haechan waktu itu halu."

"Tapi gue nanya ke Jiyeon abis itu."

Renjun mendelik. "Terus dia bilang balikan?"

"Dia gak bilang apa-apa." Wajah Hendery tampak semakin lesu.

Tatapan ketiga temannya semakin prihatin.

"Sabar ya, Bro. Cinta emang pedih."

Hendery menghela napas. Apa cintanya akan kandas sebelum dimulai ya?

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang