9. Ayang

103 23 20
                                    

"Ujannya bakal lama berhenti."

Suara yang sudah sangat Jiyeon hafal tiba-tiba terdengar dari samping. Ada Hendery yang berdiri di sana dengan senyum manis seperti biasa.

"Mau gue anter gak?"

"Lo bawa mobil?"

Pria itu mengangguk kecil.

"Mau langsung pulang?" tanya Hendery begitu mereka sudah berada di dalam mobil.

"Mau makan dulu gak? Gue laper?"

"Boleh. Mau makan apa?"

"Lo tau chinese food di deket sini yang enak di mana?"

"Ada kayanya. Bentar gue tanya Yangyang dulu, gue lupa jalannya."

Ketika Hendery sibuk dengan ponsel, Jiyeon sibuk memperhatikannya dari samping. Perkataan Jieun waktu itu sedikit mengusik Jiyeon. Juga pernyataan Hendery kemarin. Apa laki-laki itu serius dengan kalimatnya?

"Gue tau gue cakep, tapi jangan gitu banget liatinnya Jiy."

"Kebanyakan gaul sama Yangyang jadi narsis lo." Jiyeon berdeham mengurangi perasaan berdebarnya karena ketahuan memperhatikan orang.

"Anyway, tumben hari ini lo waras, Heng?"

"Emangnya gue pernah ga waras ya?" jawab Hendery dengan muka serius.

"Kebalik. Lo tuh selalu ga waras," balas Jiyeon malas.

"Sebenernya gue tuh selalu waras, Jiy. Cuma kadang ketutupan aja."

Jiyeon tergelak. Jemari lentiknya mendorong pipi Hendery, membuat kepala pria itu menoleh ke samping.

"Omong-omongㅡ" Hendery menggantung kalimatnya, suaranya berubah lebih serius. Ia beralih menoleh ke arah Jiyeon yang menunggu. "Gue serius sama yang kemaren," lanjutnya.

Hampir saja Jiyeon terlonjak dari tempat duduk. Apa Hendery bisa mendengar isi pikirannya? Tanpa sadar bibir Jiyeon terbuka lebar.

"Yang ngajak lo pacaran," tambah Hendery lagi.

"Hengㅡ"

"Gue gak tau sih lo bakal ngerasa risih atau enggak setelah ini, cuma gue pengen lo tahu aja kalau selama ini gue suka banget sama lo, dan gue serius sama omongan gue kamaren, Jiy."

Ini adalah pertama kalinya Jiyeon melihat keseriusan di wajah konyol Hendery. Sebelumnya, hanya ada tampang bodoh yang selalu menggantung di wajah tampan itu.

Ternyata Hendery semakin tampan kalau terlihat normal seperti sekarang.

"Eh tapi gue gak tau. Emang bener ya cara nembak cewek tuh kaya gitu?"

Sejenak Jiyeon mengerjapkan mata kaget sebelum kemudian tertawa keras. Seketika hal itu menimbulkan mendung di wajah Hendery.

"Lupain deh, Jiy. Pasti lo nunggu diajak balikan lagi sama Kak Taeyong."

"Apaan sih, sotoy lo Heng!"

"Ya terus apa? Ngapain lo ketawa-tawa juga."

"Ya ngapain juga lo pake nanya bener apa kagak."

"Ya kan gue takut salah atau malah aneh."

"Ya kan emang lo udah aneh dari sononya. Kenapa sekarang takut?"

Kerutan sebal muncul di dahi Jiyeon. Sedikit menyesal memuji kenormalan Hendery yang langsung hilang dalam hitungan detik.

"Terus ngapain lo ngeledek gue?!" Hendery masih heboh dengan wajah merajuk.

"Mana ada gue ngeledek sih?"

"Ya itu lo pake ketawa segala."

"Masa ketawa doang gak boleh?"

"Enggak!" sewot Hendery yang terlanjur badmood.

"Oh yaudah, jadi lo gamau denger jawaban gue? Okedeh." Dengan tangan terlipat di depan dada, Jiyeon membuang muka.

"Eh bukan gitu Jiy. Maaf gue gak maksud. Jangan ngambek ya?"

Melihat wajah garang Jiyeon, tentu saja Hendery panik. Kenapa suasananya jadi seperti ini?

"Jadi mau denger?"

"Mau."

"Yaudah."

Tidak paham, Hendery diam cukup lama. Ia menunggu kalimat Jiyeon selanjutnya, tapi gadis itu cuma diam sambil menatap ke arahnya. "Yaudah apanya?"

"Yaudah." Jiyeon masih bertahan dengan jawaban yang sama. Kali ini senyum tertahan muncul di bibirnya. "Yaudah, gue mau jadi pacar lo."

Jiyeon tersipu. Sedikit merutuk di dalam hati sebab ia bisa tersipu hanya karena menerima cinta dari manusia aneh seperti Hendery. Manusia aneh yang kini jadi pacarnya.

"Jadi?" Hendery masih hilang dalam dunianya sendiri.

Alis Jiyeon menukik. Kedua tangannya terangkat naik. "Jadi apa?"

"Kita udah pacaran, 'kan?"

Tanpa bisa dicegah, tawa Jiyeon tumpah. Pertanyaan aneh pria di hadapannya sungguh mengocok perutnya. Dengan gemas ia memukul-mukul lengan Hendery.

"Lo mau gue undo nih? Gak jadi pacaran?"

"Eh, gak, gak! Mana bisa kaya gitu!"

"Ya, aneh-aneh aja sih, kan udah gue iyain tadi!"

"Ya, kirain gue salah denger." Hendery memegang tengkuknya yang meremang. Ia malu setengah mati.

Melihat tingkah pacar barunya, Jiyeon mengulum senyum. Jika begini, Hendery baru benar-benar terlihat seperti remaja baru kenal cinta, tidak seperti wajahnya yang tampak casanova, dan itu menggemaskan bagi Jiyeon.

"Heng!"

"Apa?"

"Mau dipanggil Sayang atau Ayang?"

Sontak wajah Hendery langsung memerah dan meledaklah tawa Jiyeon.

"Emang harus pake begituan ya?"

"Iyalah. Yaudah Ayang aja ya? Lucu." Masih dengan sisa tawa, Jiyeon mendekatkan kepala. "Mau tetep lo-gue atau aku-kamu?"

Buru-buru Hendery membuang muka. Pacar barunya sangat tahu cara untuk menjahilinya.

"Terserah deh."

Kembali Jiyeon mengulum senyum. Kali ini jemari lentiknya meminta Hendery membalas tatapan.

"Yaudah biar lebih kerasa vibes pacarannya, kita pake aku-kamu aja ya." Lalu Hendery pun mengangguk singkat.

Tanpa sadar Jiyeon menggigit bibir bawah, gestur kalau ia gemas luar biasa. Tangan mungilnya merangkak naik, menutupi kedua mata Hendery seiring tubuhnya condong ke depan.

"Mau ngapain?"

"Ngapain lagi menurutmu?" Jawaban Jiyeon membuat jantung Hendery hampir jatuh dari tempatnya.

Ketika berada tepat di depan wajah kekasihnya, Jiyeon tersenyum sebelum kemudian menyatukan kedua belah bibir mereka dalam satu kecupan panjang.

ANJIR! GUE DICIUM JIYEON WOYYY!! GIMANA NIH GUE BELOM BELAJAR CARA CIUMAN YANG BENER! ㅡ Hendery



ㅤㅤ
ㅤㅤ


 




ㅤㅤ




ㅡSEE YOU IN THE NEXT STORYㅡ

[ ✓ ] Boyfriend; ー NCT (EDISI HENDERY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang