Painter

12.1K 2.9K 1.4K
                                    



Hacin! Heyyy!

Dah ya aku gak masukin gambar dulu, soalnya aku buru-buru up, kubelain nih krn kalian nunjukin antusias banget DM aku di IG!

Hope you like this part! Jangan lupa komennya ya sayang 😁

Btw, kalian vote ke berapa nih?

.
.


         "Aku ingin coba."

         Aelyn membeku selama beberapa detik, bola matanya itu menatap Vee bingung, dibarengi dengan rasa gugup, apalagi saat Vee semakin mendekat lalu menarik sudut bibirnya. Kemudian berkata.

         "Aku ingin coba melempar buah itu dengan ini!" bentaknya sambil menarik permen yang dipegang Aelyn. Membuat Aelyn seketika terkejut karena pandangan Vee berubah kesal. "Jika aku bicara! Dengarkan!"

         Lalu, tanpa aba-aba Vee melempar permen itu jauh, dengan tenaga yang cukup kuat hingga mampu menambrak salah satu buah jeruk di sana, meski tidak membuat buah itu jatuh tapi berhasil menabrak saja, sudah membuat Vee tersenyum puas karena itu artinya tenaganya cukup kuat hingga bisa mencapai jarak dan target yang ia perkirakaan.

         Berbeda dengan Aelyn yang seketika berkaca-kaca. "Kenapa?" Aelyn meminta penjelasan, tapi dengan kesedihan juga yang terpancar di wajah lugunya.

         "Perhatikan aku jika berbicara, itu saja."

         Namun, agaknya Aelyn memang lebih memilih permennya, bahkan dia berjalan untuk memungutnya, berpikir mungkin hanya jatuh direrumputan dan masih bisa dicuci atau dibersihkan, tapi Vee melebarkan mata menarik tangannya.

         "Apa yang kau lakukan?"

         "Kenapa membuangnya? Kenapa harus begitu? Kenapa Pangeran..." Aelyn menjeda karena dia tak mampu menahan air matanya. "Kenapa kalian orang dewasa selalu jahat...?" Aelyn lalu menunduk. "Aku hanya ingin itu, aku mendengarkan... aku..."

         Vee tidak tahu bahwa tindakannya bisa punya dampak semenyakitkan itu. Dia memang tidak suka dengan Aelyn dan dia hanya ingin memberi ketegasan akan ingin didengarkan. Vee hanya merasa tidak dihargai ketika Aelyn malah sibuk dengan permennya sendiri, padahal menurutnya dia sudah berniat baik ingin menemui dan berbicara dengan Aelyn.

         Hanya saja, kenapa Aelyn seketika membuatnya terdiam? Apakah dia memang sejahat itu?

         "Tuan Putri..."

         Rupanya itu Dayang Bi yang datang sedikit tergesa-gesa. Terlihat panik dan khawatir. Dayang Bi tidak bisa menyembunyikan keterkejutaannya melihat Aelyn menangis. Sejak tadi dia memang mencari Aelyn karena tidak ada di kamarnya. "Ah, saya kira Tuan Putri menghilang." Dayang Bi juga membungkuk, memberi hormat pada Pangeran Jayvee. "Mohon maaf Pangeran, tapi Putri Aelyn sudah ditunggu oleh mereka yang akan membantu membersihkan kuku dan merawat rambut." Ini memang tradisi sebelum pernikahan, sang pengantin akan didatangkan orang-orang khusus untuk membuat mereka semakin cantik di hari pernikahan.

         Vee lalu perlahan melepaskan genggamannya dari tangan Aelyn dan mengangguk. "Baiklah."

         "Ayo, Putri... Saya antar."

         Aelyn tidak mengangguk, tapi dia menurut untuk pergi, air matanya masih sesekali turun, dan dia terlihat tidak ingin menatap Vee.

         Sebelum Dayang Bi membalik badan untuk menuntun Aelyn, dia sempat mencuri pandang pada Vee, sedikit menyelipkan rasa kecewa, karena Vee mengingkari janjinya, dia membuat Aelyn menangis, lagi.

ColeumDove le storie prendono vita. Scoprilo ora