Wind Land

13.7K 3.1K 2.4K
                                    


Hai, Hacin?
Apa kabar?

Kalian vote ke berapa nih?

Tinggalin tiga emoji terakhir kalian dong di baris ini 🙏🤪😹

Dah siap disakiti belom?

Yaudah yuklahh 🦉

Btw, kenalan dulu sama Reggie

Btw, kenalan dulu sama Reggie

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Happy Reading!
.
.
.

Sudah terlalu sering terbiasa dengan kesedihan dan kesakitan, sampai membuat Aelyn malah mulai menikmati itu semua, menerima seakan itu adalah hal yang harus ia bayar untuk nyawa Ibunya yang melayang karena melahirkan dirinya.

         Susah memang untuk menghilangkan rasa bersalah itu, karena sejak kecil dia dikelilingi oleh orang-orang dan kepercayaan akan betapa buruknya peristiwa itu. Dia takut untuk menyuarakan kesedihannya, dia tidak punya daya untuk memberontak.

         Seperti saat ini, Aelyn hanya bisa duduk termenung sambil menggenggam satu batang permen bentuk lingkaran dan menjilatnya dengan wajah datar.

         "Tuan Putri, apa punggungnya masih sakit?" Dayang Bi baru saja datang, menghampiri Aelyn yang tengah duduk sendirian di kamarnya, menatap ke arah jendela besar

         Aelyn mengangguk dengan tatapan kosong. "Hmm."

         "Saya bantu oleskan obat ini untuk meredakan rasanya."

         Aelyn mengangguk lagi. Dia membiarkan Dayang Bi menurunkan sedikit pakaiannya di belakang, dan mengoleskan obat itu di bekas tatonya.

         Ini sudah beberapa hari, dan memang masih terasa sedikit perih dan gatal. Hanya saja, tidak terlalu seperti hari pertama. "Ini akan segera membaik, beberapa hari lagi, warnanya juga sudah mulai terlihat jelas."

         Aelyn hanya diam saja, tidak merespons itu. Namun, entah bagaimana, satu pertanyaan muncul di kepalanya.

         "Di mana Pangeran Jayvee?" tanyanya lugu.

         Kedua sudut bibir Dayang Bi tertarik ke atas. Vee memang sudah tidak ada di sini sejak tiga hari, terakhir Aelyn melihat Vee ialah saat pria itu pergi meninggalkannya untuk memanggil Aria---yang Aelyn sendiri tidak terlalu tahu sebenarnya, yang Aelyn tahu, dia adalah salah satu putri juga yang hadir di labirin waktu itu.

         "Pangeran sedang melakukan kunjungan ke kerajaan-kerjaan kecil di bagian utara, jika malam ini tidak sampai, mungkin besok pagi akan tiba di sini."

         Aelyn tidak bertanya tentang tujuan kunjungan itu apa, karena dia sedikit tahu jika dulu Paman dan Bibinya melakukan kunjungan itu adalah untuk menjalin kekerabatan saja dengan kerajaan lainnya.

         "Oh..." ucap Aelyn yang malah terlihat seperti lesu.

         Dayang menaikan kembali pakaian Aelyn di punggung. Dia memperhatikan rambut Aelyn yang masih dikepang dua. "Tuan Putri,  sepertinya ini sudah masuk hari di mana kita harus mencuci rambut. Bagaimana sore nanti jika kami membantu Tuan Putri untuk mandi?"

ColeumOù les histoires vivent. Découvrez maintenant