Not now

10.9K 2.8K 2.9K
                                    




Hai, Hacin!

Vote ke berapa nih?

Buset, aku ngantuk banget pas ngetik ini, kayakanya jadwal tidur normal aku udah mulai balik.

Hahahhaa.

Makasih buat yg udah mau sabar nunggu Coleum. Jangan lupa komennya ya syg!

Happy Reading!

.
.
.

         "Aelyn, aku sangat ingin menyentuhmu."

         Serius.

         Kalimat itu terucap dari bibir Pangeran Jayvee. Namun, suaranya cukup lirih. Jika boleh jujur, Vee pun sampai terkejut karena bisa meloloskan kalimat yang seharusnya ia tahan dalam kepalanya saja.

         Tetapi, Aelyn masih terlalu sulit untuk menyadari dan menyerap kalimat itu. Kesadarannya tidak maksimal, belum lagi kepalanya yang terasa berat mendadak, karena sakit nyaris di seluruh tubuh. Efek kelelahan, bisa ular dan infeksi kecil dari luka-luka yang ada di tubuhnya.

         Meski begitu, Aelyn mencoba memahami apa yang diucapkan Vee, seakan dia ingin mendengar lagi, dia berusaha untuk membuka matanya lebih lebar tatkala Vee menatapnya. Dia ingin mendengar lagi kalimat yang samar di telinganya itu.

         Vee tertegun, melihat Aelyn yang bahkan di saat menahan sakit pun masih mencoba untuk menghargainya, mendengarkan apa yang ingin Vee ucapkan. Hal itu membuat Vee menarik napas panjang, menghirup seluruh akal sehatnya, mengendalikan pikirannya, lalu menggeleng.

         "Tidak ada apa-apa, tidurlah."

         Kemudian dia menutup kembali tubuh Aelyn dengan selimut, kali ini lebih rapat dan hangat. Vee kembali memposisikan Aelyn dengan nyaman, bersamaan dengan Aelyn yang kembali memejam. Aelyn benar-benar tidak sadar sepenuhnya, dia mungkin akan terkejut besok pagi karena menemukan dirinya hanya mengenakan selimut ini saja.

         Beruntung selimut ini masih ada di kelengkapan perbekalannya saat ekspedisi sebelumnya, biasanya memang sudah ada tergantung di tas yang terpasang di kudanya, lengkap dengan alat bertahan hidup lainnya. Bau selimut itu masih bau Vee, membuat Vee menghela napas dan menarik satu sudut bibirnya, saat menatapi Aelyn yang terlelap pulas sekali, seperti bayi yang kelelahan.

         Sekarang, badan Vee baru terasa semua sakitnya.

         Punggungnya, pinggangnya, bahunya, kakinya, semua pegalnya baru terasa sekarang. Dia memang melewati medan yang begitu jauh kali ini, hal yang membuat Vee juga merenung sendiri. Di tengah malam yang sunyi, dia menyibak tendanya, merenung, dan bertanya pada diri sendiri.

         "Kenapa aku melakukan semua ini?"

         Entalah, Vee juga belum bisa memahami dirinya sendiri.

         Padahal, kemarin dia yang paling ingin mencari cara untuk mengakhiri semua ini. Tapi, sekarang? Saat jalan itu ada.

         Saat Aelyn pergi, hatinya seketika tidak tenang.

         Ada rasa khawatir yang begitu luar biasa.

         Ada rasa marah, ada rasa takut juga.

         Semuanya bercampur, mengoyak pikiran dan perasaannya. Vee memejamkan mata, mengambil napas cukup panjang untuk mencapai tenangnya. Lalu, saat semuanya sudah membaik, saat debar dan deru napasnya sudah teratur, barulah dia berbaring kembali, di sebelah Aelyn.

ColeumWhere stories live. Discover now