A mark

12.2K 2.8K 1.4K
                                    

Hi, sayang?

Apa kabar?

Kalian vote ke berapa nih????

Aku harap kalian semua baik-baik aja.

Jaga kesehatan yah.

Jangan sakit, biar Pangeran Jayvee aja yang sakitin kalian lewat chapter ini hehehehe

well, happy reading ya!

.
.



Aelyn sejujurnya tidak terlalu bisa memahami maksud dari Vee, karena dia tidak merasa terlalu dekat dengan siapa pun, bahkan dengan Vee itu sendiri.

         Hanya saja, saat itu Aelyn sangat mengantuk, dan hanya mengangguk atas kalimat Vee. Jadi, dia tertidur lagi ketika Vee meletakkan lagi kepalanya di atas bantal, kembali terlelap untuk kemudian bangun pagi.

         Aelyn harus menjalani satu tradisi lagi di mana dia akan mendapatkan tanda dari kerjaaan yang ia tempati sekarang. Itu adalah sebuah tato dengan motif pedang yang dililit dengan sulur seperti akar tanaman, pedang itu bahkan dibuat mirip dengan pedang milik Vee, di salah satu sisi punggung, yang akan segera dibuat di sana. Tato permanen dan dibuat dengan jarum.

         Meski ukuran tatonya kecil, mungkin sebesar jari kelingking tapi rasa sakitnya tentu tetap akan terasa.

         Aelyn tidak tahu hal ini adalah hal yang wajib dia lewati, jadi belum apa-apa dia sudah tidak mau memasuki ruangan itu. Dia melihat bagaimana alat-alat itu disusun di sana, dan melihat Ervha yang sudah lebih dulu ditato, melihat Ervha menahan sakit juga, tapi dia tenang karena ini bukan pertama kalinya. Ervha sudah memiliki tato di area perut dan kakinya juga.

         Beda dengan Aelyn yang takut sekali dengan benda tajam.

         "TIDAK MAU!"

         Aelyn sudah meronta-ronta dan menangis, dipegangi oleh dua dayang saja sudah sekali. Aelyn mau terus kabur dari sana.

         Vee sampai gila sendiri, dan malu melihat kelakukan Aelyn.

         "Bisa tidak kau diam? Itu sakitnya hanya sebentar. Jangan seperti anak kecil?!"

         "Tidak suka jarum! Sakit!!!"

         Aelyn pertama kalinya berani membentak Vee, karena saking dia takut dan gemetar. Aelyn juga sudah tidak peduli dengan orang-orang yang menatapnya penuh penilaian.

         Mau bagaimana lagi? Ini adalah hal wajib, dan bisa dibilang rangkaian terakhir dari ucapara pernikahan mereka. Ini adalah penutupnya.

         Aelyn berusaha melepaskan diri, kini Vee yang maju menatap Aelyn dengan tatapan tajamnya. Dia mencengkram kedua tangan Aelyn meski hanya dengan satu genggaman tangan yang kuat.

         "Kenapa kau selalu membuat orang lain susah?!"

         Aelyn kembali berkaca-kaca, tatapan matanya memohon. "Aku takut jarum."

         "Itu hanya jarum kecil, kau ini aneh sekali! Kalau kau bukan istriku pasti aku juga tidak peduli dan enggan memaksamu!"

         "Pangeran... aku---,"

         "Kenapa kau selalu membuatku susah dan malu? Apa sulit bagimu untuk menurut?" Vee menajamkan tatapannya. "Apa hanya menangis yang kau bisa untuk membuat semua orang kasihan?"

ColeumOù les histoires vivent. Découvrez maintenant