Ujian Nasional..

9.7K 796 9
                                    

Ujian nasional pun tiba, hari-hari menegangkan bagi semua murid kelas tiga. Hana sudah mempelajari materi hari pertama, yang di temani oleh Farzan.

Perut Hana juga belum terlihat membuncit, lagi pula seragam Hana memang tidak ketat. Farzan seperti biasa menyiapkan susu untuk Hana sebelum berangkat sekolah.

Baru di tinggalkan beberapa menit Farzan bekerja, rasanya sudah rindu dan ingin memeluk prianya. Namun sebentar lagi ujian akan di mulai.
Di setiap sisi koridor terpasang tulisan 'Harap tenang.. Sedang ujian..'

Kelas sepuluh dan sebelas diliburkan, karena beberapa kelasnya terpakai untuk ujian. Satu kelas selalu di isi dua puluh orang murid, jadi harus memakai ruangan kelas tambahan.

Bunyi bel terdengar sangat menggema di sekolah, guru pengawas juga sudah masuk. Hari pertama dimulai, Hana membaca do'a dulu sebelum memulainya.

Hana disini duduk di belakang, dan satu ruangan dengan Caca, Bunga dan Dika.

Setelah dua jam berlalu akhirnya bel istirahat berbunyi, mereka semuanya keluar kelas sambil membawa buku catatan untuk mempelajari ujian mata pelajaran kedua.

"Otak gue gak kuat.." Bunga menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan atas meja kantin.

Sekarang mereka sedang berkumpul di kantin, untuk menambah nutrisi agar nanti otaknya fresh lagi.

Vino juga ikut bergabung dan duduk disamping Caca.

"Sumpah susah banget buat ngicep juga," Keluh Dika menyahut.

"Ahh cemen lo," Pekik Vino.

"Emang pengawas lo siapa tadi?" Tanya Dika tidak terima di ledek Vino.

"Sama Bu Riska dong," Jawab Vino lupa kalo ada Caca sebelahnya.

Bu Riska adalah guru yang paling hot di sekolah. Membuat para murid cowok berpikir di luar jalur.

"Jir, mantap.. Bisa cuci mata lo, awas tuh pawang lo disebelah, haha.." Dika memakan basonya lagi yang super pedas.

Kalo pusing begini enak makan pedas, itu kata Dika.

"Gak kok sayang, aku cuma liat soalnya, tapi.. ya sedikit lah biar gak pusing-pusing,hehehe." Ucap Vino pada Caca yang memandanginya tanpa bergeming, tanpa berekspresi.

"Maaf sayang..." Bujuk Vino lagi, dan Caca tersenyum lalu mengangguk.

"Na, lo duduk sebelah gue dong biar bisa ngintip dikit-dikit," Sahut Bunga yang masih mengeluh.

Sedangkan yang di ajak bicara sedang asik dengan bukunya dan makanan yang di pesan tadi.

Matanya fokus pada buku dan mulutnya sibuk mengunyah.

"Astaghfirulloh .. Bu mil," Lanjut Bunga namun memelankan suaranya di akhir kata.

Hana menoleh dengan wajah kebingungan, "Kenapa?" Tanyanya.

"Engga, bukan apa-apa, monggo lanjut aja, kasian diajakin mikir," Jawab Bunga yang malah tetap membuat Hana bengong.

Dika geleng-geleng kepala karena kepedesan, Caca dan Vino asik berbincang. Jadi, Bunga hanya bisa memandang teman-temannya yang sedang asik itu sambil mengemil kerupuk sisa Hana.

"Gak papa sisa bu mil suka mantap," Gumam Bunga,

Hari pertama ujian selesai, semua murid berisap untuk pulang. Hampir semua mengeluhkan apa yang dirasakan termasuk Bunga- cewek bar-bar hobi makan.

Baru hari pertama saja keluhan dari Bunga hampir satu jilid buku, belum tiga hari kedepan dimana masa-masa itu yang paling sulit.

Jika seperti ini bisa saja Bunga selesai ujian mendapatkan empat jilid buku tentang keluhan dirinya yang berjudul 'Keluhan Bunga saat ujian,'

Seperti pepatah,
Menyelam minum air.

"Gue duluan ya," Pamit Vino lalu menggandeng tangan Caca.

Ternyata mereka pulang bersama.

"Yoi bro, TTDJ yups.." Jawab Dika lebay yang mendapat toyoran dari Bunga, "Buset dah nih cewek," Dika mengusap keningnya dan geleng-geleng kepala melihat tingah Bunga yang super absurd.

"Ya udah aku juga duluan ya, udah ada yang jemput," Sahut Hana yang juga berpamitan.

"Oke hati-hati sayang.." Jawab Bunga melambaikan tangannya.

Dika bergidik ngeri berada di samping Bunga lama-lama, cowok ini langsung pergi begitu saja tanpa pamit, membiarkan Bunga yang celingukan kebingungan.

🌸

🌸

"Halo, assalamualaikum Mas?" Hana mengangkat ponselnya karena Farzan menelpon.

"Walaikumsalam.. Kamu udah pulang?" Tanya Farzan di sebrang sana.

"Iya, ini lagi di jalan kok, kenapa Mas?"

"Engga, aku cuma khawatir aja, kamu hati-hati pulangnya, bilang sama Pak Toni jangan ngebut bawa mobilnya, bawa istri aku dengan selamat,"

Hana terkekeh mendengar Farzan yang kekanak-kanakan ini, "Iya, iya.. Kamu terusin aja dulu kerjaannya, aku tau kamu alesan aja telpon aku, padahal males kan liat berkas numpuk dimeja kamu?"

Farzan tercengang disana, "Sayang.. Kok kamu tau? Kamu pasang CCTV di ruangan aku ya?" Curiga Farzan.

"Enak aja, buat apa aku ngelakuin kaya gitu? Kalo aku begitu berarti aku gak percaya sama kamu dong Mas," Sarkas Hana tidak terima.

"Iya juga sih.." Farzan memijat keningnya, "Kamu cenayang ya?"

Hana menghela nafasnya, "Udah ah Mas, bentar lagi aku sampe, Mas jangan pulang larut, kalo larut kabarin aku, terus nanti hati-hati dijalannya, assalamualaikum.."

"Ehh- Walaikumsalam."

Farzan sampai tidak bisa berkata-kata lagi dan memandang ponselnya dengan bengong, seorang Farzan bisa langsung diam hanya karena ibu hamil.

Singa jantan ini takut sama betina bunting.
Hahaha..

Farzan menghela nafasnya saat melihat kembali tumpukan berkas yang tadi Hana tebak, rasanya ingin cepat selesai dan langsung pulang lalu memeluk istri sepuasnya.

"Aaarrrggggggg.... Ini bikin gue gila..." Teriak Farzan sambil mengacak rambutnya.

Karena dua detik sebelumnya Hana mengirim foto dengan gaya super duper imut, yang mampu membuat jiwa gila Farzan langsung tegang seperti tiang monas.

Wajah Farzan memerah menahan semua rasa pada tubuhnya, emosi, sedih, prustasi, pengen pulang. Namun nyatanya Farzan tidak bisa melakukan apa-apa selain melanjutkan pekerjaannya dengan lesu.

Farzan yakin jika disana sang istri tengah tertawa gembira, dan memang benar saja Hana sangat puas menjahili sang suami setelah melihat pesan gambarnya centang biru.

Entahlah dirinya pun tidak sadar memiliki ide gila seperti ini hanya untuk menjahili Farzan, mungkin karena baby mereka ingin menguji sang papa.

Jika begitu, anak kembar ini berhasil 1000% membuat papanya menjadi menderita.

Hana mengusap perutnya penuh sayang, "Kamu nakal ya sayang," Gumam Hana.

"Pak, bisa mampir ke toko kue xxx ya,"

"Baik, Non,"

Ternyata menjahili Farzan cukup menguras energi dari dalam, dan Hana merasa lapar ingin memakan cake di toko yang sempat mertuanya beritahu.

Sebelum kerumah Hana mampir dulu ke toko itu, dan tak lupa membeli juga untuk Farzan sebagai permintaan maaf nanti.

Lalu Hana pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang