After Marriage 11

12.7K 1K 35
                                    

Sudah beberapa hari Mark selalu pulang malam. Tepatnya, pulang pada pukul 11 malam. Mark disibukkan oleh masalah karyawan yang menggelapkan uang perusahaan. Sebisa mungkin Mark tak pulang lebih dari pukul 11 malam. Mark masih mementingkan keluarganya daripada pekerjaan.

Dan untuk saat ini Haechan serta Chenle makan malam hanya berdua, lagi. Haechan tidak masalah hanya makan malam dengan anaknya saja, tapi Chenle yang terus merengek dan bersedih karna Mark tak lagi makan malam bersama untuk kesekian kalinya.

"Mom, daddy kenapa pulang malam mulu si? Lele kan pengen makan bareng daddy lagi." Chenle berujar sambil menunjukkan raut sedih nya.

Haechan tidak tega melihat kesedihan ada di wajah menggemaskan anaknya. Tapi mau bagaimana lagi, Mark harus melewatkan makan malam bersama. Haechan juga tidak ingin egois bila memaksa Mark makan malam bersama.

"Daddy lagi kerja, sayang. Nanti bakal makan malam bareng sama kita lagi ko." Haechan mencoba memberi pengertian pada Chenle yang tidak paham-paham walau sudah dibilang berapa kali pun.

"Tapi kenapa pulangnya harus malam terus? Daddy lebih pentingin kerja sama Lele?"

Haechan menahan nafasnya mencoba menahan amarah karna Chenle tidak mengerti.

"Jaga ucapan kamu, Chenle. Daddy kerja keras buat kamu dan mommy. Kalo daddy ga kerja cuman di rumah sesuai keinginan kamu, emang bisa daddy beliin mainan yang mahal-mahal buat kamu? Engga! Semua itu harus gunain uang yang banyak. Paham kamu?"

Chenle menunduk dengan isakan kecil keluar dari bibirnya. Haechan tidak membentak Chenle, ia hanya mencoba membuat Chenle mengerti. Tapi memang Chenle anak yang cengeng karna terlalu di manjakan oleh nya dan seluruh keluarganya maka Chenle tumbuh menjadi anak yang mudah menangis. Haechan jadi menyesal sudah memanjakan Chenle, harusnya dulu Haechan bersikap tegas dan memanjakan sewajarnya saja.

Chenle berdiri cepat lalu pergi meninggalkan Haechan sambil menangis. Haechan tidak menghentikan Chenle yang pergi menyisakan makan malamnya yang masih banyak. Kali ini saja Haechan ingin Chenle mengerti sendiri tanpa harus ia bujuk.

Waktu semakin berjalan sampai akhirnya jarum jam menunjukkan pukul 11. Haechan selalu menunggu Mark pulang di ruang tamu. Mark sudah melarang Haechan, tapi memang dasarnya Haechan kepala jadi tetap menunggu Mark pulang.

Cklek.

Suara pintu di buka tidak membuat Haechan menoleh. Sebab, Haechan tertidur di sofa dengan televisi yang menyala. Mark baru masuk langsung disuguhi istrinya yang tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman.

Mark melangkah mendekat ke Haechan lalu menepuk pipi tembem nya pelan untuk di bangunkan. Sudah empat kali tepukan di pipi, Haechan tidak terbangun sama sekali. Mark memilih menggendong bridal style Haechan menuju kamarnya di atas. Tubuh Mark yang lelah harus menaiki tangga dengan menggendong Haechan yang lumayan berat juga.

Tapi Mark tak tega meninggalkan istrinya karna tidak bangun. Dan sampailah Mark di depan pintu kamar. Lalu membuka engsel pintu dan masuk ke dalam.

Setelah masuk Mark membaringkan Haechan pelan di atas ranjang. Haechan yang merasakan nyaman ranjang empuk menggeliat pelan seraya mencari posisi nyaman tidurnya.

Mark tersenyum kecil melihat gerakan Haechan yang menurutnya menggemaskan. Kemudian Mark membuka dasi yang terasa mencekiknya dan selanjutnya membuat kancing kemeja sampai semuanya terlepas. Ini jika Haechan melihat pasti menimbulkan rona merah di pipi Haechan karna melihat tubuh panas Mark di depan matanya.

Mark merenggangkan otot-otot kakunya sebentar. Lalu berjalan masuk ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama Mark selesai mandi dan keluar hanya menggunakan handuk menutupi area privatnya.

After Marriage [Markhyuck]Where stories live. Discover now