Kilometer 8

56 12 9
                                    

BRAK!

Benggala mendobrak pintu belakang mobil utama, membuka pertahanan terakhirnya lebar-lebar. Orang-orang di belakangnya menyusul menembaki para orang jahat di luar sana.

Benggala merogoh sesuatu dari sabuknya dan segera melempar benda itu ke depan sana sesaat setelah ia menarik pelatuknya.

Desis gas yang keluar dari granat memenuhi indera pendengaran bersamaan dengan suara senjata api yang bersahut-sahutan. Benggala segera menunduk begitu ia melempar granat tersebut, melindungi dirinya dari serangan peluru sementara rekan semobilnya menembaki.

Beberapa dari mereka berhasil dilumpuhkan oleh pasukan bersenjata dan Gellar, teriakan pilu menandakan keberhasilan dalam menaklukan mereka. Sementara Benggala melindungi si professor, Gellar dan pasukan lainnya melumpuhkan para penjahat.

BUM!

Pihak lawan membalas dengan sebuah granat yang meledak di dekat mobil taktis. Saat Pasukan bersenjata berlindung, pihak lawan memanfaatkannya untuk balas menembak.

"Ahk!" Salah satu petugas bersenjata mundur dua langkah dan jatuh terduduk di hadapan Benggala. Pria itu tertembak di bisepnya.

Meringis kesakitan, pria itu menurut ketika Benggala menariknya untuk duduk di samping Profesor.

"Kau berjaga di sini, tekan terus lukamu dan pegang ini," Benggala memberikan pistolnya kepada si pria, "Gunakan jika terdesak," perintahnya kemudian memungut senapan milik pria itu yang terjatuh.

Benggala masuk ke formasi, berganti posisi dengan si pria tadi. Menumpukan mainan barunya, Benggala menerawang dari teropong yang terpasang pada laras panjang itu.

Sepuluh. Ada sepuluh orang bersenjata yang harus dilumpuhkannya. Termasuk yang menyabotase dari depan mobil.

Salah satu dari mereka melontarkan tembakan. Peluru berdesing menembus asap granat, kemudian terpantul dan berkelontang di dalam kabin mobil taktis.

Benggala melihat Gellar, menunggu perintah pria itu.

Gellar mengatakan sesuatu dengan tangannya. Tiga depan, dua belakang. Pria itu membagi petugas bersenjata yang tersisa menjadi dua kelompok menyerang. Gellar dan dua orang lainnya akan menembak lima orang bersenjata. Dua lainnya akan menghabisi siapapun yang mengepung dari depan mobil.

Dengan aba-aba dari Gellar, baku tembak terjadi.

Desing peluru, teriakan dan jeritan pilu, serta peluru yang berkelontang memenuhi indera pendengaran.

Gellar berdiri, mengacungkan dengan gagah laras panjangnya.

Asap mulai menguap, menyisakan kabut hijau tipis. Gellar maju perlahan, disusul dua orang bawahannya.

Tangan Gellar cepat mendekap salah satu orang bersenjata, melumpuhkan senjatanya cepat, dan menjadikannya tameng hidup. Tiap kali sebuah peluru mengarah ke Gellar, maka pria itu akan menjadikan orang ini sebagai tamengnya.

DOR!

Pria itu menembak mati satu orang.

DOR!

Satu orang lagi.

"AKH!" Desing peluru menembus dada atas seorang petugas bersenjata, menjatuhkannya. Gellar menggeram memberikan tembakan balasan, terdengar jeritan di seberang sana.

DOR! DOR!

Gellar menembak dua orang sekaligus.

DOR!

Kali ini sebuah peluru mengarah ke Gellar, pria itu tangkas menjadikan penjahat bersenjata sebagai tamengnya. Alhasil, peluru panas tersebut bersarang di dada atas pria malang itu, membuatnya berteriak kencang.

KILOMETERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang